Daftar Isi
Foto: Favipiravir, obat antivirus untuk mengobati penyakit Virus Corona atau COVID-19.
LancangKuning.com, Beijing - China menyelesaikan penelitian klinisnya terhadap Favipiravir, obat antivirus untuk mengobati penyakit Virus Corona atau COVID-19. Favipiravir merupakan obat influenza yang diizinkan untuk digunakan secara klinis di Jepang pada 2014.
Hasilnya, Favipiravir tidak menunjukkan reaksi merugikan dalam uji klinis, kata Zhang Xinmin, Direktur Pusat Nasional untuk Pengembangan Bioteknologi China di bawah Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Baca Juga: Daftar Wilayah di Indonesia yang Sudah Tetapkan KLB Virus Corona
Lebih dari 80 pasien COVID-19 ikut berpartisipasi dalam uji klinis di Rumah Sakit Rakyat Ketiga di Shenzhen, Guangdong, China selatan, termasuk 35 pasien menerima pengobatan Favipiravir dan 45 pasien dalam kelompok kontrol.
Hasil menunjukkan, pasien yang menerima pengobatan Favipiravir menjadi negatif COVID-19 dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan pasien dalam kelompok kontrol, Seperti dilansir Liputan6 dari Xinhua, Rabu (18/3/2020).
Baca Juga: Prabowo Minta TNI Siapkan Pesawat ke China Ambil Alkes Corona
Sebuah studi klinis acak multipusat yang dipimpin Rumah Sakit Zhongnan di Universitas Wuhan juga menunjukkan efek terapeutik Favipiravir jauh lebih baik daripada kelompok kontrol.
"Favipiravir telah direkomendasikan kepada tim perawatan medis, serta harus disertakan dalam diagnosis dan rencana perawatan untuk Virus Corona COVID-19 secepatnya," kata Zhang.
Baca Juga: Makanan Khas Pekanbaru
Administrasi Produk Medis Nasional telah mengizinkan sebuah perusahaan farmasi China untuk memproduksi obat ini secara massal dan memastikan pasokan yang stabil, tambah Zhang.
Terapi Sel Induk
Han Yi (belakang), petugas medis dari Provinsi Jiangsu, bekerja di sebuah bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, 22 Februari 2020. Tenaga medis dari seluruh China telah mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di rumah sakit itu. (Xinhua/Xiao Yijiu)
China juga mendorong pemanfaatan beberapa teknologi canggih seperti sel induk dan hati buatan, serta pemurnian darah dalam pengobatan kasus parah.
Baca Juga: Tempat Wisata di Riau
Zhang mengatakan, terapi sel induk terbukti efektif dalam mengurangi reaksi peradangan parah yang disebabkan COVID-19, serta mengurangi cedera paru-paru dan fibrosis paru pada pasien.
China memulai beberapa program penelitian klinis terapi sel induk untuk melawan COVID-19, termasuk obat sel induk yang mendapatkan persetujuan uji klinis dan terapi sel induk mesenkimal.
Terapi sel induk telah digunakan untuk mengobati 64 pasien dalam kondisi parah dan kritis. Kesulitan bernafas yang dialami para pasien itu secara bertahap berkurang dan mereka umumnya sembuh dalam kurun waktu 8 hingga 10 hari. Terapi tersebut juga menunjukkan manfaat dalam mencegah fibrosis paru dan meningkatkan prognosis jangka panjang untuk pasien.
Masyarakat China untuk Biologi Sel dan Asosiasi Medis China bersama-sama mengeluarkan pedoman untuk menstandarkan penelitian klinis dan penerapan terapi sel induk untuk melawan COVID-19.
Zhang mengatakan China sedang mencoba menggunakan teknologi hati buatan dan pemurnian darah untuk mengobati pasien yang sakit kritis. Pasien yang menerima perawatan tersebut mengalami penurunan tingkat faktor inflamasi dan peningkatan pencitraan dada. Durasi pasien pada dukungan ventilator berkurang rata-rata 7,7 hari dan waktu pemantauan ICU yang diperlukan pun dipersingkat. (LK)
Komentar