Kasus Stunting di Kabupaten Indragiri Hilir Menunjukkan Tren Penurunan Signifikan

Daftar Isi


    Foto: Tabel capaian Indikator Intervensi Spesifik penurunan stunting



    Lancang Kuning, INHIL – Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) berhasil mencatat penurunan signifikan dalam angka stunting pada tahun 2023, menurut hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI).

    Berdasarkan data, prevalensi stunting di kabupaten ini turun dari 28,5% pada tahun 2022 menjadi 18,8% pada tahun 2023, atau penurunan sebesar 9,7%. Penurunan ini jauh lebih tinggi dibandingkan penurunan stunting di tingkat nasional yang hanya sebesar 0,1%, serta penurunan di Provinsi Riau yang mencapai 3,4%.

    Penurunan prevalensi stunting di Inhil ini merupakan hasil dari program Intervensi Serentak yang digagas oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di bawah pimpinan Wakil Presiden RI.

    Program ini melibatkan koordinasi lintas sektor, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, hingga tingkat desa. Langkah ini bertujuan untuk mencegah lahirnya anak-anak stunting baru melalui pendataan, penimbangan, pengukuran, dan edukasi bagi ibu hamil, balita, dan calon pengantin.

    Dalam kegiatan Intervensi Serentak yang dilakukan pada bulan Juni 2024, sebanyak 98,6% balita di Kabupaten Indragiri Hilir telah ditimbang. Dari jumlah tersebut, 11,4% di antaranya memiliki masalah gizi, sementara 1,4% balita terindikasi mengalami stunting. Meskipun angka ini sudah menunjukkan penurunan signifikan, beberapa puskesmas masih berada di bawah target cakupan penimbangan 100%, seperti Puskesmas Sungai Raya (82%) dan Puskesmas Sungai Salak (88,71%).

    Berdasarkan data yang dianalisis melalui aplikasi e-PPGBM, tercatat 527 balita di Indragiri Hilir mengalami stunting. Jumlah tertinggi ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Pelangiran dengan 63 balita, diikuti oleh Puskesmas Tembilahan Kota dengan 52 balita, dan Puskesmas Sungai Guntung dengan 50 balita.

    Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi stunting, di antaranya:

    1. Pemberian tambahan asupan gizi bagi ibu hamil dengan kekurangan energi kronis (KEK)

    2. Pemantauan konsumsi tablet tambah darah (TTD) pada remaja putri melalui program Aksi Bergizi

    3. Pemantauan pemberian ASI eksklusif bagi bayi usia di bawah 6 bulan

    4. Pelayanan tatalaksana gizi buruk bagi balita dengan masalah gizi

    5. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita

    6. Pemenuhan tambahan asupan gizi bagi balita dengan gizi kurang

    7. Pemenuhan imunisasi dasar lengkap (IDL) bagi balita.

    Upaya yang melibatkan puskesmas, posyandu, kader kesehatan, TP-PKK, serta tim pendamping keluarga ini diharapkan dapat terus memperkuat program penanggulangan stunting di Indragiri Hilir. Dengan program Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer (ILP) yang fokus pada siklus hidup, dari ibu hingga lanjut usia, layanan kesehatan diharapkan lebih terintegrasi dan menjangkau hingga tingkat desa, sehingga angka stunting dapat terus ditekan.

    Indragiri Hilir kini menjadi contoh bagi daerah lain dalam hal percepatan penurunan prevalensi stunting, dengan komitmen berkelanjutan dari pemerintah daerah dan berbagai elemen masyarakat. (LK/ADV) 

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Kasus Stunting di Kabupaten Indragiri Hilir Menunjukkan Tren Penurunan Signifikan
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar