Bongkar Kekerasan di RS Jiwa, Wartawan Ini Terpaksa Pura-pura Gila

Daftar Isi

    Foto: Elizabeth Coachran Seaman (Instagram) 

    Lancang Kuning – Seorang wartawan Amerika, Elizabeth Coachran Seaman atau yang dikenal sebagai Nellie By merupakan salah satu wartawan wanita yang cukup terkenal karena konsern menuliskan isu-isu terkait perempuan di zamannya kala itu. Ketertarikannya menjadi wartawan berawal saat dirinya membaca sebuah kolom di Pittsburg Dispact "What Girls Are Good For".

    Dikutip dari laman Elite Readers, Nellie kemudian menulis sebuah surat pada editor kolom tersebut. Melihat surat itu, editor Pittsburg Dispatch kemudian terkesan dan menawarkannya untuk menulis artikel untuk koran tersebut. Dia kemudian menuliskan artikel untuk kolom koran tersebut.

    Baca Juga: 4 Potret PuspitaTukang Jagung Penerbang Wanita Pertama TNI AD

    Tidak lama setelahnya, Nellie kemudian pindah ke New York dan bekerja di koran New York World. Saat itu dia mendapat tugas untuk mengungkapkan rumor terkait kasus kekerasan di rumah sakit jiwa Women's Lunatic Asylum di Blackwell's Island, Amerika sekitar tahun 1900-an selama 10 hari.
    Nellie kemudian menyetujuinya dan berpura-pura menjadi pasien dengan gangguan mental.
    Selama 10 hari penyamarannya, dia mengungkapkan rumor tentang kekerasan yang diterima para pasien benar adanya. Para pasien diketahui dipukul, diikat selama beberapa jam, dihukum dan kepalanya dimasukkan di dalam air dingin.

    Baca Juga: 4 Potret PuspitaTukang Jagung Penerbang Wanita Pertama TNI AD

    Tidak hanya itu saja, para pasien juga hanya diberi makanan basi dan kotor serta air minum yang tidak disaring. Mereka juga harus makan bersama dengan tikus, juga kecoak. Selama 10 hari itu Nellie yang juga akrab disapa Seaman juga menemukan fakta bahwa sebagaian besar wanita yang ada di rumah sakit itu tidak mengalami gangguan mental. Mereka terkurung di rumah sakit itu karena kemiskinan dan ketidakmampuan mereka dalam berbahasa Inggris.

    Baca Juga: Tuntutan Ketum PSSI ke Shin Tae-yong

    Selama di sana, Seaman juga mengamati bahwa para pasien mencoba untuk keluar dari rumah sakit itu dengan memberi tahu tindakan kekerasan yang terjadi kepada dokter yang memeriksa mereka. Namun, sayangnya para dokter tidak mempercayainya dan akhirnya para pasien itu dihukum.

    Baca Juga: Zulhas: Terawan Kesayangan Jokowi, Tak Mungkin Di-Reshuffle

    Setelah 10 hari lamanya, Seaman kemudian menuliskan pengalamannya itu ke dalam novel yang diberi judul "Ten Days in a Mad-House". Setelah terbit, novel itu menuai banyak kontroversi. Meski begitu pemerintah setempat kemudian mempelajari bukunya dan melakukan tindakan terhadap rumah sakit tersebut. Sehingga akhirnya situasi rumah sakit itu menjadi lebih baik.

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Bongkar Kekerasan di RS Jiwa, Wartawan Ini Terpaksa Pura-pura Gila
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar