Uni Eropa Gelontorkan Rp16,6 Miliar Dongkrak Pertanian Indonesia

Daftar Isi


    Foto: Pertanian/Ilustrasi.
     

    Lancang Kuning – Uni Eropa menggelontorkan anggaran sebesar €950.000 atau setara Rp16.6 miliar, untuk mendongkrak pertanian Indonesia. Proyek itu bertajuk Promoting Green Economic Initiatives by Women and Youth Farmers in the Sustainable Agriculture Sector in Indonesia (ECHO Green) yang akan berakhir pada tahun 2022.

    Baca juga:  Prabowo Ulang Tahun, Menteri KKP Sanjung Jasa-jasanya

    Proyek ini diluncurkan oleh Yayasan Penabulu bersama Konsorsium pendukung Sistem Hutan Kerakyatan  (KpSHK), Konsil LSM Indonesia dan ICCO Cooperation melalui webina bertepatan dengan Hari Pangan Sedunia pada Jumat, 16 Oktober 2020.

    Baca juga:  Ingin Hasil Swab Cepat Selesai, Kampar Lakukan Perjanjian Kerjasama Dengan BTKLPP Kelas I Batam

    Kegiatan itu diselenggarakan bekerja sama dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), Kementerian Pertanian, dan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur.


    Baca juga:  Pemko Pekanbaru Terbitkan Perwako Isolasi Mandiri, Ini Aturannya

    Direktur Yayasan Penabulu, Eko Komara menyebut, proyek ECHO Green akan meningkatkan kolaborasi antara pemerintah, organisasi masyarakat sipil (CSO) dan sektor swasta untuk memperkenalkan praktik pertanian berkelanjutan. Serta untuk memastikan keterlibatan perempuan dan petani muda dalam perencanaan tata ruang dan penggunaan lahan.

    Proyek ini memberikan dukungan teknis kepada 120 CSO, 100 petani perempuan, 100 petani muda, dan 100 desa di delapan kecamatan di tiga kabupaten di Indonesia, yaitu Padang Pariaman (Sumatera Barat), Grobogan (Jawa Tengah) dan Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat).


    Proyek ini bertujuan untuk ekonomi hijau yang inovatif dengan perempuan dan kaum muda berada di garis depan.

    “ECHO Green dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk pencapaian TPB (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) di daerah,” katanya dikutip Sabtu, 17 Oktober 2020, dikutip LKC dari Viva.co,id

    Menurut Eko, perempuan dan kaum muda memiliki peran penting dalam bidang pemberdayaan sumber daya manusia, dan menjadi motor pembangunan di era teknologi informasi 4.0.

    Eko menjelaskan, ECHO Green memiliki ambisi untuk meningkatkan ekonomi hijau, khususnya di bidang pertanian sebagai sektor andalan untuk menciptakan lapangan kerja yang berkelanjutan, mewujudkan kedaulatan dan  keberlanjutan pangan, serta memperkenalkan pendekatan yang lebih inklusif bagi semua pihak

    National Program Manager ECHO Green, Dida Suwarida menambahkan, proyek tersebut akan memanfaatkan teknologi digital untuk memperkenalkan  konsep ekonomi hijau kepada masyarakat penerima manfaat di Kabupaten Padang Pariaman, Lombok Timur, dan Grobogan.

    “Virus Corona berisiko bagi masyarakat. Wabah virus memberikan keyakinan kepada kita bahwa perempuan dan kaum muda harus mengambil  peran untuk mengamankan masa depan kita,” katanya

    Menurut Ida, tanpa optimalisasi teknologi digital, pandemi akan menyebabkan kurangnya minat terhadap pertanian berkelanjutan serta terhambatnya distribusi dan rantai produksi, pemasaran dan konsumsi

    Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020?2024, pemerintah mencatat isu peningkatan kebutuhan pangan seiring  dengan pertambahan jumlah penduduk sebesar 1,2 persen.

    Namun produktivitas yang relatif rendah dan fluktuasi harga menyebabkan daya tawar petani rendah. Proyek ECHO Green sejalan dengan  agenda prioritas pembangunan nasional untuk tahun 2020?2024.

    Uni Eropa Sebut Pembangunan Berkelanjutan Adalah Sebuah Pencapaian

    Terpisah, Duta Besar Uni Eropa Vincent Piket mengatakan, Uni Eropa merasa bangga mendukung proyek tersebut.

    “Bagi kami, ekonomi hijau yang inklusif adalah bagian dari pencapaian TPB (tujuan pembangunan berkelanjutan),” katanya dalam jumpa pers yang berlangsung secara daring.

    Menurutnya, dengan menerapkan prinsip ekonomi hijau dan inklusif di sektor pertanian akan meningkatkan produktivitas pertanian, menciptakan pendapatan, dan mengurangi ketimpangan dan kemiskinan.

    Vincent menyebut, perempuan dan petani muda memainkan peran penting dalam komunitas pertanian lokal. “Melatih mereka menggunakan teknologi pertanian modern akan meningkatkan ketahanan pangan dan nutrisi. Hal ini akan membantu membangun pertanian jangka panjang dan berkelanjutan,” ujarnya

    Dengan demikian, kata Vincent proyek diharapkan dapat memberikan manfaat langsung bagi warga Padang Pariaman, Grobogan, dan Lombok Timur. (LK)

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Uni Eropa Gelontorkan Rp16,6 Miliar Dongkrak Pertanian Indonesia
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar