Daftar Isi
Foto: tower telkom. (Net)
SIAK, Lancangkuning.com - Dalam beberapa jam saja ponsel tidak ada signal, pasti orang bisa 'merepet', apalagi tidak pernah ada signal sama sekali selama ini. Kondisi itulah yang dirasakan warga Kampung Bencah Umbai Kecamatan Sungai.
Warga terisolir dengan dunia lain melalui jaringan telekomunikasi, jangankan untuk proses sistem belajar jarak jauh atau daring di tengah pandemi Covid-19 ini, untuk komunikasi sehari-hari via telepon tidak bisa dilakukan.
Keluhan masyarakat Bencah Umbai disampaikan tokoh masyarakat setempat Nasib ketika kampanye dialogis calon bupati Siak nomor urut 2 H Alfedri, Kamis (19/11/20). Nasib mengadu ke Alfedri agar persoalan ini bisa dicari solusi.
"Kami berharap sekali, pak Alfedri bisa membantu kami, karena kami bisa dikatakan sebagai masyarakat yang tidak tahu dengan dunia luar, sangat-sangat sulit dengan kondisi seperti ini," kata Nasib.
Hal sama disampaikan Yanto warga setempat, terlihat dari raut wajahnya sangat berharap ada pihak yang membantu persoalan yang masyarakat hadapi.
"Tidak ada signal hp sama sekali, ibaratnya kami ini terisolir dari dunia luar dalam bidang telekomunikasi. Tentu ini sangat sulit bagi kami," kata Yanto.
Untuk berkomunikasi dengan keluarga dan kerabat, Yanto mengaku harus mengirim pesan SMS terlebih dahulu, untuk menentukan waktu menelepon.
"Kami pergi ke bukit, supaya ada signal, itu pun jaringannya susah sekali," akui pria dua anak itu.
Ia mengaku, beberapa hari yang lalu ada kabar duka, kerabatnya meninggal dunia, namun baru ketika ia pergi keluar daerah kabar itu tahu.
"Dah diluar kampung, baru saya terbaca SMS bahwasanya ada kerabat saya yang meninggal dunia," akuinya.
Selain itu, ada persoalan lain yang harus dihadapi masyarakat setempat, di tengah kondisi pandemi Covid-19 sistem belajar di sekolah jarak jauh (daring), namun dikarenakan di daerahnya tidak ada signal, pelajaran anak-anak terganggu.
"Memang ada pihak kampung menyediakan wi-fi gratis, namun tentu karena keterbatasan, tentu jaringannya tak maksimal," katanya.
Yanto mengatakan, saat ini ada satu anaknya yang masih SMP, dengan sistem belajar daring saat ini cukup membuatnya berputar otak. "Dikarenakan di kantor desa jaringannya terbatas, maka saya mengantarkan anak saya ke warung wi-fi yang tidak jauh dari sini, disitu per satu jam nya Rp 2.000 kalau tiga jam Rp 5.000. Kalau rata-rata anak belajar satu hari itu menghabiskan Rp 5.000 di kalikan sebulan sudah Rp 150 ribu. Tentu kami sebagai orang tua sangat terbeban dengan hal ini," jelas petani sawit itu.
Menjawab keluhan itu, Alfedri meminta pihak desa untuk menyurati Bupati Siak. "Tujuan surat itu ke Bupati Siak, tembusannya pihak telkom, semoga keluhan ini bisa direspon dengan baik agar masyarakat Bencah Umbai ini bisa menikmati jaringan telekomunikasi, sehingga kedepan masyarakat bisa berkomunikasi dengan kerabat, teman dan lainnya," kata Alfedri.
Kampanye di Bencah Umbai, Alfedri disambut hangat oleh masyarakat. Kampanye dialogis itu terlihat menerapkan protokol kesehatan Covid-19 yang ketat, dengan memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
Kampanye dialogis itu juga diawasi Panwaslu, Polri dan TNI. (Gs)
Komentar