Raja Kecil, Pendiri Kerajaan Siak dari Pagaruyung

Daftar Isi

    Wisata di SIAK - Kesultanan Siak Sri Inderapura merupakan sebuah Kerajaan Melayu Islam yang pernah berdiri di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Indonesia. Kerajaan ini didirikan di Buantan oleh Raja Kecil yang bergelar Sultan Abdul Jalil dari Pagaruyung pada tahun 1723. Kesultanan Siak dalam perkembangannya menjadi kerajaan yang kuat. Dan menjadi kekuatan yang diperhitungkan di pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaya di tengah tekanan imperialisme eropa.
    Pengaruh kerajaan ini sampai ke Sambas di Kalimantan Barat, dan juga mengendalikan jalur pelayaran antara Sumatera dan Kalimantan. Pasang surut kerajaan ini tidak terlepas dari persaingan dalam memperebutkan penguasaan jalur perdagangan di Selat Malaka.

    Membandingkan dengan catatan Tomé Pires yg ditulis antara tahun 1513-1515, Siak merupakan kawasan yang berada antara Arcat dan Indragiri yang disebutnya sebagai kawasan pelabuhan raja Minangkabau, kemudian menjadi vasal Malaka di mana sebelum ditaklukan oleh Portugal. Sejak jatuhnya Malaka ke tangan VOC Kesultanan Johor telah mengklaim Siak sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya. Hal ini berlangsung hingga kedatangan Raja Kecil yang kemudian mendirikan Kesultanan Siak.

    Kata siak, secara harfiah dapat bermakna pusat kota raja yang taat beragama, sedangkan dalam bahasa sanskerta, sri berarti ‘cahaya’ dan ‘indera/indra’ berarti raja, sedangkan pura bermakna ‘kota/kerajaan’. Siak bagi masyarakat Melayu sangat erat dengan agama islam. Orang siak adalah orang-orang yang ahli agama islam. Jika seseorang dalam hidupnya taat beragama maka dapat dikatakan sebagai orang siak. Adapun siak di kawasan Pakistan dan india merujuk pada sihag atau asiagh yang bermakna ‘pedang’.
    Kerajaan Siak memiliki Istana, yang dijuluki sebagai Istana Matahari Timur/Asserayah Hasyimiah. Istana ini memiliki luas sekitar 1.000 meter persegi. Arsitektur Istana Siak bercorak gabungan antara Melayu, Eropa dan Arab yang dirancang sendiri oleh arsitek berkebangsaan Jerman.
    Pada masa awal Kesultanan Melayu Melaka, Riau menjadi tempat pusat agama islam. Setelah itu perkembangan agama Islam di Siak menjadikan kawasan ini sebagai salah satu pusat penyebaran dakwah Islam, hal ini tidak lepas dari penggunaan nama Siak secara luas di kawasan Melayu. Jika dikaitkan dengan pepatah Minangkabau yang terkenal: Adat menurun, syara’ mendaki dapat bermakna masuknya Islam atau mengislamkan dataran tinggi pedalaman Minangkabau dari Siak sehingga orang-orang yang ahli dalam agama Islam, sejak dahulu sampai sekarang, masih tetap disebut dengan Orang Siak. Sementara di Semenanjung Malaya, penyebutan Siak masih digunakan sebagai nama jabatan yang berkaitan dengan urusan agama Islam.

    Walau telah menerapkan hukum Islam pada masyarakatnya, namun sedikit pengaruh Minangkabau masih mewarnai tradisi masyarakat Siak. Dalam pembagian warisan, masyarakat Siak mengikut kepada hukum waris sebagaimana berlaku dalam Islam. Namun dalam hal tertentu, mereka menyepakati secara adat bahwa untuk warisan dalam bentuk rumah hanya diserahkan kepada anak perempuan saja.

    Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Sultan Siak terakhir, Sultan Syarif Kasim II menyatakan kerajaannya bergabung dengan Republik Indonesia. Istana siak juga merupakan salah satu objek wisata yang ada di Riau. (hyAzn)

    Berbagai Sumber

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Raja Kecil, Pendiri Kerajaan Siak dari Pagaruyung
    Sangat Suka

    100%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar