Daftar Isi
Foto: Ilustrasi perang nuklir antara Amerika Serikat vs Rusia
Lancang Kuning – Virus Corona atau COVID-19 hingga saat ini masih terus menunjukkan keganasannya. Lebih dari 200 negara di dunia seperti kesulitan melawan makhluk yang ukurannya tak lebih dari 1 mikrometer ini.
Menurut data WHO per 1 Mei 2020, jumlah kasus infeksi COVID-19 di seluruh dunia mencapai 3,3 juta, dan membunuh 235 juta orang. Dengan catatan, Amerika Serikat jadi negara dengan kasus COVID-19 terbanyak. Hingga saat ini, jumlah kasus infeksi COVID-19 di AS sudah menjangkiti 1,1 juta orang, sementara 64 ribu lebih meninggal dunia.
Baca Juga: Menko Luhut Polisikan Said Didu
Akan tetapi, meskipun tengah dihantam pandemi AS tetap saja berusaha menunjukkan kekuatannya di dunia. Bagaimana tidak, di tengah krisis dunia ini seorang perwira tinggi militer Negeri Paman Sam secara kontroversial menyebut bahwa AS siap menggunakan senjata nuklirnya andai wabah ini berakhir.
Perwira tinggi itu adalah Jenderal Timothy Michael Ray, Komandan Komando Serangan Global Angkatan Udara AS (USAFGSC). Merespons sejumlah tudingan yang menyebut armada militer AS dilemahkan oleh Virus Corona, Ray mengambil sikap tegas. Ray menyebut negaranya siap membuktikan bahwa virus ini sama sekali tak mengurangi kekuatan militer AS, dan siap menggunakan senjata nuklirnya.
Baca Juga: Anak Kandung Temukan Ayah Gantung Diri di dalam Kamar
Dalam berita sebelumnya, sejumlah personel militer AS dikabarkan terinfeksi COVID-19 bahkan sudah ada yang meninggal dunia. Menurut laporan Military Times, Angkatan Laut AS (US Navy) jadi matra dengan jumlah personel terbanyak yang terinfeksi COVID-19.
"Yakinlah, kami telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan pasukan pembom dan ICBM kami siap untuk pergi dan dapat mencapai target apa pun di planet ini kapan saja. Kami sepenuhnya siap dengan misi dan COVID-19 tidak akan mengubahnya. Pasukan kami terus mempertahankan tingkat kesiapan dan respons yang sangat tinggi," bunyi pernyataan Ray dikutip Al-Masdar News.
Baca Juga: Makanan Khas Pekanbaru
"Kami dibayar untuk melakukan misi ini dalam semua kondisi. Bukan hanya beberapa, tetapi semua kondisi. Ini adalah keadaan yang mengerikan, tetapi kita harus siap untuk melakukan pekerjaan ini dalam keadaan yang jauh lebih buruk," ujarnya.
Pernyataan Timothy yang cukup kontroversial jelas memicu ketegangan, terutama dari negara yang punya kekuatan nuklir lainnya, Rusia.
Baca Juga: Tempat Wisata di Riau
Ancaman yang dilontarkan Ray mewakili AS, membuat Rusia kebakaran jenggot. Lewat Menteri Luar Negeri, Maria Zakharova, Rusia menegaskan bakal merespons tindakan AS jika benar-benar menggunakan senjata nuklirnya.
Dalam pandangan Rusia, setiap serangan menggunakan rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam AS, terlepas spesifikasi rudal itu memiliki hulu ledak rendah atau tidak, itu merupakan tindakan berbahaya dan tindakan destabilisasi.
Sehingga, Rusia akan melihat itu sebagai serangan nuklir dan akan memberikan balasan yang setimpal atas serangan tersebut.
"Mereka yang ingin berbicara tentang kemampuan nuklir Amerika harus menyadari bahwa di bawah doktrin militer Rusia, langkah-langkah seperti itu akan dianggap sebagai alasan untuk menanggapi dengan senjata nuklir oleh Rusia," kata Maria.
AS dan Rusia kerap bersinggungan akhir-akhir ini. Unjuk kekuatan militer ditunjukkan keduanya di wilayah udara Laut Mediterania, dan wilayah Alaska. Jet-jet tempur Rusia selalu disebut berusaha masuk ke wilayah udara Amerika Utara, atau wilayah Komando Pertahanan Udara Amerika Utara (NORAD).
Yang terbaru, saat dua jet tempur Rusia, Sukhoi Su-35 Flanker-E disebut AS melakukan manuver berbahaya di dekat pesawat intai AS, P-8 Poseidon, tengah pekan lalu. Kemudian pada pekan kedua April lalu, pesawat siluman Angkatan Udara AS (US Air Force), menghadang dan mengusir pesawat intai Rusia.
F-22 Raptor yang dikerahkan NORAD, mengusir pesawat intai Rusia, Ilyushin Il-38 yang ketahuan keliaran di wilayaj udara Kepulauan Aleut, Alaska. Komandan NORAD, enderal Terrence O'Shaughnessy, saat itu juga mengeluarkan sikap tegas bakal selalu mengawasi wilayah udara AS dan Kanada.
"COVID-19 atau tidak, NORAD akan terus secara aktif mengawasi ancaman dan membela negara kami selama 24 sehari, 7 hari dalam sepekan, 365 hari dalam setahun," ucap O'Shaugnessy dikutip Military Times.
Hingga berita ini diturunkan belum ada sikap lanjutan yang ditunjukkan kedua negara. Di satu sisi, AS diprediksi juga bakal mendapatkan reaksi keras dari salah satu seterunya, China. Akan tetapi, sampai saat ini China belum memberi respons terkait pernyataan kontroversi Jenderal Timothy Ray. (LK)
Sumber berita: Viva.co.id
Komentar