Sekolah Tepian Negeri, Melanjutkan Asa Kemerdekaan Indoensia

Daftar Isi

     

    Foto: Dok.ACT


    LancangKuning.Com, MANGGARAI BARAT – “Karena di (Dusun) Pandang ini, jujur, pendidikan masih minim sekali,” buka Muhammad Kahar (31) Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Al Mukhsinin kepada ACTNews, Senin (19/8).

    Ia mengunjungi salah satu sekolah di Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur itu beberapa hari usai Hari Peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia.

    Tidak ada bel tanda jam pelajaran akan dimulai. Semuanya dilakukan secara konvensional, melalui arahan guru. Kondisi ini juga terlihat pada Senin pagi. Ketika upacara akan segera dimulai, para guru segera mengarahkan para siswa.

    Pukul tujuh pagi, para siswa langsung ambil barisan, sebagian dari mereka bahkan tidak meletakkan buku dan tas di dalam ruangan, melainkan di bawah rimbun pohon. Siswa yang menjadi petugas membuat barisannya sendiri. Begitu pun para guru.

    Baca Juga: Akreditasi Jurusan Kampus Akademi Kebidanan Assyifa Tangerang

    MTS Al Mukhsinin baru didirikan empat tahun lalu. Pada 2016, Aksi Cepat Tanggap bersama satu mitra membangun dua ruangan yang kini digunakan sebagai ruang belajar kelas IX dan ruang guru. Dua tahun berlanjut, sekolah itu kini baru mempunyai empat ruangan. Tiga ruang digunakan untuk belajar siswa kelas VII sampai IX.

    “Di sini rasio siswa dan ruang kelas tidak seimbang. Kelas sembilan, satu kelas diisi 42 siswa. Padahal, maksimal hanya 30 siswa,” jelas Kahar.

    Setiap tahun belajar, jumlah siswa memang semakin bertambah. Di tahun ajaran 2018/2019 ini, total siswa di MTS Al Mukhsinin ada 107 orang. Jumlah itu tidak diimbangi dengan bertambahnya fasilitas sekolah. Semua masih serba terbatas, termasuk bahan ajar.

    "Buku mata pelajaran dan bahan bacaan siswa di MTS Al Mukhsinin Pandang ini  memang masih sangat jauh dari standar yang diperlukan,” kata Kahar.

    Kahar menjelaskan, buku paket yang digunakan untuk kegiatan belajar dan mengajar hanya satu buah. Buku tersebut menjadi buku panduan guru mengajar.

    Baca Juga: Bangunan Literasi dan Toleransi, Komentar Soal UAS

    “Kami sangat membutuhkan bantuan agar siswa-siswi juga dapat membaca buku di luar jam istirahat,” harap Kahar.

    Belum lagi, ketika melaksanakan Ujian Nasional, siswa kelas IX harus menumpang di sekolah lain.
    Didirikan atas dasar keprihatinan
    MTS Al Mukhsinin hadir atas dasar keperihatinan terhadap generasi bangsa yang putus sekolah.

    Di Dusun Pandang, banyak anak-anak putus sekolah karena faktor ekonomi dan jarak. Kondisi ini membuat orang tua dan seluruh masyarakat dusun inisiatif membangun MTS Al Mukhsinin.

    “Salah satu faktornya, sekolah-sekolah yang ada di Kecamatan Lembor ini sangat jauh dari Dusun Pandang,” terang kepala sekolah.
    Menurut Kahar, para orang tua di Pandang pun sudah memiliki pandangan jauh ke depan tentang pendidikan. Sebagai wujud nyata, seluas empat hektar tanah diwakafkan untuk Yayasan Al Mukhsinin.

    Sembilan tahun sebelumnya, Yayasan Al Mukhsinin memulai pendidikan dengan mendirikan Madrasah Ibtidaiyah. Menurut Kahar, seiring dengan kebutuhan pendidikan di Dusun Pandang, MTS pun turut didirikan.

    Menurut Kepala Yayasan Al Mukhsinin Ahmad Stalin, pendidikan warga di Dusun Pandang masih  jauh dari merdeka. “Sekolah kami belum mendapat perhatian sepenuhnya. Kami mungkin belum merdeka sepenuhnya,” kata Stalin.

    MTS Al Mukhsinin pun menyimpan asa pendidikan di tengah kemerdekaan Indonesia. Stalin berharap, anak-anak didiknya di Yayasan Al Mukhsinin cerdas dan para pendidik pun menjalankan tugas mencerdaskan kehidupan bangsa. (LKC)

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Sekolah Tepian Negeri, Melanjutkan Asa Kemerdekaan Indoensia
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar