Daftar Isi
Foto: Destinasi wisata alam air terjun Batu Tilam, Kabupaten Kampar, Riau (Foto : Heru Maindikali).
Lancang Kuning, PEKANBARU - Objek wisata alam Batu Tilam, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau kembali dikunjungi. Sejumlah wisatawan bersambang menikmati wisata alam yang asri hingga berkemah.
Lokasi berkemah digelar di bawah bebatuan bibir mulut gua. Di kelilingi hutan dengan air terjunnya yang alami, memiliki sensasi luar biasa.
Ada 27 air terjun di Desa Kebun Tinggi. Tinggi air terjunnya bervariasi, mulai dari 10 meter, 20 meter, 25 meter, 100 meter hingga bisa mencapai 150 meter.
Air terjun Batu Tilam berada di mulut gua di punggung Bukit Barisan yang melintasi daerah itu. Lokasinya jauh dari keramaian kota, tepatnya di wilayah Desa Kebun Tinggi, Kecamatan Kampar Kiri Hulu.
Di desa Kebun Tinggi para peminat objek wisata alam liar bisa menguji nyali sambil disuguhi hutan alam Sumatera yang masih asri.
Di sini masih terdengar suara siamang dan bermacam-macam jenis burung yang saling bersahutan.
Untuk sampai ke Batu Tilam, wisatawan membutuhkan persiapan matang. Sebab lokasinya berjarak 170 KM dari ibu Kota Provinsi Riau, Pekanbaru yakni di Kampar Kiri, Kampar.
Untuk bisa ke lokasi, harus menggunakan sepeda motor. Bisa juga dengan mobil, namun harus dengan mobil yang memiliki penggerak roda depan atau four wheel drive dengan dilengkapi penarik beban.
Tidak cukup disitu, sang sopir juga harus dibekali keahlian dan mental baja. Sebab, untuk sampai ke lokasi akan melintasi jalan aspal, tanah, bebatuan hingga akses curam di tengah hutan Bukit Barisan.
"Ya begitulah kondisi jalan menuju Wisata Batu Tilam. Apalagi saat hujan turun, ke lokasi yang normal ditemupuh antara 4-6 jam, bisa lebih antara 8-10 jam perjalanan," cerita seorang wisatawan, VJ Oki, Jumat (11/2/2022).
Keberadaan air terjun Batu Tilam mulai dijelajahi sambil dibenahi oleh perangkat desa beserta warga pada tahun 2015 lalu. Kemudian, di tahun 2019, perangkat desa Kebun Tinggi bersama tokoh masyarakat dan warga melakukan musyawarah untuk menjadikan air terjun Batu Tilam sebagai objek wisata.
Letaknya yang berada di hamparan hutan Bukit Barisan menjadikan udara di Batu Tilam sejuk. Belum lagi suara derasnya 27 air terjun yang ada di sekitar perkemahan yang menjadi spot utama wisatawan. Pengunjung dapat isitirahat di pelataraan berkanopi tebing Bukit Barisan dengan pemandangan paginya matahari terbit.
"Selain itu ada 27 air terjun di wisata alam Batu Tilam, hingga saat ini yang baru bisa dikunjungi dan dinikmati itu ada 4 air terjun berikut gua kelawar," ujar VJ Oki.
Selain sensasi alam, wisatawan juga bisa dapat banyak pengetahuan di sini. Sebab lokasi mulut gua dahulunya adalah tempat berlindung para pejuang Indonesia dari serangan saat penjajahan Belanda tengah berlangsung.
"Katanya asal usul Batu Tilam ini karena di masa penjajahan Belanda dipakai pejuang kita untuk tidur. Batu inilah yang jadi alas, itulah kenapa disebut Batu Tilam," imbuh pria asal Pekanbaru tersebut.
Sementara, menurut Kepala Desa Kebun Tinggi, Joni, ada cerita rakyat mengenai keberadaan Air Terjun Batu Tilam.
Ia mengatakan pada zaman dulu ada orang tua yang pergi merantau untuk menyambung hidup ke lokasi air terjun itu sambil bekerja membuat amunisi untuk berperang.
"Dulunya di bibir gua yang berada tepat di balik Air Terjun Batu Tilam merupakan lokasi tempat tinggal leluhur kami merantau untuk menyambung hidup ketika zaman perang Belanda hingga Jepang menjajah Indonesia," jelasnya.
"Sambil berlindung, dua orang tua kami membuat bencui atau amunisi berperang. Di lokasi itu ada batu tempat beristirahat, namanya Batu Tilam. Artinya alas tempat tidur. Dari cerita itulah nama air terjun ini disebut masyarakat," katanya.
Untuk mengelilingi 4 dari 27 air terjun yang bisa diakses, wisatawan hanya dikenakan tarif Rp 35 ribu/hari. Tarif itu masuk ke kas desa setempat untuk modal pengelolaan kebersihan dan sebagainya.
Objek wisata alam Batu Tilam telah berhasil meraih Juara 1 Anugerah Pesona Indonesia ke V tahun 2020 lalu. Batu Tilam disebut surga tersembunyi di Bumi Lancang Kuning yang masih perlu terus digali potensinya, dibarengi peningkatan aksesibilitas, amenitas, dan atraksinya. (LK/MCR)
Komentar