Daftar Isi
Namaku Vivi dan suamiku Brian. Kami sudah menikah selama 5 tahun.
Brian adalah seorang anak sulung yang mempunyai adik laki bernama Felix. Dari kecil mereka dibesarkan oleh kasih sayang seorang ibu tiri.
Ketika aku hamil, mertua mengatakan bahwa ia ingin mempunyai seorang cucu laki-laki.
Namun kehendak Tuhan berkata lain, aku malah melahirkan seorang anak perempuan. Sedangkan setelah Felix menikah, ia berhasil memberikan 2 cucu laki kepada ibu
Sejak saat itu, keluarga besar memandang kami rendah, mereka kurang bisa menghargai suamiku, terutama mertua yang selalu membangga-banggakan Felix di depan Brian.
Akhirnya aku memutuskan untuk cepat mempunyai anak yang kedua. Dan bersyukurnya ketika aku periksa, aku mengandung anak laki.
Segera saya memamerkan hasil dokter kepada mertuaku. Di situlah mertuaku berubah menjadi lebih baik padaku.
Ia jadi sering membantuku cuci baju, memasak untukku, dan menemaniku periksa ke dokter.
Namun saat hari melahirkan, siapa sangka bayi yang kulahirkan adalah perempuan! Sejak saat itu ibuku malah tambah membenci diriku.
Ia mengusir 2 anak perempuanku yang masih kecil. Di situlah aku merasa bahwa telah gagal menjadi seorang ibu dan menantu yang baik. Aku merasa kelahiran anakku malah membawa malapetaka bagi keluargaku.
Awal-awal aku belum bisa menerima anak perempuanku yang kedua. Tapi semakin lama aku tahu bahwa dia adalah anak kandungku, selama 9 bulan aku susah payah mengandungnya. Aku pun bertekad ingin membuktikan pada ibuku bahwa status anak pria dan perempuan adalah sama!
20 tahun kemudian..
Kini kedua anakku telah beranjak dewasa, mereka lulus dari bangku kuliah dan berhasil mengambil gelar pascasarjana.
Setiap kerja keras kami terlunasi oleh prestasi anak-anak kami. Mereka sekarang sudah mendapatkan pekerjaan yang layak di kota besar, mereka selalu mengirim uang setiap bulannya, dan membelikan kami baju baru.
Terutama putriku yang pertama, ia tumbuh menjadi anak yang sangat cantik dan pandai bekerja. Ia menjadi arsitek terkenal di kota, dan kini punya misi untuk mengembangkan desa dimana kami tinggal. Hampir 10 ribu warga di desa kami bangga dan bersyukur oleh karya yang diberikan anakku
Namun di sisi lain, Felix iri dengan keberhasilan putriku. Kedua putra Felix malah tidak berhasil memenuhi keinginan dirinya. Walaupun kedua putranya sudah besar, tapi mereka masih terus meminta uang dari Felix. Mereka malas bekerja dan sudah berumur 30 tahun tapi belum mau menikah.
Dari cerita ini mengajarkan kita bahwa jangan pernah merendahkan anak perempuan. Anak laki dan perempuan itu sama saja, tergantung bagaimana kita mendidiknya.
Komentar