Guru Konsultan Makmal Pendidikan DD Hadir Memberi Solusi Pendidikan di Riau

Daftar Isi

    Dilihat dari kondisi pendidikan distrik pedalaman, Riau masih memiliki beberapa masalah. Jika putra-putri daerah Riau yang berada di daerah-daerah yang terjangkau oleh pendidikan mempunyai mimpi menjadi utusan Riau dalam kancah nasional dan internasional, putra-putri yang lahir dan menetap di Riau distrik beranda justru masih baru saja terbangun dari tidur panjangnya, baru tersadar kalau setiap orang butuh dan berhak atas pendidikan yang layak. Mereka adalah anak-anak beranda yang merupakan suku asli yang notabenenya tinggal secara nomaden sebelum tiga tahun belakangan. Pulau beranda di tepian Riau, Rangsang tepatnya Dusun Bandaraya Desa Sokop kecamatan Rangsang Pesisir, Kabupaten Kepulauan Meranti menjadi tanah surga bagi anak-anak berjiwa polos dari suku asli (akit). Pulau Rangsang ini adalah sebuah pulau yang bertetangga dengan negara Malaisya dan hanya dipisahkan oleh selat Malaka.

    Anak-anak yang tidak lagi berada pada usia sekolah dasar masih harus mengenyam huruf dan angka di sebuah sekolah lokal jauh yang menggunakan balai pertemuan sebagai ruang kelasnya. Sebagian besar dari mereka bersekolah dengan tanpa menggunakan alas kaki apalagi sepatu. Menempuh jarak sekitar 10 Km dengan berjalan kaki menuju lokal jauh di bawah terik matahari yang sedikit berbeda dengan daerah lainnya. Daerah pesisir, dengan sedikit pepohonan. Tanah gambut dengan kualitas air berwarna merah. Warga juga hidup dengan kualitas sanetasi yang kurang baik. Bermata pencaharian sebagai petani sagu, dan nelayan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Mulai menetap dan tinggal di rumah yang dibangun oleh Kemensos sejak tiga tahun terakhir. Sebelumnya mereka hidup di dalam sebuah rumah adat yang terbuat dari bambu dan atap rumbia yang harus diganti setiap 3 bulan sekali. Anak-anak mereka yang masih berada pada usia sekolah dasar harus berjuang membantu orang tuanya memenuhi kehidupan. Mulai dari bertani sagu, mencari ikan, siput dan rama-rama di selat sampai merantau ke pulau seberang.

    Melihat kondisi pendidikan yang masih belum terjangkau oleh anak-anak suku asli di kepulauan Meranti, maka Dompet Dhuafa melalui Makmal pendidikan mengutus guru lulusan dari Sekolah Guru Indonesia yang kemudian disebut sebagai Guru Konsultan Makmal pendidikan Dompet Dhuafa untuk hadir memberikan solusi untuk dapat memutus ketidakberdayaan pendidikan di Dusu bandaraya, Desa Sokop, kecamatan Rangsang pesisir. Tugas dan tanggung jawab Guru Konsultan (GK) adalah menginisiasi sekolah non-formal di daerah tersebut sekaligus menjadi pendamping sekolah di pulau yang ada di seberang Pulau Rangsang yaitu Pulau Padang. SDN 16 Lukit sebagai sekolah dampingan GK yang berada di Desa Lukit, Kecamatan Merbau. Berdasarkan sharing dengan pihak Dinas Pendidikan setempat disepakati bahwa sekolah nonformal yang akan diinisiasi di dusun Bandaraya berbentuk sekolah paket sebagai solusi bagi anak-anak yang tidak lagi berada pada usia sekolah dasar.

    Guru Konsultan sudah mengajukan RAB kepada pihak Dompet Dhuafa yang dirancang dan dibahas bersama warga masyarakat suku asli Bandaraya. Berharap segera disetujui sehingga bangunan sekolah nonformal segera dapat didirikan.

    “Semoga anak-anak negeri yang tinggal di beranda dan perbatasan bisa menjangkau pendidikan yang lebih baik.” Papar Kitty Andriany, S.Pd. Guru Konsultan yang merupakan alumnus Pendidikan Fisika Universitas Riau, berasal dari Kabupaten Rokan Hulu.

    “Merekalah yang kelak akan membangun dan membesarkan daerah bandaraya ini.” Tambah Siti Kurniawati, SKM. Guru Konsultan alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, berasal dari Kabupaten Asahan.

    Kitty Andriany, S.Pd. Guru Konsultan Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Guru Konsultan Makmal Pendidikan DD Hadir Memberi Solusi Pendidikan di Riau
    Sangat Suka

    100%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar