Dilema Petani Sawit, Hasil Kebun Tak Sesuai dengan Kenaikan Bahan Pokok

Daftar Isi


     
    Foto: Ilustrasi

    Lancang Kuning, PEKANBARU - Harga buah kelapa sawit masih belum menggairahkan. Petani sawit merasakan dilema karena hasil kebun sawitnya tidak sesuai dengan pengeluaran belanja kebutuhan dapur setiap hari.

    Kini, harga sawit yang diumumkan Dinas Perkebunan Pemprov Riau Rp1.650 per kilogram. Harga itu berlaku untuk petani plasma yang bekerja sama dengan perusahaan sawit. Namun, untuk petani swadaya, sawit mereka dihargai Rp1.000 per kilogram di tengkulak.

    Salah satu petani sawit di Pekanbaru Riau, Adil Siregar menyebutkan, naiknya harga bahan pokok dibandingkan dengan merosotnya harga sawit dinilai tidak seimbang. Apalagi harga bahan bakar minyak (BBM) yang semakin naik. 

    "Sawit kami dibeli Rp1.000 per kilogram, hasil panen kami 1 ton setiap 2 pekan. Jadi dapatnya Rp1 juta. Upah pekerja panen Rp200 ribu per ton, jadi kami hanya dapat Rp800 ribu, ditambah lagi harga BBM naik, pusing lah," kata Adil Selasa (19/7).

    Adil mengaku dilema karena harus memilih antara beli beras dan kebutuhan rumah tangga lainnya dengan biaya merawat kebun sawit. Harga pupuk NPK Rp980 ribu, pupuk Urea Rp680 ribu untuk setiap satu karung berisi 50 kilogram. 

    "Sejak harga sawit merosot pada April lalu, kebun sawit kami jadi semak. Bukan saya saja, kawan-kawan petani lain juga tak dapat merawat kebunnya. Karena hasil sawit hanya bisa buat beli beras dan bahan pokok sehari-hari, tak bisa merawat kebun karena harga pupuk tinggi sekali," kata Adil.

    Elmi, salah satu ibu rumah tangga di Pekanbaru mengeluhkan harga bahan pokok yang selalu naik. Seperti cabai jawa Rp120 ribu, cabe Sumbar mencapai Rp130 ribu per kilogram biasanya Rp100 ribu, bawang merah Rp60 ribu per kilogram dari biasanya hanya Rp30 ribu. 

    "Bahan pokok naik semua, tapi harga sawit jauh kali merosotnya. Cabe naik, daging naik, bawang pun naik. Harga daun sop seperempat mencapai Rp12 ribu, biasanya hanya Rp7 ribu. Gula pasir curah Rp15 ribu per kilogram dari harga biasanya Rp12 ribu," kata Elmi.

    Sedangkan harga daging sapi Rp150 ribu perkilogram, biasanya Rp120 ribu. Kalau harga tomat Rp13 ribu per kilogram dari harga biasanya hanya Rp7 ribu.

    Hal senada disampaikan Hendra, warga Kabupaten Kampar, Riau. Turunnya harga sawit membuatnya harus memutar otak demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dia menilai kebijakan pemerintah yang menaikkan tarif listrik dan harga BBM sangat memberati masyarakat.

    "Hasil sawit saya 2 ton, dihargai Rp1.000 per kilogram. Dapatnya Rp2 juta setiap panen 2 pekan sekali. Sebulan dapat Rp4 juta. Harga BBM naik, bahan pokok seperti cabe, daging ayam, daging sapi, dan lainnya naik, listrik juga naik. Susu anak tak terbeli, anak kami terancam kurang gizi," kata Hendra.

    Sementara itu, Kabid Pengolahan dan Pemasaran Disbun Riau, Defris Hatmaja mengatakan, penetapan harga sawit periode 20-26 Juli 2022, pada kelompok umur 10-20 tahun Rp1.650,92 per kilogram. 

    "Harga pembelian buah kelapa sawit petani untuk periode satu minggu ke depan menjadi Rp1.650,92 per kilogram," kata Defris di Pekanbaru, Selasa (19/7).

    Menurut Defris, harga sawit sepekan ke depan memang mengalami sedikit kenaikan yakni Rp 141,54/Kg atau mencapai 9,38% dari harga minggu lalu. Namun sayang, harga itu tidak berlaku untuk petani swadaya tanpa bermitra dengan perusahaan.

    Defris menjelaskan bahwa naiknya harga buah sawit periode ini disebabkan oleh terjadinya kenaikkan harga jual Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel dari perusahaan yang menjadi sumber data.

    "Untuk harga CPO Rp7.623,07 per kilogram dan harga kernel Rp 4.361,82 per kilogram," jelasnya.

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Dilema Petani Sawit, Hasil Kebun Tak Sesuai dengan Kenaikan Bahan Pokok
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar