Daftar Isi
Foto: Ilustrasi.
Lancang Kuning, JAKARTA -- Bekas tahanan politik (Tapol) Papua Surya Anta bercerita mengenai pengalamannya selama menjalani masa penahanan atas kasus makar di Rumah Tahanan (Rutan) Salemba, Jakarta Pusat.
Sejak pertama mendekam di Rutan Salemba, Surya Anta mengaku melihat praktik penyimpangan di dalam penjara.
Ia pun bercerita tentang kehidupan orang-orang yang biasa disebut 'anak hilang' di dalam Rutan Salemba.
Baca Juga: Segitiga Bermuda, antara Fakta dan Misteri yang Belum Terpecahkan
Surya menyebut 'anak hilang' adalah orang-orang yang tidak bisa membayar uang kebersamaan saat pertama masuk penampungan rutan.
Menurut Surya uang kebersamaan itu diminta oleh tahanan lama. Yang tidak bisa membayar akan dibuang ke lapak buaya di Rutan Salemba.
Baca Juga: WN AS Pembuat Film Porno Masuk Bali Pakai Paspor Palsu, 7 Kali Pindah Tempat
"Tidak mampu membayar uang kebersamaan otomatis dilempar ke lapak buaya," kata dia dalam sebuah diskusi yang ditayangkan YouTube Pembebasan Nasional, Jumat (24/7), melansir CNN Indonesia.
Menurut Surya lapak buaya adalah tempat paling jorok dan tidak sehat yang ada di penampungan Rutan Salemba.
Baca Juga: Cuti Bersama Idul Adha 2020, Jadi Ada atau Tidak?
"Persis di depan WC, kalau dia makan lihat orang BAB," cerita Surya.
Ia menjelaskan, biasanya, anak hilang ini tidak mempunyai uang karena tidak pernah dibesuk oleh keluarganya. Mereka juga tidak pernah mendapat kiriman uang.
Baca Juga: Heboh Aliran Sesat di Kabupaten Solok, Tak Percaya Allah dan Nabi Muhammad
"Di penjara supaya dapat uang, dari keluarga yang kunjungi atau lewat transfer. Tapi ada orang yang sama sekali enggak didatangi dan dikirim uang," ucap dia.
Penderitaan 'anak hilang' tak berhenti di tempat penampungan. Setelah keluar penampungan dan turun blok, mereka biasanya tidur di tangga hingga di selasar-selasar antar blok.
"Kalau di (gedung) tipe 7 banyak yang di tangga nanti setelah pintu blok dibuka jam setengah 5, mereka tidur di pinggir jalan antar blok," ucap dia.
CNNIndonesia.com telah menghubungi Kepala Bagian Humas dan Protokol Ditjen Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM, Rika Aprianti untuk mengklarifikasi cerita Surya Anta. Namun Rika belum menjawab telepon dan pesan singkat dari CNNIndonesia.com.
Sebelumnya, Surya Anta juga pernah menceritakan pengalaman serupa di Rutan Salemba lewat akun twitternya.
Berbagai penyelewengan mulai dari pemalakan, kondisi tidak manusiawi, hingga jual beli narkoba ia temukan selama di Rutan Salemba.
Surya mengaku menyaksikan sendiri para tahanan menjadi bandar narkoba. Mereka bebas berkeliaran menjajakan barang haram seperti sabu dan ganja kepada tahanan lain.
Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly mengaku telah memerintahkan jajarannya untuk mengecek kebenaran pernyataan Surya Anta. Namun hingga saat ini belum ada laporan hasil pemeriksaan yang diungkap ke publik.
Komentar