Daftar Isi
LancangKuning -Mustapha Adib resmi menjadi perdana menteri Libanon Senin (31/8) untuk menggantikan Hassan Diab yang mengundurkan diri pascaledakan di Pelabuhan Beirut 4 Agustus lalu.
Adib merupakan seorang diplomat yang kurang dikenal di pemerintahan Libanon. Namanya baru muncul pada hari Minggu untuk menggantikan Hassan Diab.
Sebelumnya dia mengemban tugas sebagai Duta Besar Libanon untuk Jerman sejak 2013.
Baca Juga : Resmi Normalisasi, UEA Cabut Boikot Israel
Seperti dikutip dari AFP, pria 48 tahun itu menjadi PM setelah memenangi pemilihan yang dilakukan berdasarkan sistem pembagian kekuasaan berbasis sektarian, dan dia merupakan seorang Muslim Sunni.
Dalam biografinya di situs web kedutaan Berlin, pria kelahiran Tripoli itu merupakan akademisi yang memegang gelar PhD di bidang ilmu hukum dan politik.
Dia melakukan penelitian dan tugas ahli di bidang keamanan manusia dan negara, pengawasan parlemen atas sektor keamanan, desentralisasi dan demokrasi lokal, serta undang-undang pemilu.
Dari 2000 hingga 2004, ia menjabat sebagai penasihat Najib Mikati, seorang miliarder dan mantan perdana menteri yang mendukung pencalonannya pada hari Senin.
Baca Juga : Ahli Ungkap Mutasi Corona dan Peningkatan Kasus Covid-19
Pada 2011, Perdana Menteri Mikati menunjuk Adib sebagai kepala kabinetnya.
Mantan perdana menteri Saad Hariri dan Fouad Siniora juga mendukung Adib setelah dua kandidat lainnya dilaporkan ditolak oleh kelompok dominan Muslim Syiah Hizbullah dan sekutu politiknya.
Penunjukan Adib bertepatan dengan rencana kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Rekan dari Tripoli yang tidak mau disebutkan namanya menggambarkan Adib sebagai pria yang tenang, sopan, dan diplomatis.
Baca Juga : Serangan Israel di Suriah Tewaskan 5 Orang
"Dia bukan orang yang suka berkonfrontasi dan tidak keras, tetapi menghindari masalah dan berusaha untuk menyelesaikannya secara diplomatis dengan tujuan untuk mengkonsolidasikan hubungannya dengan pihak berbeda," kata rekan Adib itu.
PM sebelumnya mengundurkan pada Senin (10/8) malam waktu setempat, kurang dari seminggu setelah ledakan besar di Beirut. Perdana Menteri Hassan Diab menyampaikan secara langsung pengunduran dirinya dan pemerintahannya di tengah krisis politik.
Ledakan yang menewaskan 171 orang itu berasal dari ribuan amonium nitrat yang disimpan di gudang pelabuhan Beirut selama bertahun-tahun tanpa pengamanan.
Komentar