Waspadai Aksi Buzzer, Suara 'Tipu-tipu' Atas Nama Publik

Daftar Isi

     


    Foto: Ilustrasi. (Istockphoto/ijeab)

    LancangKuning.Com, Jakarta - Aksibuzzer di media sosial dianggap merampas  demokrasi kemurnian suara publik. Segala isu dan wacana yang dicanangkan buzzer dianggap merupakan sebuah gimik yang telah diatur buzzer.

    Media sosial, bagi peneliti Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG) Rinaldi Camil, adalah salah satu ruang publik. Ruang publik ini seharusnya menghasilkan pelbagai dialog alamiah untuk mendiskusikan suatu isu.

    "Media sosial bagi masyarakat itu ruang publik di mana bisa dimunculkan dialog sehat sehingga bisa memunculkan diskusi-diskusi diskursus publik atau opini publik yang murni sebagai suara publik," ujar Rinaldi baru-baru ini.

    Namun, dia menuturkan, pasukan buzzerbayaran justru menggunakan topeng sebagai suara publik dengan 'produksi ternak' akun media sosial.

    Hasilnya pasukan buzzer ini sering dilihat oleh masyarakat awam sebagai sebuah suara publik. Padahal di balik itu,  tersebut dikendalikan oleh satu orang yang memiliki satu tujuan.

    "Ketika buzzer ramai, interaksi yang terjadi malah antara buzzer. Oleh karena itu terjadi pembajakan ruang publik,  sehingga yang terjadi jadi adalah kesulitan ketika orang ingin berpendapat secara sehat di media sosial. Suara asli publik itu tertutup karena distorsi pada ruang publik." kata Rinaldi.

    Menurutnya ketika seseorang membagikan fakta satu pasangan calon tertentu, ia akan dikatakan sebagai pendukung pasangan calon tersebut. Padahal orang tersebut hanya bertujuan untuk membagikan suatu fakta.

    Baca Juga: Diretas, Data Milik Para Tokoh Penting Jerman Bocor

    Tak jarang Rinaldi mengatakan orang tersebut akan diserang pasukan buzzer.Di sisi lain menurutnya masyarakat akan enggan untuk bersuara di media sosial.

    "Ketika dia ingin mengungkap fakta Jokowi dia dicap kampret. ketika mengungkap fakta menyerang Jokowi dicap cebong. Akibatnya akan ada keengganan publik untuk bersuara," katanya.

    Trending topic bayaran

    Kepalsuan suara publik di media sosial diakui oleh seorang mantan buzzer yang bernama Rahaja Baraha. Rahaja bahkan mengatakan ada beberapa oknum yang menjual jasa untuk menempatkan suatu isu di trending topic Twitter.

    "Trending topic di Twitter itu bisa jugasetting-an buzzer. Per 8 jam bisa Rp4 juta sampai Rp5 juta. Ada oknum yang menjual jasa itu," kata Rahaja.

    Ia menyebut oknum tersebut mengetahu cara bekerja algoritme trending topic di Twitter. Ia menjelaskan oknum tersebut memiliki akun-akun kecil di seluruh Indonesia untuk mendorong suatu isu agar masuk ke trending  topic.

    "Pertama ada akun influencer yangfollower banyak, dia maju duluan. Kemudian dia punya akun-akun kecil yang cuit dari seluruh Indonesia. Mereka ini cuit bersama-sama dan sudah dijadwalkan," kata Rahaja, dilansir dari CNN Indonesia.Com

    "Butuh seribu tweet dalam waktu intens buat jadi trending. Dalam waktu cepat, singkat, dan dari seluruh Indonesia," ujarnya. (LKC)

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Waspadai Aksi Buzzer, Suara 'Tipu-tipu' Atas Nama Publik
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar