Pesan Untuk Mahasiswa

Daftar Isi

    “Kau ingin jadi apa ? Pengacara, untuk mempertahankan hukum kaum kaya, yang secara inheren tidak adil ? Dokter, untuk menjaga kesehatan kaum kaya, dan menganjurkan makanan yang sehat, udara yang baik, dan waktu istirahat kepada mereka yang memangsa kaum miskin ? Arsitek, untuk membangun rumah nyaman untuk tuan tanah ? Lihatlah di sekelilingmu dan periksa hati nuranimu. Apa kau tak mengerti bahwa tugasmu adalah sangat berbeda: untuk bersekutu dengan kaum tertindas, dan bekerja untuk menghancurkan sistem yang kejam ini ?”

    -Victor Serge

    “Apabila KEBAIKAN telah kurang diamalkan maka dia menjadi KEJAHATAN, dan apabila KEJAHATAN telah tersebar maka dia menjadi KEBAIKAN”

    Untuk kau yang mengaku sebagai mahasiswa, jalanan itu jadi saksi bisu. Diatasnya terekam banyak sekali jejak kaki. Kaki para anak muda yang menyimpan amarah dahsyat dan benci yang tinggi. Terutama pada kekuasaan para jahanam yang mengabaikan keadilan. Keadilan itu bukan saja tak dipenuhi tapi juga di khianati. Katanya negara ini adalah negara hukum, dan  hukum selalu saja di puja-puja namun hukum itu hanya menjadi alat untuk para penguasa dan yang memiliki uang saja, selalu saja mereka yang mendapatkan perlakuan yang istimewa. Seandainya mereka dipenjara pun karena tersandung sebuah kasus, penjara mereka tetap saja lebih baik dari rumah kita, fasilitas mewah tersedia didalamnya sehingga apapun yang mereka butuhkan pasti akan selalu tersedia. Bahkan tidak jarang kita mendengarkan dari berita mereka dengan sangat mudah mendapatkan pemendekan hukuman.

    Lihatlah mereka ditelevisi, mereka sangat percaya diri. Dengan membawa seorang pengacara yang katanya kuliah untuk membela kebenaran malah membela siapa yang kaya, dengan banyak bicara seolah mereka benar saja. Pak hakim pun dengan mudah berkilah yang salah siapa, yang pastinya yang tidak memiliki uang. Dan pengacara, hakim serta si terdakwah menjadi sebuah sinetron yang selalu saja berakhir bahagia.

    Tapi lihatlah, mereka yang sudah tua dan hanya hidup seorang diri di penjara seumur hidup hanya karena mencuri sebuah singkong yang singkong itu diambilnya hanya untuk menghilangkan sedikit rasa lapar yang ada diperutnya. Itu salah siapa ? bukankah negara sudah mengatur jika fakir miskin di lindungi negara ? tapi apa ? nenek itu akhirnya di jatuhi hukuman seumur hidup oleh sang hakim yang katanya selalu bijaksana, yang selalu ingin dipanggil sang mulia ?

    Mahasiwa, itu semua salah siapa ? salah siapa ? salah mereka  ?

    Tidak, itu salah mahasiwa yang diam saja !

    Jalanan yang dipijak itu pernah menjadi panggung. Menjadi panggung buat siapa saja yang ingin menyuarakan ketidakadilan dan “keadilan” yang mereka inginkan. Tentang  keadilan yang katanya semua air,tanah dan yang ada dibumi milik negara dan ternyata itu semua milik asing yang di kasih topeng negara. Tentang keadilan kaum kaya dan miskin yang memiliki kelas yang sangat jauh dari biasanya. Sistem kapitalisme yang dianut sudah meregut keadilan itu, yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin malah semakin melarat. Siapa yang memiliki modal maka dialah yang menjadi raja dan yang hanya punya tenaga maka dialah yang menjadi budak para raja. Diantara kekejaman itulah maka protes dan perlawanan mesti didengungkan di panggung jalanan, panggung yang tidak pernah mengkhianati para pemanggung, yang selalu siap untuk dipakai siapa saja dan kapan saja asalkan untuk kebaikan bersama. Para pemanggung pun melantunkan bunyi-bunyi protes dan perlawanan. Mereka melakukan sikap yang dulu sempat langka: kembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dan hancurkan sistem kapitalisme yang  memberi hak istimewa kepada mereka yang punya uang saja.

    Jalanan itu juga merekam jutaan baku tembak dari para aparat bersenjata kepada anak muda yang hanya memakai baju lusuh dan berbadan lesu itu. Baju yang lusuh dan badan yang lesu tak menjadikan mereka takut akan peluru yang menghujam mereka, karena niat mereka sudah mendarah daging menjadi idealisme yang mesti diperjuangkan. Sebagian dari mereka bersimbah darah didadanya, tak tau darimana datangnya peluru itu tapi itu bukti jika para penguasa sudah kehabisan akal. Sampai saat ini setiap hari khamis tepatnya didepan istana negara para pejuang HAM tetap saja memperjuangkan hak mereka yang sampai saat ini tidak ada keadilan buat mereka padahal sudah bergonta ganti presidennya,apakah ini negara keadilan ?

    Jalanan sudah mengukir banyak peristiwa, kini jalanan  menjadi tempat bertarung untuk para kriminal jalanan. Perkosaan diangkot hingga pembunuhan di halte telah menjadi berita harian dinegeri ini. Para saksi mata hanya bisa berdiam diri. Mayat bayi dibuang ke selokan bak ibarat bungusan sampah yang dibuang ke sungai. Semua hanya bisa termenung memperhatikannya. Karena bagi mereka lapor ke polisi akan mempersulit diri. Tak jarang pula jalanan menjadi persinggungan yang mewah dengan yang kumuh. Mobil megah berderat di belakang lampu lalu litas dan disebelah pintu berdiri para gepeng yang meminta sesuap nasi dari mereka. Dari yang menjual koran sampai yang membawakan binatang menjadi tontonan setiap persimpangan jalanan. Tujuan mereka semua sama, baik yang didalam mobil maupun diluar mobil, sama sama tentang uang. Kini sudah muncul hukum yang dibuat oleh para pemilik uang, hukum itu berisikan tentang “Jangan memberikan uang kepada pengemis, yang memberi akan di kasi hukuman !” itulah bunyi hukuman untuk mereka yang kaya, seolah mereka di hukum untuk kebaikan mereka padahal dibalik itu semua para jutawan yang membuat hukum itu bebas merampok apa saja milik negara asalkan suka sama suka, yang penting tidak boleh memberi kepada mereka yang menjadi pengemis jalanan !

    Mahasiswa, kini sudah saatnya jalanan itu kita rebut kembali. Suarakan protes dan dengungkan pembangkangan. Nyatakan sikap menuntut keadilan dan melawan ketidakadilan. Rebut juga sektor ekonomi kita, kini sektor itu milik asing, apa guna kita membuka jurusan pertaniaan, pendidikan, kedokteran, bahkan pertambangan jika ujung ujungnya itu semua hanya untuk asing ? REBUT !!

    Tengok Mesir yang berguncang karena suara massa kaum muda. Kepalan tangan mereka dan bersatunya banyak kekuatan telah mengusir sang presiden. Lihat Tunisia yang bergolak karena dipicu oleh bakar diri seorang pedagan kecil. Luapan frustasi orang kecil itu menemukan muara pada keberanian dan kenekatan anak-anak muda. Hal yang sama terjadi di Turki, Brazil dan Portugal. Aksi massa telah mengguncang dengan keras ke tatanan politik. Segera nasib penguasa mereka sama : tunggang langgang lari dari massa. Tak hanya itu, di Eropa sana kebangkrutan ekonomi merayap dengan cepat. Kapitalisme yang didengungkan sebagai ideologi  akhir itu kini tersungkur di kandangnya sendiri. Ratusan orang membuat gerakan luar biasa. Ribuan orang merusak mall, menimpuki batu pada polisi dan berusaha mengambil alih bank. Jatuh satu per satu kepala negara Eropa karena tak mampu stabilkan mata uangnya.

    Tapi lagi-lagi media yang membuat ulah, tak banyak media yang menampilkan berita tentang perubahan kaum muda. Semuanya hanya menampilkan tentang jalanan yang macet, kerusakan yang dilakukan oleh para kaum muda sampai kejahatan yang dilakukan selama menyuarakan perubahan. Dan parahnya para mahasiswa diundang ke stasiun televisi dan diberi bayaran yang hanya untuk makan sehari dan mereka bertugas untuk memberikan tepuk tangan diacara lucu-lucu semata, bahkan parahnya mereka di suruh memberikan tepuk tangan dengan almamater di badannya pada acara yang mendatangkan si penguasa.

    Itukah tugas mahasiswa sekarang, yang dulu tangannya selalu terkepal melawan penguasa kini menjadi saling beradu antara satu tangan dengan tangan lainnya untuk menciptakan suara gemuruh semangat kepada penguasa ? atau mahasiswa sekarang menjadi kaum yang cinta dengan dinginnya stasiun televisi daripada menjadi kelompok yang berjemur dipanasnya jalanan ?

    Mahasiswa dimana anda kini berada ? apakah pergerakan kita bisa dibeli dengan uang makan sehari makan itu saja ?

    Apalagi yang tidak membuat gerakan mahasiswa untuk bergerak ? Jika perekonomian dikuasai asing, maka kemiskinan akibatnya. Saksikan, apa ada kesejahteraan di tempat dimana tambang digali ? Sebut, apakah ada kemakmuran tempat dimana hutan dijarah ? Tolong beritahu aku, apa ada keamanan tempat dimana perkebunan dibuka dan tanah rakyat jelata diambil paksa ? Katakan, apakah ada kenikmatan para pekerja kita yang jadi pembatu di negeri asing ? Kita tahu, mereka dipaksa untuk jadi pahlawan devisa karena memang ladang pekerjaan tak ada disini. Semuanya direbut dan diambil asing dengan menggunakan penguasa sebagai kaki tanganya. Katakan, apa ada undang –undang yang menjami perlindungan ekonomi rakyat ? Tolong jelaskan padaku, dimana ada peraturan yang memastika orang miskin dapat pendidikan terbaik dan perawatan kesehatan yang memadai ? Konstitusi katanya menyebutkan tapi tidak ada aturan yang memberi sanksi keras bagi orang miskin yang dianiaya. Maka, kembali pertanyaan pada mahasiswa untuk apa kalian kuliah kemana-mana jika rakyat negerimu sendiri terlunta-lunta ? Dulu,Sjahrir pejuang  kita bilang bahwa kemerdekaan hanyalah jembatan kemanusiaa. Hatta bahkan bilang bahwa kemerdekaan yang kita raih ternyata tak mampu meraih cita-cita sosialnya. Mereka sadar, kemerdekaan ini terancam oleh para pengurus negeri ini.

    Sudahkah kalian kehilangan nyali dan harga diri ? Kutanya pada kalian: apa yang mengancam kalian selama ini ? Kuyakin ada ketakutan dan trauma yang memayungi hidup kalian. Ketakutan atas perkara pengangguran. Sekaligus trauma oleh penindasan. Telah lama kampus kalian ditusuk oleh kepentingan komersil. Tiap semester kalian diburu oleh pembayaran uang kuliah yang tak pernah turun tarifnya. Tiap hari kalian diguncang oleh petuah dosen agar kuliah dalam waktu singkat, ditambah lagi kalian wajib tamat 4 tahun bukan ? Tiap ngobrol kalian mengeluh tentang hari depan yang gelap. Tak jarang kalian dipamer-pameri kekayaan. Walau tak jelas dari mana asal usulnya ada mahasiswa jutawan memakai kampus sebagai pamer keunggulan. Mobil gonta-ganti dan parkir seenaknya. Handphone jumlahnya melebihi buku yang dibaca. Laptop terus berubah seiring dengan potongan rambut. Dan tak lupa kartu kredit yang berasal dari semua bank. Mereka persis seperti sales saja. Pemuka budaya konsumti yang bertugas menjual barang apapun. Dalam sangkar yang terkucil dari jerit rakyat itulah kalian belajar. Buku, ceramah dan kegiatan akademik tak mampu mengangkat nyali kalian. Semua tahu pada akhirnya kalian hanya menjadi  barisan sarjana yang mengabdikan penindasan. Kemudian tahu-tahu kailan berada bersama para jahanam, hidup bersama mereka dan bahkan bekerja untuk mereka.

    Jika begitu bagaimana penindasan itu diputus ? tak ada acra lain kecuali membangkitkan kembali gerakan. Segera alirkan tiap persoalan sosial dalam ruang-ruang diskusi kampus. Aku yakin masih ada mahasiswa yang masih berani melawan penindasan yang siap dengan kepalan tangannya melawan para jahanam. Lewat kepalan itu pula sejarah perubahan dapat dibentuk. Ada yang mungkin punya kemampuan menulis. Buat risalah yang membangkitkan keberaniaan untuk memprotes. Susun tulisan yang bisa dibaca dan mengilhami perlawanan. Sedang untuk mereka yang pintar berorganisasi segera bentuk kader yang tangguh. Ajarkan pada mereka bagaimana membuat gerakan yang bisa menjangkau massa. Buatkan hubungan yang erat dan saling membantu dengan masa tertindas lainnya.

    Jika kita menghamba kepada ketakutan, kita memperpanjang barisan perbudakan

    Wiji Thukul

     

    Kalian adalah ujung tombak perubahan.

    Kalian pejuang keadilan.

    Almamater mu itu bukan warna biasa yang melakat di badan.

    Tapi warna yang mengguncang nyali para jahanam.

    Turunlah ke jalan.

    Karena kalian lahir untuk perbubahan.

     

    Insanul Kamil Negarawan

    Riau, 14 Februari 2016

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Pesan Untuk Mahasiswa
    Sangat Suka

    61%

    Suka

    38%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar