Alasan Mengapa Waktu Cepat Berlalu Saat Merasa Bahagia

Daftar Isi

     


    Foto: Ilustrasi jam dinding

    Lancang Kuning - Hampir semua orang pasti pernah merasakan betapa lambat atau cepatnya waktu berlalu. Waktu berjalan lambat ketika Anda merasa bosan, melakukan rutinitas normal, atau marah, sebaliknya saat merasa senang, waktu berjalan begitu cepat sementara Anda tak ingin waktu cepat berlalu.

    Pepatah kuno "waktu berlalu saat Anda sedang bersenang-senang" atau time flies.

    Kok bisa? padahal setiap harinya, jam berdetak konstan, tak lebih cepat atau lambat, dan satu hari 24 jam, 1 jam 60 menit.

    Menurut studi terbaru, hal ini disebabkan oleh aktivitas neuron di bagian otak 'supramarginal gyrus.'

    "Bagaimana otak memahami waktu, bergantung pada ekspektasinya. Otak bisa mewakili kemungkinan bahwa sesuatu akan terjadi, pdahal itu belum terjadi," Dr. Michael Shadlen, ahli saraf di Columbia University Irving Medical Center di New York City dikutip dari Live Science.

    "Setiap pikiran memiliki "cakrawala" yang berbeda-beda. Waktu bergerak sesuai dengan cara kita mengantisipasi cakrawala ini."

    Ketika Anda benar-benar asyik dengan sesuatu, otak mengantisipasi "gambaran besar" dan melihat baik cakrawala dekat maupun jauh, yang membuat waktu seolah berlalu begitu saja, kata Shadlen. Tapi saat Anda bosan, Anda mengantisipasi cakrawala yang lebih dekat seperti akhir kalimat, bukan akhir cerita; cakrawala ini tidak bersatu secara keseluruhan, dan waktu terus berjalan.

    Menurut sebuah studi baru dari sepasang ilmuwan di University of California, Berkeley, neuron sensitif waktu di otak kita menjadi "lelah" dari tugas-tugas tertentu, akibatnya persepsi kita tentang waktu berubah.

    Menurut penelitian, yang diterbitkan dalam Journal of Neuroscience, neuron di bagian 'supramarginal gyrus' otak, yang memproses sentuhan dan ucapan, menjadi lelah ketika berulang kali terpapar rangsangan dalam durasi yang tetap. Namun, karena neuron di bagian lain otak terus bekerja seperti biasa, persepsi kita tentang waktu pun bergeser.

    Untuk mengujinya, peserta penelitian - 18 pria dan wanita berusia antara 18 dan 27 - menjalani pemindaian otak saat mereka menyelesaikan tugas di komputer. Untuk memulainya, mereka diperlihatkan "adaptasi visual" (alias lingkaran abu-abu) untuk jangka waktu tertentu. Setelah mereka menyelesaikan langkah ini sebanyak 30 kali, mereka kemudian ditunjukkan stimulus uji untuk jumlah waktu yang berbeda dan diminta untuk menebak berapa lama itu berlangsung.

    Mengutip Stylist, adaptasi visual 30 kali berturut-turut menyebabkan neuron peserta menjadi lelah - yang berarti mereka lebih mungkin mengalami persepsi waktu yang miring.

    Kemudian, tergantung pada apakah mereka bosan - alias, mereka telah diperlihatkan lingkaran abu-abu untuk jangka waktu yang lebih lama - atau 'bersenang-senang' (menggunakan istilah itu dengan sangat longgar) - alias, mereka telah diperlihatkan lingkaran abu-abu untuk periode waktu yang singkat - mereka merasa waktu berlalu atau berjalan lambat.

    https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2019/03/20/f8aabe1e-6ff2-472d-93ce-ee57e27dd495_169.jpeg?w=620

    Ditambahkan juga oleh peneliti, bahwa Salah satu mekanisme melibatkan kecepatan di mana sel-sel otak mengaktifkan satu sama lain dan membentuk jaringan saat Anda melakukan suatu aktivitas. Semakin cepat jalur neuron tersebut terbentuk, semakin cepat kita merasakan waktu. Uji coba ini dilakukan pada hewan pengerat.

    Mekanisme lain melibatkan bahan kimia di otak. Sekali lagi, pada hewan pengerat, Peneliti Joe Paton, ahli saraf di Champalimaud Foundation, sebuah yayasan penelitian biomedis swasta di Portugal. dan rekan-rekannya menemukan bahwa serangkaian neuron yang melepaskan neurotransmitter dopamin - zat kimia penting yang terlibat dalam perasaan dihargai - memengaruhi cara otak memandang waktu. Saat Anda bersenang-senang, sel-sel ini lebih aktif, mereka melepaskan banyak dopamin dan otak Anda menilai bahwa waktu yang telah berlalu lebih sedikit daripada yang sebenarnya. Saat Anda tidak bersenang-senang, sel-sel ini tidak melepaskan dopamin sebanyak mungkin, dan waktu sepertinya melambat.

    Namun David Eagleman, seorang profesor psikologi dan kesehatan mental masyarakat dan ilmu populasi di Universitas Stanford punya teori yang berbeda.

    "Waktu tampaknya semakin cepat seiring bertambahnya usia," katanya.

    Ketika Anda masih kecil, segala sesuatu tampak baru, dan dengan demikian otak Anda membangun jaringan yang padat untuk mengingat peristiwa dan pengalaman itu. Namun, sebagai orang dewasa, Anda telah melihat lebih banyak lagi, jadi peristiwa ini tidak mendorong terciptanya kenangan semacam itu. Jadi, Anda melihat kembali masa muda Anda dan berkata, "Ke mana perginya waktu itu?" (LK)

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Alasan Mengapa Waktu Cepat Berlalu Saat Merasa Bahagia
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar