Apakah Pluto Masih Disebut Planet?

Daftar Isi

    LancangKuning.com - Masih pantas tidak Pluto masih disebut planet? Sebelum kita membahas pertanyaan yang menurut sebagian dari kalian tidak terlalu penting-penting amat dibandingkan pertanyaan kapan kawin,  mari kita beranjak ke zaman yunani kuno yang masih mengkategorikan Bulan, Merkurius, Matahari, Jupiter, Saturnus, Venus, dan Mars sebagai planet. Pokoknya, asalkan benda itu bersinar dilangit dan bergerak maka disebut planet.

    Pengkategorian ini benar-benar bermasalah, alasannya ya karena:

    1. Tidak memasukkan Bumi sebagai planet.
    2. Memasukkan benda-benda langit yang berbeda pada dasarnya berbeda ke dalam satu kategori.

    Yah memang kalau dipikir-pikir sih wajar, karena pada waktu itu hanya teknologi yang benar-benar terbatas, jadi ya mau bagaimana lagi. Sampai beribu-ribu tahun kemudian seorang berkembangsaan belanda membuat sebuah teleskop dan membuat astronomi menjadi jauh lebih menarik lagi.

    Berkat penemuan itu, astronom dapat menyusun kembali tata surya kita – sebuah kemajuan ilmu pengetahuan yang tak dapat disangkal lagi, kecuali bagi kaum penganut teori bumi datar – dan mengelompokkan ulang bagian-bagiannya yaitu dengan menambahkan bumi dan mengeluarkan matahari dan bulan dari daftar planet. Aturan mainnya sekarang berubah, kalau dia mengorbit matahari berarti disebut planet. Kalau kalian bertanya-tanya mengapa bulan tidak dimasukkan sebagai daftar planet, jawabannya ya karena bulan itu mengorbit bumi bukan matahari, makanya dikeluarkan dari daftar planet.

    Seiring berjalannya zaman, teknologi semakin berkembang, dan manusia pun dapat lebih memahami rahasia-rahasia yang terkandung dalam alam semesta ini – meskipun tidak sepenuhnya memahami sih maka ditemukanlah planet-planet baru yang membuat tata letak tata surya kita menjadi seperti ini: sembilan planet yang memutari satu bintang (matahari). Sampai ke titik ini mungkin kalian bingung ngapain sih astronom ngebet banget pengen memusnahkan pluto dari daftar tata surya tercinta kita? Jawabannya ada diujung langit akan dijelaskan sebentar lagi.

    Masalahnya adalah gambar-gambar ilustrasi yang kita lihat selama ini adalah hoax atau ilusi belaka, bukan sepenuhnya salah sih, tapi membuat orang-orang salah sangka. Ilustrasi-ilustrasi itu tuh seakan meberi kesan kalau ukuran planet tuh bedanya tidak jauh-jauh amat, tapi sebenarnya tidak begitu. Kalau memakai skala yang sesungguhnya, maka aslinya planet bumi kita tercinta itu ukurannya hanya sebesar upil dan planet pluto hampir tidak keliatan karena dia planet yang paling kecil. Sangking kecilnya, bahkan lebih kecil dari beberapa planet termasuk bulan.

    Meskipun kita sudah membetulkan ukuran skalanya, permasalahan lain masih tetap ada, yaitu jaraknya. Coba pikir aja, kalau jarak Jupiter dan bumi sedekat itu, langit malam yang menemani kita dikala sedih dan sepi ini pastinya cuma diisi sama jupiter. Tapi kenyataannya tidak begitu, kalau kita amati jupiter itu cuma setitik jika diamati dari langit. Yang pastinya membuat jaraknya benar benar jauh – sekitar 630.000.00 KM – dan pastinya membuat ilustrasi tata surya sesuai dengan skala dan jarak menjadi sulit.

    Kalau kita menggambarkan tata surya dengan skala yang sesuai jarak dan ukuran tata surya di atas kertas, maka harusnya Jupiter itu cuma sebesar tungau debu dan Pluto cuma sebesar bakteri, Yup cuma sebesar bakteri. Tapi, Ngeluarin Pluto cuma karena ukurannya mini tuh rasanya tidak adil banget. Maka dari itu kita akan membahas tentang sebuah planet (gagal) yang mungkin belum pernah kalian dengar, Ceres.

    Pada suatu hari (atau malam) yang cerah, seorang astronom menemukan sebuah celah kecil diantara Mars dan Jupiter. Planetnya ukurannya kecil, tapi toh karena mereka menyukainya jadinya mereka menamai ceres. Setahun kemudian mereka kembali menemukan planet ditempat yang sama dan menamainya Pallas. Dan terus begitu sampai negara api menyerang sehingga sampai beberapa dekade anak-anak belajar kalau ada 11 planet di tata surya.

    Masalahnya, para astronom terus menemukan planet-planet ditempat yang sama sehingga kehilangan kepedean nya untuk menyebutnya sebagai planet karena beda jauh dengan tetangga-tetangga planet mereka, sehingga istilah baru dimunculkan: asteorid di dalam sabuk asteroid. Dan planet-planet mini kita dilabel ulang yang jadi alasan utama kenapa kita tidak pernah mendengar mereka. Dan keputusan itu benar-benar tepat, karena para astronom menemukan ratusan ribu asteroid di daerah tersebut, yang terlalu banyak bagi anak-anak untuk dihafal. Jangankan anak-anak orang dewasa aja pasti kesusahan mennggapainya.

    Kembali ke biang kerok permasalahan, Pluto: awalnya astronom mengangaap dia sebesar, tapi setelah diamat-amati lagi ukurannya direvisi sehingga semakin menyusut dan menyusut. Bersamaan dengan hal itu para astronom menemukan banyak objek yang sama mengorbit ditempat yang sama. Jeng-jeng, merasa Dejavu?

    Hal ini membuat astronom kita menjadi galau ga menentu, ditambah fakta kalau pluto sebagian besar terdiri dari es, dan objek tetangganya juga sebagian besar terdiri dari es. Awalnya mereka mengabaikannya, karena tidak ada objek yang menandingi ukuran pluto, sampai Eris ditemukan tahun 2006. Akhirnya para astronom pun menggunakan teknik yang sama seperti sebelumnya, mengelompokkan pluto dan tetangga-tetangganya ke area baru yang bernama sabuk kuiper.

    Itulah cerita tentang pluto, sebuah planet yang salah dimengerti namun menemukan rumahnya, seperti ceres.(Randhi)

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Apakah Pluto Masih Disebut Planet?
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar