Sosok Sekolah Laskar Pelangi Di Kampar

Daftar Isi

    Foto: Istimewa

    LancangKuning.Com, KAMPAR - Sekolah Dasar Negeri 010 Marjinal Batu Sasak, Kampar Kiri Hulu. Merupakan sosok sekolah yang hampir mirip keadaannya dengan sekolah yang ada di film laskar pelangi.

    Sekolah yang hanya memiliki dua ruang kelas dan satu ruang kantor, terletak jauh di pelosok negeri tepatnya bumi melayu Riau.

    Penyaluran donasi ke SDN 010 Marjinal Batu Sasak Kecamatan Kampar kiri hulu dilakukan dengan titik kumpul keberangkatan berlokasi di Jalan Bangau Sakti kota Pekanbaru. anggota baru mulai berangkat menuju lokasi tujuan pukul 17.45 WIB.

    Pada pukul 20.30 Tim menginap di masjid yang ada di Kecamatan Lipat Kain. Perjalanan di lanjutkan keesokan harinya. Tepat pukul 06.00 WIB, setelah shalat subuh berjamaah, perjalanan dilanjutkan. Selang satu jam melanjutkan perjalanan, tim memasuki jalan tanah yang berdebu di Desa Sungai Harapan. Dari sini, medan yang sulit mulai terasa. Kira-kira setelah 30 KM perjalanan dilewati, tim sampai di Desa Muara Selaya.

    Pukul 10.33 WIB, tim tiba di Desa Sadam Sasak, kemudian mencari informasi mengenai Batu Sasak dengan warga sekitar. Berdasarkan informasi yang didapat, desa Batu Sasak sudah dekat namun perlu melalui jalanan yang terjal dan sulit untuk sampai kesana.

    Setelah melewati dua jembatan, tim berbelok ke jalan tikus sempit yang berada di tengah perkampungan sesuai informasi dari pemilik bengkel. Tak sampai 10 menit, tim kembali memasuki jalan dengan bukit dipenuhi pepohonan yang rindang si sisi kanan dan jurang curam di sisi kiri jalan sejauh 28Km.

    Sampai di sekolah yang kami tuju, tim terkejut dengan kondisi sekolah yang hanya memiliki dua ruang kelas dan satu kantor sekaligus perpustakaan. Dari depan, nampak pula sebagian isi ruangan karena ruang kelas yang tidak memiliki pintu dan jendela. Perpustakaan juga tak banyak memiliki stok buku dan kondisi buku di rak juga berantakan.

    Murid yang berjumlah dua belas orang telah duduk rapi di dalam kelas menunggu kedatangan kami yang memang sebelumnya memang telah diinfokan. Dua orang guru yang mengajar di sekolah tersebut berdiri di dekat pintu, terseyum dan menyambut kami ramah. Dengan segera tim dibagi menjadi tiga bagian dengan tugas yang berbeda.

    Satu bagian menyusun buku di perpustakaan dan menyiapkan seragam dan alat tulis yang akan didonasikan, satu bagian menyapa dan memberikan materi juga bermain ke murid di kelas, dan sisanya mengumpulkan informasi mengenai sejarah sekolah dan kebutuhan yang paling mendesak untuk SDN Marjinal 010 Batu Sasak ke warga yang ada di luar sekolah.

    Akhirnya, pemberian materi ke murid diakhiri dengan games dan flashmob bersama seluruh tim di halaman sekolah. Tim berencana untuk merenovasi beberapa bagian sekolah yang rusak.

    Namun, karena tidak adanya toko bangunan di desa tersebut juga sepanjang perjalanan yang kami lewati sebelumnya, maka tim memutuskan untuk mendonasikan uang untuk membeli pintu dan jendela sekolah.

    Karena tim tidak bisa berlama-lama disana, maka tim memercayakan uang tersebut kepada pihak guru dan warga sekitar. Seragam dan alat tulis juga segera dibagikan oleh tim ke seluruh murid.

    Berbincang-bincang dengan para guru yang mengajar di SDN 010 Marjinal Batu Sasak cukup membuat kami prihatin.

    Sosok sekolah laskar pelangi yang ada di Kampar ini belum ada tersentuh bantuan oleh pemerintah sama sekali menurut laporan warga sekitar.

    Sungguh menyedihkan saat sekolah lain sudah belajar menggunakan teknologi yang semakin canggih. Namun di SDN 010 Batu Sasak jangankan listrik ataupun jaringan internetnya, pintu dan jendela saja belum terlekat di dinding sekolah.

    Begitu juga akses untuk kesekolah, mereka harus berjalan sekitar 4KM untuk sampai di sekolah. Dan belum lagi harus melewati sungai yang dangkal, jika air sedang naik maka harus melewati dengan sampan dan membayar ongkos 2.000 Rupiah untuk sekali jalan.

    Program pemerintah yang berjalan hanya Rumah Layak Huni setiap tahunnya untuk warga yang tinggal dirumah tidak layak untuk dihuni. Sementara jalan, listrik, dan jaringan yang sangat dibutuhkan oleh warga setempat belum ada perhatian khusus.

    Mata pencarian warga sekitar mayoritas adalah petani karet, dan gambir. Ada beberapa juga yang sawit. Semua harga jual petani merosot dan anjlok, harga karet kini hanya berkisar Rp. 4.000/Kg, harga gambir yang dulu berkisar Rp. 90.000/Kg kini hanya Rp. 35.000/Kg, dan sawit yang hanya Rp. 500/Kg untuk harga jual di desa.

    Jika petani menjual hasil panen buat sawit keluar desa harganya bisa mencapai Rp. 1.000/Kg, namun jauhnya jarak yang harus ditempuh belum lagi akses yang buruk membuat petani harus berpikir dua kali utuk menjual hasil panen mereka keluar.

    Untuk belanja saja mereka keluar seminggu sekali yaitu setiap seminggu sekali tepatnya pada hari minggu, karena pasar terdekat dari luar desa buka setiap hari minggu. (LKC)

     

    Penulis: Juan Hade Guna

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Sosok Sekolah Laskar Pelangi Di Kampar
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar