Eks Polisi 'Bekingan' China Jadi Pemimpin Baru Hong Kong

Daftar Isi

    Foto: John Lee, eks polisi Hong Kong, menjadi calon tunggal Pemimpin Eksekutif wilayah otonomi di China itu dengan dukungan kuat dari Beijing. (Foto: AFP Photo/Anthony Wallace)

    Lancang Kuning -- Mantan Kepala Keamanan, John Lee resmi dipilih sebagai Pemimpin Eksekutif Hong Kong baru menggantikan Carrie Lam yang akan lengser pada Juni mendatang dalam pemilihan Minggu (8/5).

    Pemilihan Kepala Eksekutif Hong Kong digelar secara tertutup dengan melibatkan sekitar hampir 1.500 anggota komite pemilihan. Mayoritas anggota komite tersebut dipilih oleh pemerintah China.

    Sebanyak 1.416 anggota dari total 1.461 komite pemilihan setuju dengan pencalonan Lee sebagai Pemimpin Eksekutif baru Hong Hong.

    Dalam sistem pemilihan Hong Kong, , Lee hanya membutuhkan suara mayoritas sederhana untuk melegalkan langkahnya menuju pucuk kekuasaan di daerah otonomi China tersebut.

    Lee sendiri berhasil keluar sebagai calon tunggal dalam pemilihan Pemimpin Eksekutif Hong Kong dengan dukungan kuat dari Beijing melawan beberapa calon lainnya yang gugur.

    Penunjukkan Lee sebagai calon tunggal dinilai banyak pihak menggambarkan upaya China di bawah Presiden Xi Jinping untuk memperkuat cengkraman dan kontrolnya atas wilayah yang kerap bergolak tersebut.

    Selama ini Lee dikenal sebagai pejabat Hong Kong yang sangat pro-China.

    Sebagaimana diberitakan CNN, Lee merupakan mantan Sekretaris Hong Kong yang merupakan jabatan tertinggi ke dua di wilayah otonomi China tersebut.

    Ia menjadi salah satu pejabat paling berpengaruh yang berhasil membantu China mengesahkan Undang-Undang Keamanan baru untuk Hong Kong pada 2019 lalu. UU yang hingga kini ditentang aktivis Hong Kong tersebut memberikan kewenangan bagi China mengekstradisi tahanan yang dianggap mengancam keamanan nasional.

    Selain itu, Lee juga kerap mengesahkan tindakan aparat untuk melakukan penangkapan aktivis hingga penggerebekan media yang dianggap "meresahkan".

    Lee sendiri pernah bergabung dengan Kepolisian Hong Kong pada 1977, saat ia 19 tahun. Ia naik pangkat dan dipromosikan sebagai kepala pengawasan pada 1997.

    Karier Lee terus melonjak hingga ia menjabat sebagai wakil komisioner kepolisian pada 2010. Jabatan tersebut merupakan jabatan tertinggi kedua dalam kepolisian.

    Dua tahun setelahnya, Lee bergabung dengan Biro Keamanan Kota Hong Kong sebagai wakil sekretaris.

    Lee beberapa kali melontarkan pernyataan kontroversial, terutama ketika menyikapi kebrutalan kepolisian Hong Kong saat menangani demonstrasi rusuh 2019 lalu.

    Saat itu, para pendemo menggunakan bom molotov dan bata guna menghadapi aparat kepolisian yang terus menembakkan gas air mata, peluru karet, bahkan amunisi langsung untuk meredam unjuk rasa.

    Meski demikian, Lee tetap memuji pasukannya sebagai "pemberani" dan mengutuk pemrotes sebagai kelompok radikal yang menyebarkan teror.

    "Saya bangga dengan kepolisian Hong Kong. Mereka masih menjadi yang terbaik di Asia, dibandingkan dengan apa yang mereka lakukan di badan penegak hukum lain di luar negeri, saya pikir mereka telah menahan diri. Mereka telah mengurangi kekerasan dan luka-luka kepada semua orang," kata Lee pada September 2019.

    Lee percaya hukuman yang tegas dapat membantu memulihkan "stabilitas dari kekacauan."

    Lee pun merupakan salah satu pejabat Hong Kong pro-China yang menjadi target sanksi negara Barat terutama Amerika Serikat.

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Eks Polisi 'Bekingan' China Jadi Pemimpin Baru Hong Kong
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar