Intip Penggunaan QRIS di Pasar Tradisonal Lima Puluh

Daftar Isi

    Penggunaan pembayaran QRIS di kalangan pedagang di Pasar Limapuluh.(ft:nia-lancangkuning.com)

    LANCANGKUNING.COM, PEKANBARU-Pelaku Usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM) di wilayah provinsi Riau mulai akrab dengan sistem pembayaran transaksi nontunai, salah satunya  dengan menggunakan  QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard).

    Dari liputan tim lancangkuning.com, pasar tradisional yang sebelumnya hanya bisa melakukan transaksi dengan uang tunai saja,  saat ini di Pasar Tradisonal Limah Puluh, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau sudah menggunakan transaksi nontunai menggunakan fitur Scan QRIS.

    Saat ini penggunaan QRIS dari tujuh pasar tradisioanl yang ada di Pekanbaru memang baru diterapkan di Pasar Lima puluh. Berangsur mengejar pasar modern yang sudah banyak dan lebih dulu menggunakan sistem pembayaran QRIS ini.

    “Kalau menggunakan QRIS ini ada yang bayar, uangnya kurang tak perlu repot. Kadang orang liat ada QRIS mau belanja, tapi kalau tak ada QRIS tak jadi belanja,” ucap Syafrizal peadagang ayam di Pasar Lima Puluh, Rabu (11/10/23).

    Penggunaan sistem barcode dengan QRIS dimaksudkan untuk memberikan kontribusi dan kemudahan bagi masyarakat dalam mendukung perkembangan ekonomi digital.

    “Saya pakai QRIS ini bayarnya mudah, gak bingung ngembalikan uang kalau gak ada uang pas. Kalau QRIS ini kan dari konsumen bayarnya udah langsung uang pas aja, apalagai kalau yang belanja anak-anak yang muda,”tambah  Lina penjual sayur.

    Namun penerapan sistem QRIS ini juga masih menghadapi sejumlah tantangan, yang mana sebagian dari pedagang masih belum menggunakan  karena dianggap mempersulit proses transaksi dan masih belum mengerti  dengan penggunaannya.

    Penggunaan sistem pembayaran barcode ini juga masih belum sepenuhnya digunakan, pasalnya pasar tradisonal  masih didominasi dengan konsumen kalangan orang tua bukan milenial maupun generasi Zilenial.

    “Di sini sistem QRIS memang sudah masuk dan diterapkan, tapi sebagian pedagang ada yang tidak menggunakan karena merasa ribet jika harus bolak balik ke ATM ambil uang,” pungkas Pak Cik pedagang telor di Pasar Lima Puluh.

    Ia juga menambahkan tidak terlalu banyak melakukan transaksi menggunakan QRIS ini, menurutnya untuk nominal belanja dari konsumen yang terlalu sedikit  dianggap terlalu tanggung dan harus menunggu nominal yang cukup untuk dapat menariknya di ATM.

    Hal ini masih didukung dengan kebiasaan masyarakat menggunakan uang tunai, karena dianggap bentuk uang lebih terlihat terutama pada saat akan dipuar kembali untuk modal mereka berdagang.(nia)

     

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Intip Penggunaan QRIS di Pasar Tradisonal Lima Puluh
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar