Daftar Isi
Foto: Ilustrasi. (Unsplash/Pixabay)
Lancang Kuning -- Derita membayangi industri musik independen Amerika Serikat setelah Presiden Donald Trump mengisyaratkan bakal menolak usulan paket bantuan untuk kantor pos yang terancam mati di tengah wabah virus corona.
Bayang ancaman ini mulai muncul setelah The Washington Post melaporkan bahwa Trump menegaskan bahwa ia akan menolak paket bantuan senilai US$2 miliar untuk penanggulangan pandemi Covid-19 jika di dalamnya mencakup dana untuk kantor pos.
Menurut keterangan dari sejumlah sumber Partai Demokrat di Dewan Perwakilan AS, jika keinginan Trump tersebut dituruti, kantor pos hanya akan bisa bertahan hingga September mendatang.
Sementara itu, kantor pos merupakan pilihan utama para distributor produk musik independen untuk mengirimkan piringan hitam, kaset, dan CD ke berbagai penjuru dengan harga murah.
Merujuk pada data Discogs, 86 persen distributor atau label independen AS mengirimkan produk mereka melalui kantor pos yang menjadi penyelamat di tengah ketiadaan konser akibat pandemi Covid-19.
Jika tidak ada kantor pos, para distributor terpaksa mengirimkan pesanan atau paket produk lainnya melalui layanan eksklusif seperti FedEx yang biayanya lebih mahal dan mencekik label independen di tengah wabah virus corona.
"Tanpa kantor pos, pilihan pengiriman yang termurah bagi kami tidak lagi murah," ujar salah satu pengelola label independen Sub Pop Records, Mark Arm, kepada Pitchfork.
Bagi toko-toko musik independen, kantor pos juga menjadi sarana utama mereka untuk berjualan karena semuanya kini telah beralih ke pemesanan digital. Tak ada lagi penjualan langsung karena gerai-gerai harus tutup di tengah pembatasan sosial.
"Kami hanya bisa mengandalkan situs kami sebagai sumber tunggal pendapatan kami selama krisis dan kami selalu menawarkan pengiriman gratis di dalam kawasan Amerika," ucap salah satu pemilik toko musik independen Amoeba Music, Jimi Henderson.
Ia kemudian berkata, "Ketiadaan akses ke kantor pos akan langsung menghapus kemampuan kami untuk menawarkan pengiriman gratis sementara opsi pengiriman alternatif lainnya jauh lebih mahal dan tidak praktis. Kemungkinan, kami harus menutup semua penjualan melalui situs."
Industri musik kecil di AS secara keseluruhan memang sedang menjerit di tengah cekikan pandemi Covid-19. Pelaku industri kecil menganggap pemerintah lamban menyadari dampak pembatalan sederet acara musik di AS. Hingga akhirnya, mereka melayangkan surat terbuka kepada Kongres pada 20 Maret lalu.
"Rumah kami di jalanan, studio, dan teater yang kini terpaksa tutup karena pandemi. Sekarang, pergelaran itu-pekerjaan kami, menghilang bersama segala investasi yang tak akan pernah kembali. Tanpa bantuan, komunitas kami akan menjadi tunawisma, kelaparan, dan tak bisa memenuhi kebutuhan medis."
Meski akhirnya pemerintah merilis program bantuan untuk industri kecil, mereka tetap tak bisa bernapas lega, terutama setelah pemerintah California dan New York mengumumkan bahwa acara musik kemungkinan tak bisa digelar hingga akhir tahun ini.
Para pelaku industri lantas mendesak agar semua program perlindungan bisnis kecil dari pemerintah direvisi sehingga dapat benar-benar memberikan jaminan proteksi bagi tempat-tempat musik kecil, termasuk dengan penghapusan pajak yang tak kunjung terjadi. (LK)
Komentar