Daftar Isi

FOTO: Buruh Perusahaan, Muhammad Yunus
LancangKuning.Com - Sang presiden dengan kemeja putih membelah semak belukar untuk kemudian di ditampilkan dilaman media massa dan media sosial sang presiden. Sang presiden yang merakyat itu juga turun ke pematangan sawah sambil berdiskusi dengan para petani.
Tidak sampai disana sang presiden juga gemar blusukan ke gang-gang sempit sampai kepasar-pasar tradisional untuk sekadar bercengkrama dengan masyarakat dan dengan sudut pandang kamera yang pas, wajah sang presiden terbit dimedia massa Sang presiden juga bersikap ramah dan tampil humoris pada siapapun.
Pada anak-anak, emak-emak sampai pada tokoh tingkat dunia. Sang presiden terpandang manis dengan senyum yang agak sedikit cengar-cengir. Demikianpula saat ditanya wartawan internasional maka dengan lapang dada sang presiden manjawab “I Want To Tess Again My Minister, Please Answer”. Sang presiden terlihat sangat hati-hati dalam melafalkannya.
Dengan kata lain ingin terlihat lebih sopan dan berwibawa dimata dunia internasional.
Kini menjelang seperiode kepemimpinan sang presiden kita mesti terus mereflesikan kondisi bangsa dan masyarakat indonesia. Karna setiap kepemimpinan dan pemimpin berdampak besar terhadap riu rendah, sedu sedan dan suka duka dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara dimuka bumi indonesia ini.
Terlepas itu semua, kita mungkin dapat membayangkan dan merasakan bagaimana Recep Tayep Erdogan mengangkat ekonomi turkie ketangga enam belas dunia yang sebelumnya terpuruk dan tersisi. Mungkin emak-emak serta pemuda-pemudi yang sebelumnya kesulitan mencari pekerjaan merasakan betapa bersyukurnya menjadi warga negara Turkie karna dibawah kepemimpinan sang presiden lapangan pekerjaan terbuka lebar serta perekonomian meroket tajam.
Kita mungkin dapat merasakan bagaimana Vladimir Putin disegani dunia internasional dari setiap kebijakkan-kebijakkan dunia internasional yang dapat didikte dan dipengaruhinya. Demikian pula dengan Xi Jinping dari Tiongkok yang kini semakin ditakuti negara super power Amerika Serikat, terlepas dengan segala kontroversi mereka semua.
Para penduduk Tiongkok, Rusia dan Turkie pasti merasakan perubahan besar pada tatanan negara mereka masing-masing.
Dan kini didalam negeri kita mendapati beragam paradoks dari setiap kebijakkan dan keluhkesah yang terpublis kepublik namun diserang kembali oleh media massa oportunis serta akun-akun anonim dimedia sosial dengan menusukkan bahwa setiap penderitaan dan kegelisahaan masyarakat adalah salah dan tanggungjawab masyarakat itu sendiri.
Tidak ada peran pemerintah dalam membuka jalan kemudahan-kemudahan untuk masyarakatnya sendiri yang meskipun razia pajak kendaraan semakin sering dilakukan untuk meningkatkan pendapatan negara. Demikian pula pajak penghasilan, bumi bangunan dan seterusnya yang dikurasi pemerintah.
Padahal sumber-sumber daya indonesia jika dikelola dan diberdayakan dengan baik dan benar pajak kendaraan bermotor dan penghasilan rakyat dapat dihapuskan.
Namun kenyataannya perihal ekonomi yang ditargetkan ambius sampai 8% dalam RPJMN hanya berkisar diangka 5% sampai kini.
Demikianpula dengan nilai tukar rupiah yang sampai >15.000 Rupiah per Dollar. Sang presiden juga hanya mampu membuka 530.000 lapangan pekerjaan dengan persentase angkatan kerja tiga juta pertahun. Tak terkecuali di bidang infrastruktur yang selalu sang presiden banggakan dipangkas, terutama didalam proyek pembangunan rel kereta api yang semula menyentuh angka 3.258 kilometer menjadi 1.349 km pada 2019 padahal hobi berhutang sang presiden terus meningkat dan bergairah sehingga ketergantungan negara pada negara peminjam hutang semakin kuat.
Dibidang pendidikan terutama dibidang literasi sang presiden mungkin bangga dengan tingkat penduduk yang bisa baca sampai 98% padahal World Bank’s Indonesia Economic Quarterly Report sudah mengkategorikan bahwa kemampuan 55% penduduk indonesia hanya berada dilevel terendah bahkan jauh dibawah Vietnam. Secara fungsional indonesia tidak berkembang sama sekali.
Dibidang kesehatan WHO memvonis 7,8 Juta Balita indonesia mengalami stunting, gizi buruk yang berarti setiap seribu hari pertama balita indonesia akan mengalami penurunan IQ sepuluh point. Sungguh paradoks dengan gerakan revolusi 4.0 yang mulai dikemukakan sang presiden dengan kondisi kartu indonesia sehat yang cacat.
Dibidang pangan impor-impor panganpun menjadi luka yang teramat perih bagi petani. Bagaimana mungkin tidak, saat petani hendak merayakan panen, pemerintah mengimpor berton-ton jagung dan bawang dari luar negeri. Bahkan saat tahun kemarin indonesia berduka atas tragedi bom surabaya, dengan diam-diam pada saat bersamaan pemerintah mengimpor 500 ton beras dari Vietnam dan Thailand.
Dan jika hari ini kau turun kekampung-kampung maka keringat hijau masyarakat yang menyadap pokok karet dan mendodos sawit sudah tidak berharga karna harga komoditas tersebut turun drastis. Tidak sebanding dengan pengeluaran perawatan dan usaha yang dilakukan.
Dibidang kehidupan berbangsa dan bernegara kehidupan masyarakat dimasa kepemimpinan sang presiden mengalami ketegangan-ketegangan yang tak henti-hentinya. Kecurigaan-kecurigaan antar sesama menjadi semakin rumit dan menegangkan. Disuatu pihak mengaku paling pancasialis dan dipihak lain dituding sebagai anti NKRI.
Demonstrasi menuntut keadilanpun disebut makar. Tak khayal orang-orang gila terus berkeliaran memukuli tokoh agama dan kinipun barangkali atas prestasi orang gila tersebut mereka diberikan hak untuk memilih.
Terakhir melalui tulisan ini penulis tidak berniat sedikitpun mendemonisasi sang presiden karna sang presiden selalu di glorifikasikan oleh media mainstream dan beragam akun-akun media sosial. Sungguh Penulis hanya menyampaikan keluhkesah yang penulis rasakan ditengah-tengah kenyataan yang telah berlangsung diantara kehidupan kita semua. Dan sekaligus melalui tulisan ini penulis ingin menggugat sang presiden.
Jika ingin intropeksi dan sudah merasa mampu untuk membangun indonesia lebih baik maka dengarkan terlebih dahulu keinginan rakyat; apakah sudah terlambat atau tidak. Dan jika tidak, lebih baik akui segala kelemahan dan kesalahan karna ditangan presidenlah hajat umat manusia dipertaruhkan. (LKC)
Penulis: Muhammad Yunus (Buruh Perusahaan)







Komentar