Ketika Bantuan Pangan Menyambung Hidup Warga Palestina

Daftar Isi

    Sumber Foto: WFP, ACT

    LancangKuning.Com, GAZA - Hidup di Gaza tidaklah mudah, terlebih bagi para ibu. Bagi Raeda dan Azza, segala macam usaha mereka perjuangkan demi ketersediaan pangan anak-anak mereka.

    Telah delapan tahun suami Raeda (35) meninggalkan keluarga.

    Laki-laki itu pergi dari Gaza, membiarkan Raeda seorang diri mengurus tujuh anak mereka, dengan hutang yang menggunung. Menjadi orang tua tunggal, Raeda berjuang menghadapi keadaan dan tetap berusaha tidak membiarkan anak-anaknya kelaparan. Situasi memburuk dan bahkan memaksa dua anak Raeda yang masih berusia 15 dan 17 tahun berhenti sekolah. Mereka harus bekerja.
    Di tengah himpitan krisis hidup yang membelenggu, Raeda tetap mengupayakan hal yang terbaik bagi kebutuhan anak-anaknya. Ia bekerja paruh waktu. Ia pun mendapat bantuan kebutuhan pangan dari lembaga kemanusiaan internasional.

    "Ketika anak-anak saya tumbuh, mereka perlu makan berbagai makanan yang lebih besar, termasuk produk susu," katanya. Dalam memilih bahan makanan itu pula, Raeda berusaha berhati-hati. Listrik yang hanya tersedia beberapa jam membuat keluarga Raeda hanya membeli makanan yang segera mereka makan. “Agar saya tidak perlu khawatir cara menyimpan makannya,” tambah Raeda, dilansir dari World Food Program.

    Baca Juga: Hujan Badai Rusak Kampung Pengungsian Rohingya

    Cerita serupa pun dirasakan Azza, ibu delapan anak. Ia menggantungkan bantuan makanan dari lembaga amal. Azza memiliki suami yang tidak lagi bekerja.

    “Suami saya kembali ke rumah pada 2012 setelah ia kehilangan pekerjaannya. Hal ini tidak disangka dan membuat hidup semakin sulit,” ingat Azza. “Saya sangat khawatir dengan masa depan anak-anak dan putus asa melihat suaminya tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar keluarga mereka,” cerita Azza.

    Berdasarkan data kerawanan pangan sejumlah lembaga internasional tahun 2014, 54 persen kerawanan pangan melanda penduduk di Rafah, disusul 49 persen terjadi di Gaza Utara. Dalam data tersebut disebutkan, sebanyak 1,6 juta keluarga di Palestina menghadapi kerawanan pangan, dan 60 persennya berada di Gaza. Lebih dari separuh keluarga yang mengalami kerawanan pangan adalah pengungsi internal.

    Ikhtiar mendukung kesediaan pangan turut dilakukan Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan masyarakat Indonesia melalui program Dapur Umum Indonesia, Indonesia Humanitarian Center dan Humanity Card. Krisis di Gaza memang masih bergejolak hingga kini, namun semangat kemanusiaan untuk membantu penduduk Palestina harus terus dikobarkan. (LKC/Rls)

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Ketika Bantuan Pangan Menyambung Hidup Warga Palestina
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar