Perkembangan Kerajaan Indragiri di Riau

Daftar Isi

    LancangKuning.com - Asal usul kerajaan Indragiri bisa saja disebut dengan kerajaan yang diberi nama keritang yang disebabkan kemunduran yang dialami oleh sriwijaya pada ke abad 13. Kerajaan cola dan majapahit membuat kerajaan sriwijaya tidak bisa tertolong lagi dan pada akhir nya bisa bangkit dengan kerajaan- kerajaan kecil.

    Tapi jatuh nya Sriwijaya benar-benar tak bisa dipertahankan dengan kedatangan agam islam yang digambarkan dengan para sejarawan, ini membjat kejadian di pusa- pusat perdagangan sekitar sriwijaya seperti malaka di Memenanjung dan pasai di aceh telah lama diperintah oleh para pengusaha yang beragama islam.

    Pada akhirnya Kerajaan Keritang atau kerajaan Indragiri diawalnya memang diselimuti dengan misteri yang bahan-bahan kesejarahan yang digunakan leluasa dan bertanggung jawab. Pada masa ini ada beberapa nama raja yang bisa memerintah selama dua abad, raja-raja yang beruntung memerintah di Antaranya Raja Kecik Mambang, Raja Merliung, Raja Merlang, Raja Nara Singa 1 yang memerintah sampai 1400 tahun masehi, Raja Merlung dan Raja Merlang yang memerintah sampai tahun 1470-an tahun M, dan Raja Nara Singa yang disebut dalam sulalatus-salatin atau sejarah melayu karya tun sri lanang.

    Legenda Rakit Kulim adalah salah satu ciri khasnya kerajaan Indragiri, kerajaan melayu Indragiri ini memperlihatkan dominasi pagar ruyung tidak merupakan hal yang ditolak karena alas dan dasar pijak. Pada abad ke-14 ada dua orang dari kawasan Pagar Ruyung yaitu Datuk Patih dan Datuk Temenggung yang membawa rombongannya, tempat ini berada di Tanah Datar, ke Indragiri dan berkampung di suatu tempat yang Kelayang atau Keloyang atau koma Loyang.

    Kedua datuk bersaudara ini berselisih pada suatu hari dan dicarilah orang arbiter atau menengah atas perselisihan itu konon yang menjadi abadi dengan adanya Bukit Bertingkah di kawasan Kelayang. Datuk Putih memasuki ke dalam hutan dan menebang kayu jenis kulim yang terkenal berat untuk dijadikan rakit. Rakit dari kayu kulim yang dipikirkan secara sehat tak akan dapat mengapung karena beratnya akan diseberangkan ke malaka untuk menemukan seorang raja yang bisa dijadikan penegah atas perdebatan antara dua bersaudara ini.

    Keloyang atau kelayang berada  di tempat pemandian raja-raja yang akan diobatkan. Rakit kulim di malaka mungkin saja bisa digunakan sekali oleh raja kerajaan pra Indragiri.  Raja ini kemudian menjadi raja di kerajaan Indragiri yang bernama Raja Nara Singa seperti nama raja sebelumnya sering  disebut dengan Raja Nara Singa kedua dan setelah dinobatkan menjadi raja Shah Zhulullahi fil Alam yang menurut catatan memerintah  kerajaan Indragiri sejak tahun 1508 sampai 1532.

    Hubungan legenda tentang rakit kulim maka kerajaan Indragiri bisa dibedakan dengan kerajaan sebelumnya dengan menggunakan nama lain, contohnya kerajaan Keritang, karena sebuah cerita pusaka atau cerita rakyat atau legenda terpendam sangat dalam minda kolektif penduduk di kawasan yang bisa mempercayai kejadian tersebut. Oleh karena itu, legenda Rakit Kulim tak bisa di pandang sembarangan sebagai dongeng, suatu hal yang menandai eksistensi kerajaan Indragiri sebagaimana yang terjadi pada banyak kawasan di Nusatara.

    Setelah beberapa lama Raja Narasinga pun berlepas dirinya kembali ke Indragiri. Maharaja Tuban saudaranya Maharaja Malang itu pun sudah tiada, tinggal anak seorang laki-laki Maharaja Isap ialah raja Indragiri selanjutnya setelah Raja Narasinga.(Ipit)

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Perkembangan Kerajaan Indragiri di Riau
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar

    Berita Terkait