GP Ansor Kenalkan Islam Moderat ke Menlu AS: Tak Identik dengan Teror

Daftar Isi


    Foto: Ketum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas menyerahkan plakat ke Menlu AS Mike Pompeo. Ketum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas menyerahkan plakat ke Menlu AS Mike Pompeo. (Foto: dok. Istimewa)


    Lancang Kuning - Gerakan Pemuda (GP) Ansor meluruskan pandangan soal Islam saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo. Dalam pertemuan itu, GP Ansor menyampaikan bahwa Islam adalah agama penuh kasih sayang dan tidak identik dengan teror.


    Hal itu disampaikan Ketua Umum PP GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas usai pertemuan dengan Mike Pompeo dalam acara bertajuk 'Nurturing The Share Civilization Aspirations of Islam Rahmatan Li Al-'amin The Republic of Indonesia and The United Stated of America'.

    Menurut Yaqut, Islam rahmatan lil alamin, begitu juga dengan ideologi Pancasila, sangat menghargai perbedaan. Langkah itu disebut sejalan dengan komisi yang dibentuk Mike Pompeo terkait Hak Asasi Manusia yang Tidak Bisa Dicabut (Unalienable Rights).

     
    "Melalui pertemuan ini, GP Ansor juga ingin meluruskan citra Islam, terutama di dunia Barat, bahwa Islam tidak identik dengan kekerasan dan teror. Karena Islam adalah agama yang penuh rahmah, penuh kasih sayang, yang di Indonesia dikenal dengan Islam yang rahmatan lil alamin," ujar Yaqut dalam keterangannya, Kamis (29/10/2020).

    Pria yang akrab disapa Gus Yaqut itu mengatakan pihaknya juga ingin menunjukkan bahwa Islam yang didakwahkan oleh ulama di Indonesia adalah Islam yang moderat. Islam, menurutnya, tidak seperti ditemui di dunia Barat, apalagi seperti kejadian yang tengah jadi sorotan beberapa hari terakhir di Prancis.

    "Pemerintah Amerika saya kira penting melihat Islam di Indonesia bahwa ternyata tidak seperti gambaran Islam di dunia Barat yang dicitrakan negatif. Oleh karena itu, beliau mau datang ke sini, ingin melihat secara langsung dan mudah-mudahan ini juga menjadi bagian dari dakwah Nahdlatul Ulama bahwa Islam itu, ya memang seharusnya melindungi semuanya, menjadi rahmat bagi sekalian alam," ungkapnya.

     
    Pertemuan dengan Pompeo, kata Gus Yaqut, juga sekaligus menyamakan cara pandang antara Indonesia dan AS. Gus Yaqut menjelaskan pertemuan dengan Pompeo ini berawal dari deklarasi Humanitarian Islam yang dilakukan Ansor dua tahun lalu di Jombang, yakni bagaimana menerjemahkan Islam untuk kemanusiaan dan Islam yang menghargai perbedaan.

    "Setelah deklarasi itu, kita berkorespondensi dengan banyak pihak, salah satunya dengan Pemerintah Amerika Serikat. Alhamdulillah, dalam kurang lebih sebulan terakhir ini, kita mendapatkan respons positif dari Pemerintah Amerika, khususnya Pak Pompeo hingga beliau berkenan untuk hadir ke Indonesia dan datang di forum Ansor," ujar Gus Yaqut.

    Dalam pertemuan itu, Mike Pompeo juga menyebutkan bahwa Indonesia bisa menjadi negara maju. Menurutnya, Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia bisa berdampingan dengan agama lain.

    "Saya percaya Indonesia bisa maju. Tidak ada alasan Islam tidak bisa berdampingan dengan agama lain," kata Pompeo, dilansir LKC dari Detik.com

    Menurut Pompeo, hidup harmoni secara bersama dan saling menghormati adalah hal yang sangat penting. Dia bahkan menyebut bahwa motto 'Bhineka Tunggal Ika' sama dengan motto yang dimiliki Amerika Serikat, termasuk UUD 1945 yang menyatakan bahwa semua orang bebas melaksanakan dan memilih agama yang dianutnya.

     
    Pompeo juga menyebut soal hak-hak dasar manusia yang tidak bisa dicabut, di antaranya hak-hak kebebasan hati nurani dan kebebasan beragama. Dia memuji NU yang bisa memainkan peran penting untuk membina harmoni sebagai masyarakat yang bebas. Pompeo juga menyebut NU dan Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan yang bisa menjaga tradisi toleransi dalam negara demokrasi yang berkembang pesat.

    "Oleh karena itu, NU sebagai organisasi muslim, sangat kuat untuk menjaga hak-hak yang tidak bisa dicabut (Unalienable Rights)," tandasnya.

    Pompeo mengatakan bahwa kebebasan beragama dijamin dalam konstitusi negaranya. Masyarakat AS, katanya, bebas memeluk agamanya dan menjunjung toleransi. Menurutnya, kebebasan memeluk agama dan menegakkan toleransi harus diteruskan.

     
    Secara khusus, Pompeo menyebut nama Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang berhasil mengawal masa transisi Indonesia menuju demokrasi dan menjunjung tinggi humanisme, yang lalu dilanjutkan dengan pemimpin NU selanjutnya yang mengkampanyekan Islam Nusantara. Dia bahkan menyebut kelompok Islam moderat bisa memukul kelompok ISIS.

    Usai dialog yang dipandu Khatib 'Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Gus Yaqut menyerahkan plakat kepada Mike Pompeo. Plakat tersebut berisi teks dukungan GP Ansor terhadap aspirasi yang diungkapkan dalam Laporan Commission on Unalienable Rights.

    Plakat itu juga memuat pernyataan kesiapan untuk berjuang bersama orang-orang yang berkehendak baik dari setiap agama dan bangsa untuk mendorong munculnya tatanan dunia yang benar-benar adil dan harmonis, yang didasarkan pada penghormatan atas persamaan hak dan martabat setiap manusia. (LK)

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel GP Ansor Kenalkan Islam Moderat ke Menlu AS: Tak Identik dengan Teror
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar