Daftar Isi
LANCANGKUNING.COM - Oleh Ustadz Felix Siauw
Jangan heran kalau ada yang membela mereka para penista agama dan turunannya, justru dengan itu Allah berikan kita kepastian, siapa mereka dan dimana posisinya.
Berkal-kali saya kita diperlihatkan, orangya memang itu-itu saja, jadi bila saling membela memang wajar, toh mereka satu ide, senasib sepenanggungan, cinta-bencinya sama.
Mereka berbagi narasi, mungkin juga berbagi nasi. Kepentingan mereka sama, agar Islam dan perangkatnya dihilangkan dari Indonesia, agar kedzaliman mereka leluasa.
Lihat mereka, sangat-sangat ngotot dan cepat mempolisikan ulama, mengkriminalisasi ustadz, menjelek-jelekkan syariat. Begitu yang kena kawan mereka, serentak membela.
Tandai saja wajahnya satu-persatu, bawa doa ke hadapan Allah agar mereka mau bertaubat, bila tidak juga ya tetap kita doakan semoga Allah sudahi penderitaan mereka di dunia.
Bagi kita, ini saat yang tepat untuk melihat di sekeliling kita, apakah selama ini kita salah pilih teman, atau jangan-jangan kita berada di lingkaran yang salah juga.
Ingat dalam surah Az-Zumar, mereka yang masuk surga itu berombong-rombongan, bergelombang-gelombang. Begitu penghuni neraka masuk berombong-rombongan pula.
Bisa jadi keimanan dan ketakwaan kita terhambat, sebab kita selama ini bergaul dengan mereka yang tak teguh pada Allah, tak lurus pada syariat, tak bervisi surga.
Kumpulnya orang berilmu menjadikan ilmu masing-masing dari mereka bertambah, sebagaimana bila berkumpul orang-orang bodoh, bertambah kebodohan masing-masing mereka.
Apalagi yang Allah tunjukkan? Coba, makin mereka kriminalisasi ulama, ummat makin cinta. Makin mereka larang aksi, ummat makin ramai aksi. Ummat justru semakin bijaksana.
Andai yang dihina adalah kita, kita senang hati memberikan berkali-kali maaf. Tapi bila yang dihina adalah agama, maka kita senang hati berkali-kali membela agama.
*Felix Siauw adalah penulis, pengemban dakwah, bersama yang menginginkan kebangkitan Islam. Tulisan ini diambil dari akun instagram pribadinya @felixsiauw, Kamis (12/4/2018). (LK/yopi)
Komentar