3 Penyebab Penularan COVID-19 Pada Anak di Indonesia Tinggi

 

Foto: Siswa Sekolah Memakai Masker (Gambar: cdn-image.bisnis.com). (vstory)

Lancang Kuning – Jika pada saat awal pandemi virus corona atau COVID-19 disebutkan anak-anak tidak terlalu berisiko terjangkit virus ini, tapi hal itu sudah tidak berlaku lagi sekarang. 

Melalui tayangan Hidup Sehat di tvOne, dokter spesialis anak, dr. Meirdhania Andina SpA, MKes menyebut bahwa tingkat penularan virus corona anak di Indonesia tergolong tinggi. 

"Berdasarkan data terakhir yang ada, data yang terakhir di-share oleh ketua IDAI, itu bahwa anak Indonesia banyak (terjangkit COVID-19). Karena kendala yang kita temui pemeriksaan pada anak masih sangat kurang, satu per seribu dari negara tetangga. Jadi, masih sangat jarang anak yang kita periksa," ujarnya.

Baca juga: Tempat Wisata di Riau

Selain pemeriksaan yang masih minim, Meirdhania juga mengungkapkan masih banyak orangtua yang kerap membawa anaknya beraktivitas keluar rumah, seperti berbelanja, jalan-jalan, bahkan naik motor tanpa menggunakan masker. 

"Itu yang menjadi sumber penularan tinggi. Karena 4 aspek yang seharusnya, seperti melakukan tes sebanyak-banyaknya, isolasi,tracing dan yang terakhir social dan physicaldistancing, masih sangat-sangat kurang di Indonesia," lanjut dia, dilansir dari Viva.co.id 

Baca Juga: Nikita Willy Benarkan Kini Lagi Jomblo

Tantangan lain yang dihadapi adalah, masih banyak orangtua yang tidak mendapatkan kebijakan untuk bekerja dari rumah (WFH). Sehingga, tak sedikit para ibu yang membawa anaknya saat bekerja. 

"Jadi tantangannya di situ, apakah di lingkungan kerja sudah menerapkan hidup bersih? Apakah ada tempat penitipan anak yang aman?" kata dia. 

Dalam masa pandemi seperti sekarang ini, menurut Meirdhania orangtua harus mempertimbangkan terlebih dahulu ketika ingin membawa anak ke tempat kerja. 

"Dipertimbangkan untuk disediakan fasilitasnya jika memang terpaksa harus dibawa. Tapi, kalau misalnya ada yang bisa jaga di rumah, ya mungkin tidak usah dibawa ke mana-mana," tutur Meirdhania. (LK)