Daftar Isi
Lancang Kuning - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mulai menggandeng pengelola pondok pesantren dan para ulama untuk mencegah berkembangnya gerakan ekstremisme dan terorisme di Indonesia.
Pasalnya menurut Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar, data statistik mengungkap bahwa kelompok teroris mencoba merekrut anak-anak muda atau remaja untuk ikut dalam aksi kejahatan teror. Generasi muda ini diperdaya sehingga seolah-olah melaksanakan misi khusus.Itu sebabnya, menurut Boy, masalah terorisme tak bisa dikerjakan sendiri oleh pemerintah melainkan harus dibendung bersama. Termasuk, dengan melibatkan pondok pesantren.
"Dalam upaya-upaya penanggulangan terorisme dan paham radikal intoleransi ini kita perlu meningkatkan komunikasi dengan unsur-unsur alim ulama, para Tuan Guru," kata Boy Rafli saat menemui Ketua Umum Dewan Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PBNW) TGB Zainul Majdi beserta Dewan Mustasyar di Pondok Pesantren Darun Nahdlatain Nahdlatul Wathan, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) seperti dikutip Antara.
Boy pun menambahkan, pemerintah bersama ulama dan para tuan guru pondok pesantren harus bersinergi demi memangkas berkembangnya paham-paham ekstremis maupun benih intoleransi.
"Tentunya kami harapkan pengaruh-pengaruh negatif itu bisa kita tiadakan. Jangan lagi ada generasi muda Indonesia dari berbagai kalangan itu harus berhubungan dengan hukum yang berkaitan dengan kejahatan terorisme," ungkap dia.
Alumni Akpol tahun 1988 tersebut membeberkan, saat ini pengguna internet tercatat lebih dari 100 juta dan pengguna media sosial bakal bertambah. Apalagi, sebagian besar mereka adalah anak muda yang sedang mencari jati diri.
Ia khawatir, jika salah arah dan tanpa pembinaan maka anak-anak muda itu berisiko direkrut dalam jaringan terorisme.
Karena itu kerja sama dengan kalangan ulama yang dianggap sebagai kelompok strategis perlu dilakukan. Boy pun berharap kolaborasi BNPT dengan Ponpes Nahdlatul Wathon bisa berjalan baik.
Ia mengakui, kelompok teroris kerap menggunakan simbol-simbol agama. Akan tetapi hal ini menurut dia bukan berarti lantas menjadikan aksi teror melulu diidentikkan dengan agama tertentu ataupun pondok pesantren.
Fokus kerja sama antar-keduanya adalah membendung jejaring terorisme yang kini berupaya menggaet anak-anak muda.
"Kita harus amankan generasi muda dari berbagai pengaruh negatif yang berkaitan dengan paham-paham radikal terorisme dan intoleran. Kita harus kembangkan rasa kebangsaan generasi muda kita," tutur Kepala BNPT.
Sementara Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi sepakat dengan penjelasan Kepala BNPT untuk tidak mengidentikkan pesantren dengan terorisme.
Ia pun menjamin, para guru pesantren bakal memastikan tidak ada bentuk pengajaran maupun materi yang bertentangan dengan agama ataupun negara.
"Saya sepakat. Kami bangga sebagai warga pondok pesantren, dan warga pesantren akan selamanya menjadi benteng untuk negeri," tutur TGB Zainul Majdi.
Ia mengibaratkan keislaman dan kebangsaan seperti dua sisi mata uang. Karena itu kata dia, seorang muslim yang baik juga akan membangun negara.
Komentar