Daftar Isi
Foto: Ilustrasi petugas medis memeriksa kondisi pasien virus corona menggunakan APD. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Lancang Kuning, JAKARTA - Peneliti Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi Institut Teknologi Bandung (PPMS ITB) Nuning Nuraini, bersama peneliti lainnya di sejumlah universitas ternama Tanah Air, memprediksi wabah virus corona di Indonesia akan berakhir pada Juli, dan terus menurun kasusnya hingga September mendatang.
Baca Juga: Gempa Darat Guncang Luwu Timur
Melansir IDN Times, prediksi ini menggunakan model penyebaran wabah yang terjadi di Korea Selatan dan Amerika Serikat, dengan kurva Richard untuk simulasi di Indonesia.
Baca Juga: Meski PSBB, Bandara Soetta dan Halim Perdanakusuma Tetap Beroperasi
1. Jumlah kasus positif virus corona di Indonesia bisa mencapai 60 ribu
Berdasarkan riset yang dimutakhirkan, Nuning bersama peneliti lainnya memprediksi kasus virus corona di Tanah Air bisa mencapai 60 ribu, dengan mengacu pada jumlah pasien hingga 18 Maret lalu. Padahal sebelumnya ia memperkirakan, angka orang yang terinfeksi hanya 8.000.
Baca Juga: Tempat Wisata di Riau
Sedangkan penambahan kasus harian puncaknya terjadi pada Mei yaitu di angka 250 kasus per hari, dan mulai mereda pada Juli serta terus menurun hingga September.
2. Ada 3 faktor dalam upaya pengendalian sebaran virus corona di Indonesia
Dalam penelitian ini, Nuning dkk menjelaskan bahwa pengendalian sebaran virus bergantung pada tiga faktor yaitu laju infeksi, jumlah orang yang ditemui, dan periode infeksi atau masa inkubasi.
Baca Juga: Tempat Wisata di Pekanbaru
Laju infeksi merupakan karakteristik dari virus tersebut, sehingga tidak dapat diubah oleh manusia. Tetapi kedua faktor lain dapat kita kontrol dengan cara physical distancingdengan work from home, menutup sekolah dan karantina wilayah. Sedangkan periode infeksi dapat dikontrol dengan melakukan tes massal dan isolasi.
3. Strategi intervensi dapat mengatasi penyebaran virus corona
Dalam penelitian ini, untuk mengatasi penyebaran virus corona dapat dilakukan dengan menggunakan strategi intervensi, yang dibagi menjadi dua cara yaitu dengan mitigasi dan supresi.
Baca Juga: Ketua KNPI Meranti Konsisten Bantu Warga Tidak Mampu yang Terdampak Covid-19
Mitigasi adalah intervensi yang bertujuan untuk memperlambat penyebaran, sehingga jumlah kasus dapat meningkat secara perlahan dan rumah sakit dapat menampung pasien yang membutuhkan pertolongan. Cepat atau lambat selesainya wabah ini apabila hampir seluruh penduduk terinfeksi dan terbentuk kekebalan kelompok, sehingga tidak ada gelombang baru epidemi virus corona di masa mendatang.
Sedangkan surpresi adalah intervensi yang bertujuan untuk menekan laju penyebaran virus corona, akibatnya penambahan kasus dapat menurun secara drastis dan penyakit ini hilang di masyarakat. Tetapi tidak semua masyarakat terinfeksi penyakit tersebut, akibatnya tidak terbentuk kekebalan kelompok terhadap penyakit ini, sehingga dapat menimbulkan gelombang baru virus corona.
Kesimpulan penelitian ini adalah physical distancing tidak dapat secara keseluruhan menghentikan kasus positif virus corona di suatu daerah, hanya karantina wilayah yang dapat menghentikan laju kasus tersebut.
Makin lambat penerapan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah, maka puncak epidemi virus ini akan semakin tinggi kasus positifnya.
Terakhir, dalam menerapkan karantina wilayah, kecepatan identifikasi hasil rapid testatau tes cepat akan menentukan kecepatan tercapainya puncak sekaligus penurunan kasus. (LK)
Komentar