Daftar Isi
Foto: twitter.com/Reuters
LancangKuning.Com, Berlin - Data-data milik para tokoh penting di Jerman dikabarkan telah bocor dan dipublikasikan secara online melalui akun Twitter. Ini merupakan salah satu kasus peretasan terbesar yang pernah terjadi di Jerman. Bagaimana awal ceritanya?
1. Kebocoran tersebut mempengaruhi para tokoh dari semua tingkatan
Foto: twitter.com/TechCrunch
Dilansir dari The Guardian, data-data pribadi milik tokoh-tokoh penting seperti politisi, selebritis, serta tokoh-tokoh masyarakat Jerman telah bocor dan dipublikasikan secara online melalui akun Twitter dalam apa yang dianggap sebagai salah satu kasus peretasan terbesar yang pernah ada di Jerman.
Cache dokumen yang sangat besar meliputi nomor telepon dan alamat pribadi, dokumen pihak internal, detail kartu kredit, serta obrolan pribadi. Dari semua tokoh-tokoh penting di Jerman, Kanselir Jerman, Angela Merkel, juga menjadi korban dari imbasnya kejadian ini.
Seorang juru bicara pemerintah Jerman, Martina Fietz, mengatakan kebocoran tersebut mempengaruhi para tokoh-tokoh penting dari semua tingkatan, termasuk mereka yang ada di parlemen Uni Eropa, nasional, dan regional.
"Pemerintah Jerman menanggapi insiden ini dengan sangat serius," ungkap pernyataan Martina Fietz mengenai kejadian ini seperti yang dikutip dari The Guardian. Ia juga menambahkan bahwa dokumen palsu bisa jadi salah satu yang paling penting.
Dokumen-dokumen tersebut diterbitkan secara online pada bulan Desember 2018, meski baru terungkap pada hari Kamis, 3 Januari 2019, malam waktu setempat.
2. Rincian kebocoran data yang telah tersebar
Foto: rt.com
Salah satu media cetak di Jerman melaporkan bahwa kebocoran data tersebut terdiri dari 405 politisi partai Demokrat Kristen (DCU), 294 politisi partai Sosial Demokrat (SPD), 105 politisi partai Hijau, 82 anggota partai kiri, dan 28 anggota parlemen. Pemimpin partai Hijau Jerman, Robert Habeck, termasuk diantara mereka yang paling parah terkena dampak bocoran tersebut karena riwayat obrolannya dengan anggota keluarga diposting secara online.
Kebocoran tersebut muncul pada tanggal 1 Desember 2018 ketika akun Twitter @-0rbitmemulai posting tautan setiap hari dalam gaya kalender. Selebriti dan jurnalis Jerman pada awalnya menjadi sasaran, termasuk beberapa publik figur di TV Jerman, seperti Jan Bohmermann dan Christian Ehring, aktor Til Schweiger, youtuber LeFloid dan penyanyi rap Sido. Sejak 20 Desember 2018 dan seterusnya, akun tersebut mulai mengirim tweet data dari politisi.
Akun itu segera ditutup pada hari Jumat, 4 Januari 2019, diketahui memiliki lebih dari 18.000 pengikut. Itu menggambarkan kegiatannya sebagai penelitian keamanan dan sindiran dan ironi dan mengatakan itu berbasis di Hamburg. Sampai saat ini, motif kebocoran data masih belum jelas, seperti halnya bagaimana itu bisa tetap diketahui selama lebih dari 10 hari selama liburan Natal.
3. Juru bicara Kementerian Dalam Negeri belum bisa berkomentar mengenai asal-usul dokumen
Seorang juru bicara Kementerian Dalam Negeri Jerman belum bisa mengatakan asal-usul perolehan dokumen tersebut dan ia mempertanyakan apakah dokumen-dokumen itu diperoleh melalui serangan peretasan eksternal terhadap parlemen Jerman atau oleh orang dalam.
"Menurut informasi kami saat ini, jaringan pemerintah belum menjadi target," ungkap pernyataan dari pihak Kantor Federal Jerman seperti yang dikutip dari The Guardian.
Salah satu penjelasan yang disampaikan kepada pihak Kementerian Dalam Negeri adalah bahwa peretas telah mendapatkan akses ke email pribadi dan akun media sosial setelah mendapatkan daftar kata sandi yang dicuri.
"Setelah analisis awal, banyak bukti menunjuk pada data yang diperoleh melalui penggunaan detail login yang tidak tepat ke layanan cloud, akun email, atau jejaring sosial. Saat ini tidak ada yang menunjukkan sistem parlemen atau pemerintah telah dikompromikan," ungkap pernyataan Menteri Dalam Negeri Jerman, Horst Seehofer, yang dikutip dari The Guardian.
Pengungkapan pada hari Jumat, 4 Januari 2019, memicu pertemuan darurat lembaga pertahanan cyber nasional Jerman, sebuah badan yang didirikan oleh BSI pada tahun 2016 untuk mengoordinasikan respons terhadap intrusi online. Badan intelijen Jerman juga telah meminta bantuan dari intelijen AS dalam menyelidiki insiden itu.
Politisi Jerman menyatakan kaget atas kebocoran dan setuju bahwa mereka yang berada di belakang mereka bermaksud merusak kepercayaan publik terhadap demokrasi. (LKC)
Komentar