Kaum Oportunis atau Kaum Revolusi?

Daftar Isi

    LancangKuning.com - Tulisan ini sengaja dibuat untuk menyadarkan kembali posisi mahasiswa dan terkhususnya anak muda dalam memikirkan negara ini menjadi lebih baik kedepannya. Menjadi seorang mahasiswa yang memiliki idealis dan responsif atau oportunis dalam menempatkan dirinya di kehidupan negeri ini.

    Di tangan orang Tua ada tertulis perjuangan berbuah gerakan "dengan masa 24 jam tidak cukupkan untuk bergerak dan berfikir". Hingga saat ini orang tua adalah inspirasi banyak pemuda pergerakan.

    Tapi tak selamanya membaca tulisan doktrin perjuangan jadi radikal . Tulisan maupun seruan ideologi perjuangan belum tentu membuat orang lantas jadi bernyali .Malahan tak sedikit mereka ketakutan, cemas, dan kuatir. Suatu ketika dulu mereka 'kelompak oportunis' mungkin berani. Suatu ketika mereka mungkin penggerak yang giat di jalanan bahkan pernah kena sentuhan sel penjara. Bertempur dengan polisi dan tentara penjajah boleh jadi menu sehari-hari.

    Tapi nyali itu boleh di makan usia. Keberanian kerapkali kurang bertahan lama di badan. Semangat perlawanan dan anti kemapanan nyatanya mengenal kata rehat. Uang dan jabatan dari tawaran manis pastilah mampu membuat mereka bersimpuh. Nyali berganti dengan watak pengecut. Suara kritis melencong anti suara kolektif perjuangan ke arah kompromi kedamaian dengan musuh kolonial (penjajah) Siam. Dan sikap anti kemapanan berbalik jadi peribadi borjuis yang haus popularitas dan kedudukan. Sehingga ketika menjadi pengecut, mereka sibuk membela diri.

    Di sekitar kita, memang ada banyak kaum oportunis yang tidak betah lapar. Sebahagian dari mereka juga agak nyiyir terhadap mimpi revolusi. Bahkan ada pula yang sinis hanya kerena rekan-rekan perjuangan yang lain memakai jubah perlawanan. Mereka oportunis kerapkali menyebut diri dengan sosok yang realistik. Pribadi yang seolah-olah tidak mempunyai motif raksasa. Sejenis ego yang tak mampu melihat apa-apa yang berbau mimpi dan imaginasi kecuali dengan semangat merendahkan.

    Di mata kepala kaum oportunis, hidup itu tak perlu mimpi dan omong besar. Tak jarang, kelompok yang tak sukar ditemui ini berkumpul dengan sesamanya lantas ramai-ramai saling mengucapkan, meneriakkan, bahkan mengecam barisan perjuangan-yang mungkin dianggapnya-seperti seorang bayi.

    Mereka menolak perubahan melalui revolusi dan lebih menyukai kaedah yang lembut serta jelas-jelas disokong lembaga penderma, uang ratusan,bahkan jutaan sudah diakur, boleh buat pesta jamuan makan. Mereka oportunis semua adalah pengkhianat revolusi yang jauh lebih berbahaya ketimbang barisan serdadu Siam. Dengan beg yang tebal serta pengalaman travelling kedamaian kemana-mana dengan fly-syarikat secara percuma, mereka oportunis virus tanaman yang dibonsai penjajah. Mereka besar bukan kerana nyali perlawanan tapi kerana "kesetiaan dan kepatuhan" buta pada kaum cukong pemegang uang.

    Inilah jenis utama musuh yang sesungguhnya ditentang oleh barisan perjuangan. Orang-orang pintar omong yang sebenarnya tidak kerja demi rakyat. Rakyat di kalimat mereka, hanyalah himpunan orang-orang yang berkumpul kerana perlu untuk di "proyekkan", dan dijemput pesta-pesta jamuan.

    Kaum oportunis kelompak orang yang tidak punya dedikasi dan kedisplinan. Karena mereka selalu punya pandangan individu tanpa kolektif. Yang mereka rindukan dan disenangi adalah popularitas.Walaupun tak jarang kaum oportunis menginjak sesama anak bangsa perjuangan, untuk menduduki tangga popularitas itu. Mulutnya saja ngomong tentang perjuangan, padahal pekerjaannya melakukan pengkhianat pada prinsip dalam doktrin perpaduan ideologi perjuangan.

    Bagaimana kaum oportunis ini boleh radikal, jika gaya hidup serta pengambilan mereka dimakan sehari-hari bersama tawaran manis cukong penjajah. Kaum oportunis seperti ini selalau amaran pertama kali dalam doktrin perjuangan. Tapi mereka tak mungkin patuh dengan prinsip, yang terus mendesak untuk aksi dalam keadaaan ragu-ragu.

    Kalau barisan perjuangan terus tetap tegak pasti kumpulan oportunis ini akan dikenakan disiplin untuk pertama kali. Revolusi, yang menuntut sikap tegas, tidak memerlukan mereka yang ragu-ragu apalagi keraguan terhadap mimpi. Revolusi jadi menarik, kerana ia bertenaga, imaginasi, dan menolak keragu-raguan.

    Mungkin karena itu revolusi muncul hanya dalam slogan. Sebab kaum oportunis penyokongnya berada dalam keadaan yang sakit dan cacat.

    Kaum oportunis ini begitu rakus dan haus popularitas. Lensa kamera yang ukurannya kecil itu dijadikan sasaran untuk menayangkan muka mereka yang letih dan penuh polesan. Bait aktivis bukan sejauh mana kesannya bagi rakyat melainkan dimuat-tidaknya di media akbar dan social media. Karena itu mereka meneguhkan diri sebagai kumpulan sekular dan liberal karena mereka berbuat, bertindak, dan bersikap tanpa asas nilai sama sekali. Maksud mereka tidak beragama kerana memang malas diikat oleh peraturan-peraturan prinsip perjuangan yang ada.

    Sudah pasti kaum oportunis tidak ambil tahu, berapa modal yang dipunyai perjuangan saat bermula cetus 'Obor Reformasi hingga sekarang 2019.

    Mereka pasti tidak ingat bagaimana perjuangan yang lapar mampu melahirkan massa aksi. Mereka juga tidak pernah tahu berapa uang yang dimiliki pemuda bangsa ketika menurun aksi serangan keatas penjajah di bumi hangus, Siam telah melutut. Mereka nggak pernah boleh paham kalau modal semua kaum radikal adalah nyali. Berkat nyali, perubahan besar boleh digulirkan.

    Dan perubahan sebelum ini bukan datang dari konsep-konsep cadangan kedamaian bersama musuh. Revolusi memang dicetak oleh anak-anak muda yang berani. Sikap radikal adalah ciri-ciri orang yang disebut pemuda. Muda, radikal dan karenanya progresif yang revolusioner dalam prinsip. Terhadap uang, sikap pemuda adalah seperti yang berjudul lapar, enggan, malu dan tidak akan meminta. Kerana ia tahu, martabatnya tidak diukur dari berapa uang yang dimiliki. Terhadap jabatan apalagi.

    Persis sikap pepatah mengatakan menolak jadi penguasa kerana amanah yang besar jauh lebih asyik daripada duduk didampingi petani. Tapi terhadap pengembaraan pelawanan, ia akan berkata, ya! dan terjun bergerak, menuturkan dengan pesan bagaimana seorang layaknya menyambut pengembaraan", Ter-jaga dengan sikap 'Pantang Kiri dan Pantang Kanan' dalam pergerakan.

    Oleh : Alfin Julian N (Gubernur Mahasiswa Fakultas Hukum UNRI)

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Kaum Oportunis atau Kaum Revolusi?
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar