Usia 66 Tahun, Tenaga Seraya Masih Gadis

Daftar Isi

     

    Foto: Nenek Yuni, usia sudah 66 tahun tapi suka naik gunung (Istimewa)

    LancangKuning.com, Pekalongan - Usia boleh tua, namun soal semangat jangan dikata. Inilah nenek berusia 66 tahun dari Pekalongan yang hobi naik gunung!

    Kendati disebut sebagai seorang nenek-nenek, namun hobinya membuat para muda-mudi iri. Bagaimana tidak, hobinya naik gunung. Terakhir, dirinya bersama dua anaknya baru usai pulang dari puncak Gunung Latimojong, Sulawesi Selatan. Gunung ini merupakan puncak gunung yag ke-14 yang telah didakinya.

    Namanya Wahyuni (66) warga Gang Arjuna, Kelurahan Sapuro Kebulen, Pekalongan Barat, Kota Pekalongan. Saat detikcom berkunjung ke rumahnya, Senin (11/11/2019), dirinya seakan tidak mengenal kata lelah, tetap menemui detikcom.

    Dalam pantauan detikcom di ruang tamunya terpampang sebuah penghargaan dari Jawa Timur tertanggal 19 Oktober 2019 lalu, yang menyebut Nenek Wahyuni ini pendaki tiga zaman.

    Baca Juga: Pelatih Legendaris Italia Kecam Sikap Ronaldo

    Dilansir detikcom, Nenek Yuni panggilan akrab Wahyuni, menceritakan kesukaannya pada alam sudah sejak kecil. Hanya saja saat berumah tangga dan dikaruniai 9 anak, dirinya akhirnya lebih fokus untuk membesarkan anak-anaknya.

    "Sejak kecil suka jalan-jalan di alam. Cuma pas nikah anaknya banyak, saya istirahat. Dan baru saya mulai lagi saat anak sudah besar-besar di tahun 2010," jelasnya.

    Dalam mendidik anak pun, Nenek Yuni selalu mengarahkan anaknya untuk peduli dan mencintai alam. Tidak heran bila semua anggota keluarganya pernah naik gunung bersama dirinya. Termasuk anak yang nomor enam yakni Endang Cahyo Wiroyowati (42) dan anak bungsunya Mohammad Menang Susilo (28).

    Keduanya inilah yang mendampingi Nenek Yuni kemana pun nenek pergi mendaki gunung.

    Baca Juga: Usai Berpesta Gol, Thailand Malah Tak Lolos Piala Asia U-19

    "Kalau saya sejak saya umur dua tahun sudah diajak naik Gunung Merbabu," kata Mohammad Menang Susilo, anak bungsu Nenek Yuni.

    Dalam pendakian ke Gunung Latimojong, Sulawesi Selatan, keduanya pun mendampingi ibu tercintanya untuk sampai ke puncak Gunung Latimojong dengan ketinggian 3478 Mdpl. Gunung Latimojong merupakan satu dari tujuh puncak tertinggi di Indonesia.

    "Perjalanan tidak ada masalah. Saat ke Sulawesi saya berangkat naik kapal pulangnya naik pesawat. Total perjalanan 28 hari dan baru pulang tanggal 10 November kemarin," kata Nenek Yuni bersemangat menceritakan perjalanan pendakian tersebut.

    Dikatakan perjalanan dari lereng gunung hingga sampai puncak ditempuh waktu empat hari.

    Baca Juga: Tempat Wisata di Riau

    "Perjalanan empat hari. Jalannya ekstrem. Alhamdulillah saya lancar walaupun sudah tua," gurau Nenek Yuni.

    Untuk perbekalan yang wajib di bawa Nenek Yuni ini tidak lain dan tidak bukan ikan asin. Baik ikan asin kecil-kecil mau pun ikan asin yang besar.

    "Saya jarang makan daging. Makanan kesukaan di gunung ya ikan asin," jelas Nenek Yuni.

    Pada detikcom Nenek Yuni menceritakan bagaimana perjuangan dirinya untuk dapat mencapai puncak Latimojong. "Perjalanan jalannya naik curam. Dan kita harus melewati pepohonan sebagai pijakan jalannya. Harus hati-hati," katanya.

    Baca Juga: Makanan Khas Pekanbaru

    Saat melakukan pendakian, memang barang keperluan nenek dibawakan oleh putra bungsunya yakni Mohammad Menang Susilo.

    "Saya berbagai dengan kakak untuk membawakan barang-barang kebutuhan ibu," tambah Muhammad Menang.

    Dengan medan trekking yang terjal dengan kemiringan curam ini, bisa dilalui Nenek Yuni. Bahkan jalur juga penuh lumut yang membuat para pendaki harus ekstra hati-hati saat melintasinya.

    "Ibu tidak pernah mengeluh. Bila capek ya istirahat. Yang menentukan perjalanan istirahat dan tidaknya ibu," katanya.

    Baca Juga: ACT Berbagi Kemanusian di Momentum 11.11

    Menurut nenek Yuni ada kepuasan tersendiri ketika sampai puncak. "Kepuasan saat sampai puncak. Menikmati keindahan dan keagungan Sang Maha Pencipta atas ciptaan alam yang indah ini," katanya.

    Rasa capek saat mendaki gunung, menurutnya terbayar dengan suguhan pemandangan yang sangat indah saat di puncak. Saat turun dari gunung menurut Nenek Yuni lebih penuh perjuangan lagi, karena jalur yang sangat curam, hanya berpegangan pada akar-akar.

    "Satu jalur saya harus merangkak turun mundur. Karena memang sangat bahaya," tambah Nenek Yuni.

    Saking semangatnya Nenek Yuni sampai tidak kerasa saat turun gunung kuku kakinya lepas.

    "Tidak kerasa kuku lepas satu. Malah sepatu saya juga hilang karena terjatuh saat naik angkutan," katanya.

    Kendati demikian, tidak menjadikan dirinya kapok untuk naik gunung. Bahkan dirinya dalam waktu setahun ke depan akan melakukan pendakian ke Gunung Kerinci di Sumatera.

    "Kalau di Jawa hampir sudah semuanya. Tahun depan saya berencana mau naik ke Gunung Kerinci di Sumatera, lagi kumpul-kumpul uang dulu," kata Nenek Yuni yang setiap harinya menjual nasi keliling pasar ini.

    Selain mengumpulkan uang dirinya juga akan lebih giat latihan fisik kembali.

    "Caranya ya dengan jualan nasi. Kalau keliling pasar setiap hari kan juga latihan fisik juga," canda Nenek Yuni.

    Baca Juga: Sebaiknya Jangan Olahraga Dulu Jika Kamu Dalam Kondisi Ini

    Dalam pendakian Gunung Latimojong, Sulawesi Selatan ini juga selain dari penghasilan jualan nasi juga karena jualan kaos. Kaos yang bersketsa wajahnya tertulis 'Asa Di Masa Tua Menggapai gunung Tertinggi'. Ongkos yang dikeluarkannya bersama dua anak untuk pendakian ke Gunung Latimojong kemarin sekitar Rp 10 juta.

    "Ya sambil jualan kaos juga. Kalau dapat uang banyak yang naik banyak juga," ujarnya.

    Di akhir berkisah dengan detikcom, dirinya berpesan untuk para pendaki muda untuk tidak putus asa dan selalu bersemangat dalam meraih cita-cita.

    "Kalau yang naik gunung, jangan bawa sampah ke atas, hargai alam dan jangan bicara tanpa aturan. Selain itu juga harus mempersiapkan fisik dan perlengkapan mendaki yang mewadahi, itu saja sih pesan saya ke pemuda yang mau mendaki," tutupnya.

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Usia 66 Tahun, Tenaga Seraya Masih Gadis
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar