Daftar Isi
Foto: Orang sakit ditandu menuju puskesmas
LancangKuning.com, PADANG PARIAMAN - Apa hendak dikata, di zaman teknologi modren seperti ini masih ada wilayah yang seolah-olah terisolasi, hanya karena akses jalan yang tidak layak. Saking parahnya, untuk berobat ke rumah sakit saja warga harus ditandu secara manual sejauh beberapa kilo meter.
Bukan karena tidak ada kendaraan di sekitar wilayah itu, tapi kondisi jalan yang kurang layak membuat warga terpaksa 'mengandangkan' kendaraan mereka di dalam rumah.
Baca Juga: Persaudaraan Alumni 212 Provinsi Riau Bantah Reuni Akbar Berbau Politik dan Sponsor
"Sepanjang 6 kilometer rusak jalan di kampung kami," sebut Safrinal, selaku Wali Korong Air Sungsang Durian Angik (Asda), Nagari Sikucua Barat, Kecamatan V Koto Kampung Dalam, Kabupaten Padang Pariaman - Sumbar, mengutip KlikPositif.com
Menurut Safrinal, Lebih dari 100 Kepala Keluarga (KK) bermukim di Korong Asda. Mereka tidak bisa berbuat banyak di saat turun hujan, karena akses jalan di kampung mereka berlumpur tebal dan licin, sehingga membahayakan jika memaksa menggunakan kendaraan.
Baca Juga: Bola Kasti Berisi Sabu, Dua Tahanan Diperiksa Polres Inhil
Kondisi jalan yang parah itulah membuat warga terpaksa menggotong keluarga atau tetangga mereka yang sakit, dengan menggunakan tandu darurat dari kayu beralaskan kain sarung.
Safrinal mengaku dirinya sangat iba melihat warga harus ditandu untuk berobat ke rumah sakit atau puskesmas terdekat.
Baca Juga: Mengerikan Prilaku Homo di Padang, 220 Orang Positif HIV
"Iba hati, begini betul nasib kami warga Korong Asda. Harus ditandu untuk berobat. Bagaimana kalau situasi kritis, bisa-bisa nyawa melayang sebelum terobati, bisa-bisa ibu hamil "tapanca" anaknya sebelum sampai di puskesmas ," kata Safrinal.
Lebih lanjut Safrinal mengatakan, tak hanya mempersulit akses untuk pengobatan, untuk menimba ilmu pun pelajar harus berkubang menuju sekolah.
"Buka sepatu para pelajar, berkaki ayam mereka menuju sekolah. Di sana-sini jalan berlumpur," kata Safrinal.
Salah seorang petani di Korong tersebut bernama Ajo Naih, juga mengeluhkan hal yang sama. Melakoni pekerjaan tani, legam dan lebam pundaknya mengangkut.
Baca Juga: Makanan Khas Pekanbaru
"Saya ada motor untuk mengangkut padi atau kelapa dari kebun, namun terpaksa dipikul sampai "malaleh" pundak saya. Mana bisa pakai motor, harus dipikul," ungkap Ajo Naih sambil menunjukan pundaknya.
"Malas pengepul ke sini, kata mereka jalan ke sini buruk, terjebak mobil mereka kalau ke sini," sambung Ajo Naih.
Baca Juga: Tempat Wisata di Riau
Itulah kondisi sektor pertanian di Korong tersebut. Hasil pertanian lambat tiba di kota. Dari sisi ini tengkulak pun meraup untung. Entah kenapa keterlambatan hasil pertanian ke kota membuat harga tani warga Korong tersebut ditawar rendah.
"Sampai di kota pun harga rendah. Kata pengepul karena barang terlambat. "Abih aka" saya dibuatnya," kata Ajo Naih, kesal.
Baca Juga: Wagubri Kecewa Setengah Pegawai Dispar Bolos Kerja, Ancam Non Job-kan
Menelisik jalan perkampungan tersebut, ternyata tidak hanya warga Korong Asda yang nasibnya menyedihkan. Rupa-rupanya jalan tersebut menghubungkan antar jorong, antar nagari dan antar Kecamatan.
Hematnya, jalan tersebut adalah "jalan pasa" bagi masyarakat Kecamatan V Koto Kampuang Dalam dengan Kecamatan Sungai Geringging. (LKC)
Komentar