Phantom Taurus: Jejak Peretas China Dibalik Serangan Siber Diplomatik Global

Daftar Isi


    Ilustrasi (ft:suara.com)

    LANCANGKUNING.COM,Jakarta-Kelompok peretas asal China kembali menjadi sorotan internasional setelah diduga berhasil membobol server email Kementerian Luar Negeri di sejumlah negara. Serangan siber ini tidak dilakukan secara acak, melainkan menjadi bagian dari kampanye jangka panjang untuk mengintai komunikasi diplomatik dunia.

    Laporan terbaru ini diungkap tim riset keamanan siber Palo Alto Networks, khususnya divisi ancaman intelijen bernama Unit 42. Dalam investigasinya, mereka menemukan bahwa kelompok peretas mengakses server email Microsoft Exchange di berbagai belahan dunia, yang memungkinkan pencurian informasi sensitif tingkat tinggi.

    Menurut Bloomberg, salah satu fokus utama kelompok ini adalah mencari data terkait KTT China-Arab 2022 di Riyadh. Para peretas menelusuri kata kunci spesifik, termasuk nama Presiden China Xi Jinping dan istrinya, Peng Liyuan. Langkah ini diduga untuk mengumpulkan informasi yang dapat mendukung kepentingan politik dan diplomasi Beijing.

    Meski Palo Alto Networks tidak menyebutkan negara mana saja yang terkena dampak, peneliti menegaskan bahwa sasaran utamanya adalah pihak-pihak dengan hubungan erat terhadap China dalam bidang ekonomi maupun geopolitik. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa Indonesia juga berpotensi menjadi target, meskipun kepastiannya belum diungkap.

    Lion Rochberger, peneliti senior Palo Alto Networks, menekankan betapa berbahayanya operasi ini. Ia menyebut para peretas berhasil mengekstraksi email dari kedutaan besar hingga operasi militer di berbagai wilayah, demi mengumpulkan data intelijen bernilai strategis.

    Kelompok peretas yang dituding berada di balik serangan ini dikenal dengan nama Phantom Taurus. Kendati demikian, Pemerintah China langsung membantah tuduhan tersebut. Kedutaan Besar China di Washington melalui juru bicara Liu Pengyu menegaskan bahwa negaranya juga menjadi korban serangan siber, dan menolak anggapan bahwa Beijing mendukung aksi peretasan.

    “Ranah siber bersifat virtual, sulit dideteksi, dan melibatkan banyak oknum. Mendeteksi sumber serangan adalah proses teknis yang kompleks dan membutuhkan bukti kuat,” ujar Liu.

    Serangan ini semakin memperpanjang daftar operasi siber yang dikaitkan dengan kelompok asal China. Awal bulan ini, Google juga melaporkan adanya infiltrasi peretas China terhadap perusahaan teknologi besar di Amerika Serikat. Bahkan, beberapa pelaku dilaporkan menyamar sebagai pejabat Partai Republik di DPR AS demi mengakses dokumen negosiasi perdagangan.

    Menurut Assaf Dahan, direktur intelijen ancaman Palo Alto Networks, aktivitas Phantom Taurus kerap bertepatan dengan perkembangan geopolitik atau manuver militer global. Jejak operasi mereka juga ditemukan di Afghanistan hingga Pakistan, menunjukkan betapa luasnya cakupan kampanye spionase digital ini.

    Dengan semakin rapuhnya keamanan digital diplomatik, kasus ini menjadi peringatan keras bagi negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, untuk memperkuat benteng siber menghadapi gelombang ancaman yang kian canggih.(cnbcindonesia/rie)


    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Phantom Taurus: Jejak Peretas China Dibalik Serangan Siber Diplomatik Global
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar

    Berita Terkait