Berikan Bantuan untuk Nelayan di Rohil, Ini Harapan Gubernur Riau

Daftar Isi

    Foto: Gubernur Riau, Syamsuar berdiri memberi salam, menyapa nelayan di Kabupaten Rohil, Riau, Jumat (30/7/2021).

     

    Lancang Kuning, ROHIL - Nama Bagan Siapiapi dulunya pernah tercatat sebagai penghasil ikan terbesar kedua di dunia setelah Norwegia. Sejarah yang pernah terukir ini ingin dikembalikan Gubernur Riau, H Syamsuar. 

    Begitu masuk ke Kantor UPT Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Wilayah III, Dinas Kelulautan dan Perikanan Provinsi Riau, di Kecamatan Bangko, Rokan Hilir (Rohil), Gubernur Riau, Syamsuar langsung saja memberi salam,  menyapa salah seorang nelayan dan bertanya apa kabar. 

    Kedatangan orang nomor satu di Provinsi Riau ini memang ditunggu 10 orang perwakilan dari kelompok nelayan Bangko, pada Jumat petang (30/07/2021). 

    "Assalammualaikum, ape kabo (kabar, red) bapak-bapak," kata Syamsuar dan dijawab para nelayan, "Walaikumsalam, kabo baik, Pak."

    "Bapak-bapak menangkap ikan pakai apo," tanya Syamsuar, sebelum dia duduk di meja depan yang tersusun rapi. 

    "Kami menangkap ikan pakai jaring, Pak, " jawab seorang nelayan yang duduk paling samping, sebelah kanan gubernur Riau yang akan melangkah ke meja depan.

    "Ado pompong (kapal kayu, red)," tanya Syamsuar lagi dan dijawab para nelayan, ada.

    Petang itu, Gubernur Syamsuar memamg hendak memberikan bantuan mesin kapal (pompong) kepada kelompok nelayan Kecamatan Bangko sebanyak 10 unit. Dan rata-rata kelompok nelayan itu tidak memiliki mesin sehingga tangkapan ikan tidak begitu menjanjikan. 

    Adanya bantuan mesin pompong itu, Syamsuar berharap menjadi penyemangat para nelayan hingga tangkapan ikan semakin bertambah. Spirit Gubernur Riau ini adalah upaya mengembalikan masa emas Bagansiapiapi yang pernah tercatat sebagai penghasil ikan terbesar kedua di dunia. 

    "Mimpi kita yang telah lama hilang, bisa kembali. Teruslah berusaha karena potensi perikanan kita cukup besar, dulu Bagan ini sebagai penghasil ikan terbesar kedua di dunia," ungkap Syamsuar, dikutip dari mediacenterriau,

    Saat ini, dengan berbagai hambatan serta kekurangan, Kecamatan Bangko dan Sinaboi, per minggunya menghasilkan ikan sekitar 2 sampai 3 ton. Ikan ini diekspor ke Malaysia melalui pelabuhan Dumai. 

    Sedangkan ekspor ikan dari Pelabuhan Panipahan langsung ke Malaysia dengan empat kapal setiap hari berangkat, menghasilkan sebanyak 5 sampai 10 ton ikan. 

    Sedangkan ekspor kerang agak berkurang lantaran pandemi COVID-19, biasanya mencapai 70 ton bila musin panen, namun sekarang agak berkurang hingga 20 ton. Namun demikian, ekspor kerang dari Rohil masih terhitung paling besar di Sumatera.

    Potensi lain yang patut digali lagi, turunan dari ekapor ikan, yakni produksi belacan atau terasi yang setiap bulannya mencapai 200 ton per bulan. Belacan dari Pulau Alang, Kubu Babusalam, ini dikirim ke Pulau Jawa melalui Ceribon.

    Tak kalah pentingnya untuk mengemukkan PAD Rohil, olahan ikan asin yang setiap bulannya mencapai 50 ton. Ikan asin ini dikirim ke Pulau Jawa dan Sumatera Utara. 

    Hambatan yang dihadapi nelayan hingga berkurangnya hasil tangkapan pada saat ini, selain maraknya penangkapan ikan menggunakan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela dan Pukat Tarik. Selain itu, terkait permasalahan izin ekspor dari pusat. Untuk bisa langsung ekspor ikan keluar negeri, salah satu syaratnya kapal harus berbobot 30 GT ke atas. Kapasitas seperti ini hanya ada pada nelayan di Panipahan, itupun hanya 4 unit kapal. (LK)

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Berikan Bantuan untuk Nelayan di Rohil, Ini Harapan Gubernur Riau
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar