Sosok Tabrani Rab Bukan untuk di Debat

Daftar Isi

    LANCANGKUNING.COM - Oleh Tabrani Susiana

    Dear guru dan parents

    Biarlah berperih-perih...
    ....jika surga ganjarannya untuk ayah.....

    Jika ingin anak-anak kita berakhlak mulia, parents dan guru juga perlu mengintip hubungan kita dengan orangtua kita. Banyak episode kehidupan orangtua kita tidak seperti yang kita inginkan. Namun ada garis takdir. Mari mencoba mencintai orangtua tanpa syarat.

    Kisah ayah.. untuk diambil hikmah bagi yg masih punya ayah... Sudahkah kita kenal dengan ayah kita?

    Karena Allah beri hak yang sangat besar pada orangtua atas berhak tidaknya kita di surgaNya. Maka, perlu benar mengenali sosok ayah..kenal menyeluruh. silahkan telaah ayah masing-masing.

    Sedikit kisah ayah saya yang cukup ekstrim namun sangat buah hati.

    Tabrani Rab bukan orang yang bisa didikte. Dia akan lakukan apa yang diyakininya... Keras. Selalu melawan mainstream.
    Kadang malah ekstrim... Tapi itulah dia.

    Waktu dia dipersulit menjadi profesor di UNRI padahal karya bukunya sudah banyak, maka diapun melawan Rektor. Pelantikan profesornya pun tak dihadiri rektor. Dia tak pernah pakai baju korpri apalagi upacara di UNRI. Unggah ungguh baginya.. maaf.."tai kucing!"
    Bikin sebel sih... Tapi itulah dia.

    Dia juga orang sastra dan pendiri media bersama kawan-kawan wartawannya. Jiwanya bebas.

    Marah pada pemerintah, pada caltex... sampai dia mau memerdekakan Riau. Ini ekstrim juga.. tapi hasilnya ada. Hingga banyak orang Riau yang kaya baru karena bagi hasil minyak Riau dari pusat ini jadi meningkat. Marah pada perusahaan-perusahaan yang cemar lingkungan di Riau, dia ngadu sampai ke WHO dengan membawa data lengkap pencemaran air akibat pabrik kertas... ke Finlandia. Menemui penyaham perusahaan. Pakai dana sendiri.

    Jika image orang-orang Tabrani itu "bagak!" berani...melawan!
    Saat konglomerat-konglomerat dan ketua partai ikut konvensi capres, dia ikut mencalonkan diri. Padahal dia cuma dokter paru. Baginya semua bisa dilakoni dan tidak ada rasa takut dan minder. Lawan!

    Tulisan-tulisanya di rubrik tempias Riau Pos minggu jadi senda gurau masyarakat Riau dan sekaligus senyum kecut para pejabat yang disentil.
    Banyaklah bikin kaget-kaget lagi yang lain-lain. Yang jelas rumah kami dipenuhi ribuan buku setiap dinding. Sangat rajin menghadiri majlis ilmu internasional dan kongres-kongres. Dia orang politik, ekonomi juga sosial namun tetaplah seorang dokter paru bersahaja dengan baju sederhana putih-putihnya.

    Saya selalu menjaga jarak.. namun tetap sangat dekat. Karena dia guru utama saya. Sangat kaya dialog sejak saya kecil.. Dan kami bekerja sama membangun lembaga pendidikan sejak 1996. Bertengkar dengan saya tiap hari. Tapi dia suka katanya. "Perlawanan kamu itu saya perlukan... dinamis! Bagus itu... Banyak perbedaan pendapat itu JUSTRU BAGUS!

    Tapi di mata saya, ayah itu tetaplah orang yang tulus... momen-momen penting sebagai ayah selalu ada. Menunggui saat pendaftaran masuk universitas. Saat melahirkan. Hadir setiap ulangtahun dan lain-lain... rajin menjenguk saat kuliah.

    Kecintaannya pada orang miskin dahsyat. Pembelaannya pada suku sakai juga hebat.

    Dan dia siap perang dengan perampas-perampas tanah ulayat. Rumah kami mirip panti sosial, tempat orang mengadu. Dengan keluarga besar juga sangat perhatian.
    Sejak ayahnya meninggal tahun 1979..

    Dia take over membiayai pendidikan adik-adiknya yang masih kuliah dan sekolah 6 orang di Bandung.
    Menulis paling sedikit 3 jam perhari.

    Desember 2014 ayah sakit. Awalnya multiple infark dan diabetes.... perlahan ayah mulai lupa. Proses alami dementia senilisnya. Dan dia memilih tinggal di rumah saya sejak saat itu.

    Karena kondisi ayah dan beberapa hal, kami atas saran pengacara harus membuka wasiat yang ditulisnya tahun 2009. Wasiat itu disimpan di notaris selama ini.
    Lagi lagi ayah membuat keputusan ekstrim. Dia selama ini ini punya prinsip "tak boleh menjual aset, hanya menambah." Ternyata dalam wasiatnya, semua hartanya untuk kepentingan sosial tanpa kecuali. Saya ditunjuk sebagai pengawas pengelolaan... Mengawal cita cita besarnya. Aha!

    Coba bayangkan jika punya ayah yang yakin jika semua anak-anak telah dibekali ilmu dan telah diberi masing-masing rumah atau telah dikasi kelola perusahaan bertahun-tahun, maka carilah harta sendiri.

    Tetapi harta-harta yang ayah cari tetap untuk kepentingan sosial. Seluruh surat tanah sudah dia blok di BPN, tidak bisa diperjualbelikan. Tidak bisa dipindahtangankan... Nah lho... ekstrim lagi kan?

    Harta-harta itu tak seberapa memang. Beberapa bidang tanah. Tapi mengaturnya agar sesuai dengan apa yang dia mau itu perlu kerja besar. Management profesional. Dan harus membesar. Berikut saya juga harus menyelesaikan tanggungjawab-tanggungjawab yang belum diselesaikan ayah sebelum sakit... Suka atau tidak, itulah keputusan ayah. Saya tau ini berat. Dan saya kembali menyusun strategi. Membuat jejaring. Merekrut SDM-SDM yang handal. Membuat Rencana Induk Pengembangan 30 tahun.

    Mulai Januari 2015.... kerja keras dilakukan. Rekrut team audit keuangan... mengamankan semuanya secara hukum. Sementara pembangunan dan lembaga-lembaga baru terus bertumbuh... alhamdulillah (sampai hari ni saya dan seluruh lembaga tak ada berhutang). Saya lama bisa paham... tapi saya dan adik saya Ivan .... sadar penuh... "ayah kita adalah ayah kita, belahan jiwa... maka kita akan jalankan amanah amanah ini serius". Ini bab akhirat. tidak bisa main main.

    Sosok ayah memang bukan untuk didebat. Cukup dicintai. Dan berusahalah menjadi salah satu asbab dia berhak ada di surgaNya.
    Ayah memutuskan seluruh harta yang dimilikinya untuk kepentingan sosial. Tidak diizinkan untuk dijual dan dipindahtangankan. Itu yang dia inginkan.

    Saat ini amanahnya jalan Bakti untuk mengembangkan pendidikan.. maka saya desain untuk itu. Pelan-pelan kampus jalan Riau dipindahkan... diawali dengan SMK ANALIS DAN FARMASI ke jalan Delima. Sehingga jalan Riau akan leluasa dibangun gedung-gedung kedokteran yang baru.

    Di jalan Bakti dibuat Islamic center... dan convention hall... semua keuangan diaudit team akuntan. Semua terukur.. semua harus rapi.
    Semua ayah punya karakter... Punya kelemahan... dengan mengenalnya akan lebih memahami... dengan menghitung jasa jasanya akan nampak besarnya yang telah ia lakukan.. mungkin karena itulah Allah berikan dia sebagai salah satu pintu surga

    Biarlah berperih-perih mewujudkan cita citanya
    ....jika semua ini surga ganjarannya untuk ayah. Wallahua'lam

    *Cerita diatas berasal dari catatan akun instagram milik @tabranisusiana, putri Prof. Dr. H. Tabrani Rab. Cerita tersebut terdiri dari empat bagian. Namun redaksi Lancangkuning.com menggabungkannya menjadi satu buah catatan ekslusif. Cerita yang diunggah pada tanggal 9 April 2018 itu tidak mengalami perubahan sama sekali. Redaksi hanya merapikannya saja. (LK/yopi)

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Sosok Tabrani Rab Bukan untuk di Debat
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar