13 Tahun Berjalan, Pemerintah Tetapkan Hari Puisi Indonesia

Daftar Isi


    LANCANGKUNING.COM,Pekanbaru-Pemerintah secara resmi menetapkan 26 Juli sebagai Hari Puisi Indonesia. Penetapan ini dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri Kebudayaan Nomor 167/M/2025 yang ditandatangani Menteri Kebudayaan Dr. Fadli Zon pada 23 Juli 2025.

    Gagasan Hari Puisi Indonesia bermula dari Pekanbaru, Riau, pada 22 November 2012. Saat itu, sejumlah seniman dan budayawan mendeklarasikan tanggal lahir Chairil Anwar, 26 Juli, sebagai Hari Puisi. Setelah 13 tahun perjuangan, akhirnya pada Sabtu malam (26/7/2025), pemerintah menetapkan tanggal tersebut secara resmi dalam acara Prosesi Penetapan Hari Puisi Indonesia di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

    Prosesi ini dihadiri berbagai tokoh seni dan budaya, termasuk Rida K. Liamsi, Sutardji Calzoum Bachri, Asrizal Nur, perwakilan dari Kedutaan Besar Ekuador, serta sastrawan dari seluruh Indonesia. Hadir pula delegasi dari Riau seperti Taufik Ikram Jamil, Husnu Abadi, Fakhrunnas MA Jabbar, Dheni Kurnia, Kunni Masrohanti, dan lainnya.

    Menteri Fadli Zon menyatakan bahwa pemerintah mengapresiasi konsistensi para sastrawan dalam memperjuangkan Hari Puisi Indonesia. “Seharusnya penetapan ini dilakukan sejak dulu, tetapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Puisi adalah objek kebudayaan yang memiliki softpower dalam peradaban dunia,” ujarnya.

    Ketua Yayasan Hari Puisi Indonesia, Asrizal Nur, menyebut perjuangan selama 13 tahun dilakukan secara mandiri dan penuh keterbatasan. “Hari ini adalah momen bersejarah. Penetapan Hari Puisi ini adalah bentuk tanggung jawab kita kepada bangsa,” katanya.

    Berawal dari Chairil Anwar

    Hari Puisi Indonesia diperingati tiap 26 Juli, bertepatan dengan hari lahir penyair legendaris, Chairil Anwar, yang lahir di Medan, Sumatra Utara, 26 Juli 1922 dan wafat di Jakarta, 28 April 1949.

    Dalam tayangan video yang diputar saat prosesi, Rida K. Liamsi mengatakan bahwa Hari Puisi Indonesia bertujuan untuk mengenang dan mengapresiasi karya-karya Chairil Anwar sekaligus menghidupkan semangat puisi di Indonesia. Pada 2012, sebanyak 40 penyair dari berbagai daerah mendeklarasikan hari ini di Pekanbaru.

    Chairil Anwar adalah anak tunggal pasangan Toeloes dan Saleha, berdarah Minangkabau dari Lima Puluh Kota. Ia menempuh pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) dan sempat masuk Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), tetapi tidak tamat. Meski begitu, ia belajar bahasa asing secara otodidak, termasuk Belanda, Inggris, dan Jerman.

    Chairil menulis sekitar 94 karya, termasuk 70 puisi. Karya terkenalnya antara lain “Aku”, “Krawang-Bekasi”, dan puisi terakhirnya “Cemara Menderai Sampai Jauh” (1949). Puisinya diterbitkan dalam tiga buku: Deru Campur Debu (1949), Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949), dan Tiga Menguak Takdir (1950, bersama Asrul Sani dan Rivai Apin).

    Atas jasanya, Chairil Anwar dianugerahi Anugerah Seni oleh pemerintah melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 12 Agustus 1969. Tanggal wafatnya ditetapkan sebagai Hari Puisi Nasional, sementara kini, hari lahirnya telah menjadi Hari Puisi Indonesia.

    Sejak 2012, peringatan Hari Puisi dirayakan rutin di berbagai daerah. Di Sumatra Utara, misalnya, digelar oleh Sanggar Budaya GENERASI di Medan (2017) dan di Pendopo Umar Baki, Binjai (2018), diinisiasi penyair Tsi Taura bersama Pemko Binjai.




    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel 13 Tahun Berjalan, Pemerintah Tetapkan Hari Puisi Indonesia
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar