Daftar Isi
Foto: Ilustrasi
Lancang Kuning, BOGOR -- Pada Selasa lalu (7/4), Kabupaten Bogor dikejutkan lagi oleh tiga kasus positif penyakit virus corona baru (COVID-19) yang disebabkan oleh virus corona baru (SARS-CoV-2). Salah satu yang jo tertular adalah seorang bayi berusia tiga bulan.
Baca Juga : Kebijakan Covid-19, SBY Kritiki Aturan Presiden Jokowi
Dapat menulari anak, apakah yang perlu orangtua lakukan saat buah hati mereka terkena COVID-19?
1. Kasus COVID-19 pada anak-anak biasanya disertai gejala "ringan" dan tidak termasuk golongan dengan dampak fatal
Hal pertama yang harus diingat saat anak menunjukkan gejala COVID-19 adalah jangan takut!
Badan kesehatan nasional Amerika Serikat, Centers for Disease Control and Prevention (CDC), meluruskan bahwa meskipun anak-anak dan orang dewasa sama-sama terancam risiko yang sama terinfeksi oleh SARS-CoV-2, anak-anak cenderung menunjukkan gejala ringan.
Baca Juga : Dewan Minta Perusahaan Jangan Asal Rumahkan Karyawan
Bayi tiga bulan di Bogor dirujuk ke rumah sakit setelah menunjukkan gejala batuk dan demam. Setelah dites, hasilnya ternyata positif COVID-19. CDC mencatat gejala-gejala ringan tersebut mirip seperti flu biasa, mencakup:
Demam,
Hidung meler,
Batuk,
Muntah, dan
Diare.
Akan tetapi, bila si kecil memiliki riwayat penyakit serius atau sistem kekebalan tubuh yang lemah, orangtua perlu langkah ekstra untuk menjaga buah hati dari paparan COVID-19.
Baca Juga : Tempat Wisata di Riau
2. Pembatasan fisik dari anak-anak
Setelah mengetahui kalau gejala COVID-19 pada anak-anak cenderung "ringan", langkah selanjutnya yang perlu orangtua lakukan adalah menjaga anak-anak dengan mengajarkan langkah-langkah preventif kepada mereka.
Langkah pertama adalah dengan membatasi interaksi mereka dengan anak-anak lain dan kaum rentan COVID-19. CDC mencatat,
"Kunci untuk memperlambat penyebaran COVID-19 adalah membatasi kontak." melansir IDN Times.
Tetapi, kesehatan sosial penting juga, kan? Perbolehkan anak-anak bermain di lingkungan sekitar, selama menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain atau anak-anak sebaya.
Baca Juga : Tempat Wisata di Pekanbaru
Di zaman teknologi yang pesat ini, anak-anak pun sudah go mobile. Dengan kata lain, mereka semakin melek teknologi. Ini juga saat yang tepat bagi orangtua untuk mengajarkan fasilitas teknologi yang memungkinkan anak-anak untuk tetap "terkoneksi" dengan teman sebaya.
Ajari anak-anak cara menggunakan video chatyang baik dan benar. Jangan lupa untuk terus mengawasi sang buah hati saat berbincang dengan teman-temannya.
3. Pembatasan fisik dari kaum rentan COVID-19
Sebelum membatasi kontak fisik dengan kaum rentan COVID-19, bunda dan ayahanda harus tahu siapakah kaum rentan COVID-19 ini? Kaum rentan COVID-19 adalah:
Kaum manusia lanjut usia (manula) berusia 65 tahun ke atas,
Kaum dengan sistem imun lemah atau pengidap AIDS,
Kaum dengan riwayat obesitas,
Kaum dengan riwayat diabetes
Kaum pengidap penyakit pernapasan kronis, dan
Kaum pengidap penyakit kronis lain seperti jantung, ginjal, serta liver.
Jika orangtua kebetulan hidup serumah dengan kaum-kaum di atas, disarankan untuk mengetatkan pembatasan jarak. Kalau tidak memungkinkan bagi orangtua yang harus pergi bekerja, tempatkan pengasuh terpercaya untuk menjaga anak-anak dari kaum di atas.
Dikarenakan kaum manula lebih rentan terkena COVID-19, untuk sementara, disarankan jangan mengunjungi mereka. Catat, untuk sementara. Gunakan teknologi untuk tetap bersilaturahmi dengan video chat.
Demi kebaikan kamu, sang buah hati, serta kakek dan nenek juga!
4. Langkah preventif untuk kesehatan anak
Selain pembatasan sosial, inilah saat yang tepat bagi orangtua untuk mengajarkan kebersihan diri sebagai kiat pencegahan COVID-19.
CDC memberikan anjuran menjaga kebersihan diri yang penting seperti:
Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun (minimal 20 detik) atau dengan pembersih berbahan alkohol,
Jangan sentuh hidung, mulut, atau mata,
Bersihkan permukaan benda sebelum disentuh, dan
Cuci mainan dan pakaian anak.
Orangtua pun harus memberi contoh dengan ikut melakukannya bersama sembari menjelaskan manfaat dari kegiatan-kegiatan preventif ini baik saat dan setelah masa pandemi COVID-19 berakhir. Bukan tidak mungkin, dengan adanya COVID-19, hubungan orangtua dan anak bisa semakin erat.
Jika sang buah hati tengah bermain ke luar, pastikan untuk memakaikan masker berbahan (minimal) kain yang menutupi daerah hidung hingga dagu.
Salah satu permasalahan dalam mendeteksi kasus COVID-19 adalah terkadang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala. Oleh karena itu, CDC mencatat pemakaian masker kain bukanlah untuk melindungi penggunanya (dalam kasus ini anak-anak), melainkan mencegah SARS-CoV-2 untuk tidak menyebar ke orang lain yang rentan COVID-19.
"Kalau begitu, pakai masker bedah dan N-95, saja, ya? Biar aman!"
Enggak begitu, bunda dan ayahanda. CDC menekankan penggunaan masker medis dan respirator N-95 masih diperuntukkan bagi para petugas kesehatan dan responden pertolongan pertama lainnya.
Kalau kehabisan, mereka juga yang repot dan penyebaran malah akan semakin luas di antara para tenaga medis. Hasilnya? COVID-19 semakin sulit ditanggulangi.
Tidak kalah pentingnya, selain pembatasan fisik dan kebersihan diri, orangtua patut memastikan kesehatan sang buah hati tetap terjaga di masa krisis kesehatan ini. CDC menuliskan kalau anak-anak menunjukkan kondisi yang kurang fit, jangan biarkan mereka bermain di luar.
Jika (amit-amit) gejala memburuk dan menunjukkan positif COVID-19, segera hubungi rumah sakit rujukan COVID-19 terdekat agar dapat segera ditangani. Orangtua dapat memastikan kesehatan jasmani anak-anak tetap terjaga dengan mengajak mereka untuk aktif berolahraga (bersepeda atau jalan pagi) dan makan makanan dengan asupan gizi yang seimbang.
Selain kesehatan jasmani, kesehatan rohani sang buah hati juga penting, Bapak dan Ibu. Tidak jarang isolasi mandiri membuat seseorang malah mengembangkan perilaku tidak sehat dan kondisi psikologis seperti depresi dan kemurungan.
Yuk, luangkan waktu dan mengobrol dengan anak sambil mengajarkan nilai-nilai di daftar ini.
5. Pendidikan sang buah hati selama masa COVID-19
Karena pemerintah tengah menggiatkan "study from home", anak-anak terjaga dari kontak fisik. Sekolah-sekolah dan berbagai institusi pendidikan membuat kelas daring agar kegiatan belajar dan mengajar tetap berjalan.
Belum lagi berbagai penyedia bantuan latihan kerja pun mengunggah berbagai kelas penting yang dapat anak-anak pelajari sembari di rumah.
Beberapa orangtua mengeluh dengan adanya kegiatan belajar di rumah. Jangan begitu! Orangtua justru harus membantu anak-anak agar tetap belajar secara optimal dari rumah. Jika memang menemui kesulitan, orangtua baru boleh meminta bantuan pihak sekolah. Itupun dengan ramah, bukan ngegas seperti laporan-laporan yang beredar di media sosial.
Orangtua pun dapat membuat kegiatan belajar di rumah menyenangkan. Caranya? Modifikasi kegiatan dengan aktivitas yang lebih edukatif dan interaktif seperti menyusun puzzle, menggambar, melukis, dan aktivitas fisik lainnya.
Salah satu kesalahan fatal orangtua adalah tidak mengatur jadwal anak meskipun di rumah, sehingga aktivitas anak menjadi serabutan, tidak produktif, dan tidak sehat.
CDC menyarankan untuk tetap mengatur waktu tidur, waktu makan, dan waktu bermain anak di masa study from home. Setelah kegiatan belajar di rumah selesai, luangkan waktu berbincang dengan buah hati. Tanyakan mereka,
"Enakan mana, sayang? Belajar di rumah atau di sekolah?"
Bukan tidak mungkin, anak-anak akan menghargai sekolah setelahnya.
Itulah cara-cara yang bisa orangtua kenalkan kepada anak di masa COVID-19. Yuk, jaga buah hati dari COVID-19 sambil tetap mengajarkan nilai-nilai penting. Tetap ingat! COVID-19 bukan berarti harus memutuskan tali silaturahmi. (LK)
Komentar