Martabat Diri seorang Pengemis

Daftar Isi

     

    Foto: Ilustrasi

    LancangKuning.Com, PEKANBARU - Pengemis adalah orang-orang yang meminta minta dimuka umum, berharap keanugrahan atau bantuan yang  diterima, mereka tidak mempunyai penghasilan tetap, atau sedang pengangguran yang disebabkan oleh kemalasan.
     
    Mengharap belas kasihan yang ada, mereka acap kali melakukan tindakan dalam bentuk membungkuk sambil berjalan, mengharap belas kasihan banyak orang, tanpa ragu untuk melakukan tindakan yang memalukan, demi mendapatkan sebuah materil yang diinginkan.

    Baca Juga: BPJS Kesehatan Nunggak Rp 9,1 T
     
    berbagai upaya yang ia jalani, untuk bisa mempengaruhi orang yang ia juluki, hal  apapun itu, mereka tetap melakukan asalkan dapat anggaran, ada yang diterima, sama sekali tidak mempertimbangkan siapa orang yang mengasihinya, dan patutkah kita menerimanya?, mereka tidak memikirkan sedalam itu, dan mengutamakan dapat imbalan beredasarkan statemant yang ia tawarkan.
     
    Kerap kali mereka liatkan dengan berbagai aksi formal disekitaran kita, seperti halnya  orang-orang yang lebih tua( tak berdaya, uzur), Orang buta, dan anak-anak sekalipun  yang katanya kelaparan sedang membutuhkan makanan, Memanfaatkan rasa iba seeorang lalu melakukan bentuk penggalangan.
     
    Mereka tidak mengira, akan terjadi  ketidaksesuaian terhadap dirinya, dan tidak memikirkan kehidupan orang lain yang banyak mengalami kesusahan setara dengannya, bahkan lebih susah dari hidupnya, ia lebih nyaman menjadi pengemis yang kerjanya tenang dan menyenangkan
     
    Kalaulah mereka( pengemis) memikir secara Logika, menyamakan keadaannya dengan warga yang lain, yang mengalami kehidupan lemah(susah) seperti yang sedang mereka alami, tentulah ia  akan meninggalkan status pekerjaan yang memojokkan itu, seolah olah yang ia kerjakan adalah suatu pekerjaan yang membingungkan dan memalukan.
     
    Mungkin, kalau minggat dari seorang pengemis, lalu menerapkan sebuah pekerjaan yang benar, dengan kerja keras seperti Masyarakat  yang lain. Barangkali mereka beranggapan fisiknya akan  terancam kelaparan, dan terlalu takut dengan tekanan dan gambaran cobaan, lalu segi kebutuhan tak tercukupkan.
     
    Terkendala oleh pemikirannya yang sedang ketakutan, ditambah lagi kemalasan, takut bekerja keras, malas dalam berusaha,tidak mau berusaha seperti yang lain untuk mendapatkan penghasilan dari dirinya, maka dari itu, mereka tidak mau meninggalkan statusnya sebagai sesorang pengemis atau orang yang meminta minta.
     
    Dilansir dari Berita Poskota News (Jakarta), Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Prof Dr Didin Hafidhudin menyampaikan "Banyak warga jadi pengemis bukan karena miskin tapi karena malas bekerja. Sebab itu, pekerjaan mengemis di jadikan profesi, dan untuk mencegah mereka agar tidak mengemis masyarakat jangan memberikan uang.
     
    Nah, disitu sudah dijelaskan solusinya oleh Ketum Baznas Dr Didin, untuk mencegah agar mereka tidak mengemis, masyarakat jangan memberikan uang, intinnya , biar mereka memahami dan meninggalkan pekerjaan jadi pengemis, setidaknya bisa mengurangi pengemis disekitaran kita, kalau kita tidak mengasihinya
     
    Mereka yang pengemis, tidak mau berusaha seperti warga yang lain, dan acap kali mereka memilih kerja yang meminta-minta, asalkan prosesnya mudah dan hasilnya cepat diterima, semua itu di disebabkan kemalasan semata, dan takut kerja keras seperti masyarakat yang susah (miskin) lainnya.
     
    Kemalasan akan terus timbul, karna pemikirannya sudah memiliki penilaian negatif terhadap sesuatu yang penting (diutamakan), atau tidak adanya keinginan untuk melakukan sesuatu yang bisa merubah hidupnya, jadi mereka mengabaikan atau tidak percaya lagi sama tunjuk ajar yang diterima.
     
    Dan kemalasan seseorang dapat disebabkan karena mereka sudah mencintai  kesenangan, telah melupakan sebuah pertanggungjawaban, dan mengutamakan pengangguran, lalu tidak siap menghadapi kesulitan kesulitan yang dialami nantinya, sehingga masalah orang yang meminta-minta (pengemis) agak sulit diatasi.
     
    Pengemis tak jauh beda dengan orang-orang yang pemalas, kebanyakan warga yang pemalas, pemikirirannya sudah memiliki penilaian negatif terhadap sebuah pekerjaaan, tidak percaya sama pekerjaan  yang benar, justru mambuat dia kesulitan terhadap suatu pekerjaan selain mengemis.

    Baca Juga: KPK OTT 3 Pejabat Imigrasi Mataram, Salah Satunya Kepala Kanim
     
    Sejatinya, Masyarakat yang hidupnya susah, belum tentu mau jadi pengemis, karna ia tau dirinya mempunyai hak untuk dihargai orang lain, maka ia tetap besinergi menjalani hidupnya dengan penuh tekanan dan berbagai cobaan, sambil berusaha menutupi kesusahannya tanpa mengumbar-umbar getir kehidupannya kepada yang lain.
     
    Mendapatkan penghasilan dari dirinya, hasil dari usaha tanpa mesti-meminta , pastilah mereka akan bangga dan lebih terasa menerima hasilnya, tentulah hal itu butuh orang orang yang memiki pemikiran cerdas dan berpikir  logika (sehat), dan mempunyai keinginan untuk maju, demi terwujudnya harapan yang mesti ia tuju.
     
    Jadi dapat disimpulkan bahwa, orang orang yang pengemis sangat jauh rendah posisinya dengan masyarakat yang bekerja, walaupun hidupnya sama-sama susah, Harga Diri tetap yang paling utama.
     
    Menjadi pengemis sama saja menyusahkan orang-orang yang lain, warga sekitar, Pemerintah dan sebagianya, kesulitan memenuhi kebutuhan, bahkan tak sanggup menyelesaikan masalah yang ada. Maka jadilah orang orang yang taat menerima tantangan, ataupun kegetiran, dan hindarilah sifat yang meminta-minta. (LKC)

     Laporan: Rilis Akmal

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Martabat Diri seorang Pengemis
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar