Daftar Isi
Lancang Kuning - Meski berukuran mini, kehadiran nyamuk seringkali berhasil menciptakan gangguan. Bukan saja rasa gatal akibat bekas tusukannya, gigitan nyamuk juga bisa menimbulkan kematian, salah satunya lewat penyakit malaria.
Itu sebab, demi meningkatkan kesadaran akan penyakit malaria maka Hari Nyamuk Sedunia atau World Mosquito Day pun diperingati saban 20 Agustus.
Mengapa peringatan dilakukan setiap 20 Agustus?
Melansir laman Malaria No More, pada 20 Agustus 1987 Sir Ronald Ross menemukan bahwa nyamuk betina menularkan malaria pada manusia. Hingga kini, penyakit malaria membunuh sekitar 54 miliar orang di seluruh dunia.
Sementara tiap tahun dilaporkan sebanyak 219 juta kasus malaria. Dari data pada 2017, sebanyak 435 ribu orang meninggal akibat penyakit ini.
Malaria ditemukan di lebih dari 100 negara terutama di negara-negara tropis. Kasus malaria jadi beban cukup besar di sejumlah negara.
WHO menyebut pada 2018, nyaris separuh penduduk dunia berisiko terkena malaria. Kasus terbanyak ditemukan di wilayah Afrika.
Dikutip dari laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang dibawa nyamuk Anopheles betina. Plasmodium memiliki 5 spesies yang mengakibatkan malaria tetapi ada dua spesies yang menimbulkan malaria cukup parah yakni, Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax.
Gejala biasanya timbul setelah 10-15 hari gigitan nyamuk. Gejala awal biasanya berupa demam, sakit kepala, dan kedinginan. Jika tidak ditangani dalam 24 jam, malaria khususnya akibat Plasmodium falciparum bisa menimbulkan gejala lebih parah bahkan kematian.
Pencegahan malaria berarti mengendalikan vektor atau hewan pembawanya. WHO pun merekomendasikan dua bentuk pengendalian vektor yakni penggunaan kelambu tidur dan penyemprotan.
Sementara itu menyambut Hari Nyamuk Sedunia, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menyerukan kekhawatiran terhadap penyebaran nyamuk Anopheles stephensi (An. Stephensi) di Afrika. Awalnya, spesies ini ditemukan di Djibouti kemudian menyusul di Ethiopia (2016), Sudan dan, Somalia (2019).
Nyamuk An. Stephensi disebut jadi biang keladi kasus malaria di Afrika Timur. Di Djibouti, kemunculan nyamuk An. Stephensi memicu kasus malaria di kawasan urban.
Komentar