Erick Thohir: Please deh, Mafia, Tolong Ya

Daftar Isi

    Foto: Erick Thohir

    LancangKuning.com, JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku tak segan-segan membersihkan mafia di tubuh perusahaan plat merah.

    Dia tak ingin lagi ada penumpang gelap dalam proyek yang sedang digarap perusahaan BUMN.

    “Kami tidak akan toleransi proyek-proyek yang berdasarkan (pesanan) oknum atau mafia, kita sikat,” ujar Erick, seperti melansir VivaNews.

    Baca Juga: Dua Perawat di Tahan Polisi, Ini Penyebabnya

    Beberapa kali pemerintah ditampar oleh gurita konsesi..saat Ahok masuk menjabat komisaris Pertamina seketika harga gas 3 KG naik drastis. Kenapa?

    Setiap kali pengiriman premium maka banyak mobil antre 3 jam. Coba Anda pikirkan bila untuk 40 liter untuk apa mereka antre 3 jam? Anda pikir mereka sabar? Tidak.

    Baca Juga: Mobil Paling Boros di Dunia Kembali Diproduksi

    Setiap mobil dimodifikasi tangki 80 liter. Selisih harga premium dengan non subsidi menghasilkan Rp400.000 sekali antre. Untuk apa distribusi premium itu?

    Saat Erick naik jabatan seketika harga gula naik. Anda pikir itu untuk cari perhatian? Tidak. Mereka perang psikologi menampar muka pemerintah.

    Sekarang pertanyaannya ada dua

    Pertama bagaimana caranya menghukum para gurita konsesi gula dan menghentikan permainkan harga? Kedua, mengapa kita harus perangi gurita konsesi anggaran APBN dan BUMN?

    Baca Juga: Makanan Khas Pekanbaru

    Dalam sebuah pidatonya, Presiden Jokowi menjelaskan bahwa percuma OTT. Kasus gurita konsesi gula yang ditangkap urusan transportasi gula. Jauh panggang dari api. Masalah hukum harus diselesaikan secara pencegahan.

    Dalam semangat revolusi mental, yang di lapangan malah jadi mental (terlempar) karena urusan dari bawah tidak ditangani. Di pihak angkatan bersenjata, contohnya anggaran PJR polisi jalan raya, Kasat kepala satuan Polda tanda tangan kwitansi kosong.

    Anggaran operasional kosong. Bagaimana mereka operasi di jalanan, kalau tidak boleh kenek turun, ya dilempar. Di PJR tiap kali lewat dilempar, di jembatan timbang dilempar. Dari satlantas tiap bulan dijatah setor, kasat serse terus ke atas tiap bulan setoran.

    Seperti omnibus law juga tidak efektif, tidak ada investasi langsung masuk karena menteri juga cuek masing-masing memiliki agenda. Menteri Hukum dan HAM disuruh melindungi sekjen partai dengan segala cara. Presiden juga tidak bisa menegur.

    Baca Juga: Tempat Wisata di Riau

    Makanya slogan PWC itu benar benar ampuh: if you are confused, just follow the flow of money! Setiap kasus public siapa yang akan diuntung kan? Tentu bukan rakyat.

    Prinsip kerja gurita konsesi gula

    Mereka berprinsip seperti petugas ledeng. Kepada daerah tertentu suplai volume dan velocity debit air bisa dibuat maksimal, sedangkan suplai ke area lainnya ditutup masalah banjir. Regulator pipa ledeng ini yang pegang aturan main siapa siapa yang dibuka suplai PAM. Kepada yang menunggak IPL iuran pemeliharaan lingkungan suplai ledeng ditutup.

    Petugas ledeng ini sangat berkuasa. Misal, ada seseorang A yang anarkis ngawur di daerah Kelapa Gading. Petugas ledeng akan menghubungi officer regulator Kelapa Gading. Seketika ledeng di rumah A yang bersangkutan ledengnya mati.

    Bila tidak, maka regulator di area Puri Indah tahu mereka bersaudara dengan regulator KG bisa menanggung akibat. Seperti kata Michael Corleone seluruh ledeng di Republik ini terhubung kepada para penarik benang boneka puppet show.

    Orang berpikir mereka para regulator ledeng adalah orang berpangkat. Ya, bisa ya bisa tidak. Atau orang berduit konglomerat. Bisa ya bisa tidak. Yang pasti para regulator ini berkoalisi, bersekutu aliansi strategis. Bukan bersifat mutual benefit. Tapi bersifat ikatan power sharing.

    Seorang pedagang jangkrik berprofesi sebagai penangkap jangkrik, mau diapakan jangkrik sekantong tersebut? Jadi dia bikin kontes adu jangkrik. Cara menangani gurita konsesi gula pun demikian, satu jangkrik diadukan dengan lainnya. Dengan demikian semua tunduk pada aturan.

    Pada film-film mafia seperti Irish Man mereka saling bunuh terakhir presiden JF Kennedy terbunuh. Itu jadul. Zaman sekarang tidak begitu, dulu hukum rimba, sekarang adu Perda. Gurita konsesi sekarang bertukar reward. Mereka saling adu bertindak positif demi kepentingan industri kelompok.

    Dalam kisah lain, Sultan Mehmed II the great Mohammad Al Fatih the great commander diberitahu ayahnya Sultan Murad symbol sultan adalah senjata, kebijaksanaan, strategi dan yang terpenting adalah pikiran.

    Beliau merasa merobohkan tembok Konstantinopel sampai sekarang mustahil. Ketebalannya berlapis lebih dari 30 meter dengan ketinggian 30 meter. Beliau tahu bahwa mendekati tembok konstantinopel adalah yang terlemah dari laut. Dia memindahkan kapal angkatan laut lewat darat.

    Ukuran sultan adalah lewat fear dan respek. Tetapi yang nomor satu adalah tujuan. Tujuan dicapai dengan cara apapun.

    Pada tanggal 28 Mei 1453 M Bunda Maria dikabarkan meninggalkan Hagia Sofia gereja terbesar di dunia tersambar petir di pagi hari. Bahkan setelah semuanya habis kemenangan dipercaya melalui simbol.

    Pada kenyataannya, Sultan Mohammad Al Fatih the great conqueror menang karena dididik oleh ibu Mara selir romawi sultan Murad II. Mara Brankovic, ibu tiri sultan Mehmet II. Artinya setiap kemenangan ditentukan oleh informasi dan pikiran.

    Tanpa informasi seperti buku Gurita konsesi gula, tidak mungkin kita mengerti jalur tali air (kekuasaan). Symbol sultan adalah senjata, kebijaksanaan, strategi dan yang terpenting adalah pikiran.

    Oleh karena itu, menjawab pertanyaan kenapa sekarang bahkan KPK tidak bisa mengendus gurita konsesi anggaran dan BUMN? Karena informasi tentang hal ini tertutup rapat.(Penulis: Ir. Goenardjoadi Goenawan, MM, Alumni IPB Teknologi Pangan, dan Magister Manajemen Universitas Indonesia lulus 1989). (LKC)

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Erick Thohir: Please deh, Mafia, Tolong Ya
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar