Situs Kuno di Sudan Musnah oleh Pemburu Harta Karun Serakah

Daftar Isi

    Lancang Kuning - Ketika tim arkeolog mendatangi padang pasir Sudan pada bulan lalu, mereka mengira situs kuno Jabal Maragha telah lenyap.

    Tapi mereka tidak melakukan kesalahan. Faktanya, para pemburu harta karun telah menghancurkan hampir semua peninggalan dari situs berusia dua milenium itu.

    "Mereka hanya punya satu tujuan di sini - untuk menemukan emas," kata arkeolog Habab Idriss Ahmed yang merasa terkejut karena telah susah payah menggali lokasi bersejarah pada tahun 1999.

    "Mereka melakukan sesuatu yang gila; untuk menghemat waktu, mereka menambang menggunakan alat berat."

    Di gurun Bayouda yang panas terik, sekitar 270 kilometer di utara ibu kota Khartoum, tim menemukan dua mesin penggali dan lima pria yang sedang melakukan penggalian liar.

    Mereka telah menggali parit besar sedalam 17 meter dan panjang 20 meter. Tumpukan pasir dan jejak ban terlihat di sana.

    Situs tersebut, yang berasal dari periode Meroitik antara 350 SM dan 350 M, dipercaya sebagai pemukiman kecil atau pos pemeriksaan.

    Sejak para penggali datang, hampir tidak ada yang tersisa.

    "Mereka telah menggalinya semua area, karena tanahnya terdiri dari lapisan batu pasir dan pirit," kata Hatem al-Nour, direktur barang antik dan museum Sudan, seperti yang dikutip dari AFP pada Senin (24/8).

    "Dan karena batu ini adalah logam, detektor mereka sering berdering. Jadi mereka mengira ada emas di sini."

    Melarikan diri dari keadilan

    Di samping lubang besar, para penggali menumpuk batu-batu dari situs kuno yang dijadikan ruang berteduh.

    Para arkeolog ditemani oleh polisi, yang membawa para pemburu harta karun ke kantor polisi - tetapi mereka dibebaskan dalam beberapa jam.

    "Mereka seharusnya dijebloskan ke penjara dan mesin-mesin mereka disita. Ada undang-undangnya," kata Mahmoud al-Tayeb, mantan ahli dari departemen barang antik Sudan.

    Sebaliknya, orang-orang itu dibebaskan tanpa dakwaan.

    "Itu hal yang paling menyedihkan," kata Tayeb, yang juga seorang profesor arkeologi di Universitas Warsawa.

    Tayeb percaya bahwa pelakunya sebenarnya adalah majikan para pekerja, seseorang yang bisa melawan hukum dan menghindari keadilan.

    Arkeolog Sudan memperingatkan bahwa ini bukan kasus baru, tetapi bagian dari penjarahan sistematis di situs kuno.

    Di Sai, pulau di tepi Sungai Nil sepanjang 12 kilometer, ratusan kuburan telah dijarah dan dihancurkan oleh pemburu harta karun.

    Beberapa peninggalan di dalam makam berasal dari zaman firaun.

    Peradaban kuno Sudan membangun lebih banyak piramida daripada penduduk Mesir, tetapi banyak yang masih belum dijelajahi.

    Sekarang, di ratusan tempat terpencil mulai dari kuburan hingga kuil, para pemburu harta karun yang putus asa mencari apa pun untuk mendapatkan penghasilan.

    "Mereka melakukan sesuatu yang gila; untuk menghemat waktu, mereka menambang menggunakan alat berat."

    Di gurun Bayouda yang panas terik, sekitar 270 kilometer di utara ibu kota Khartoum, tim menemukan dua mesin penggali dan lima pria yang sedang melakukan penggalian liar.

    Mereka telah menggali parit besar sedalam 17 meter dan panjang 20 meter. Tumpukan pasir dan jejak ban terlihat di sana.

    Situs tersebut, yang berasal dari periode Meroitik antara 350 SM dan 350 M, dipercaya sebagai pemukiman kecil atau pos pemeriksaan.

    Sejak para penggali datang, hampir tidak ada yang tersisa.

    "Mereka telah menggalinya semua area, karena tanahnya terdiri dari lapisan batu pasir dan pirit," kata Hatem al-Nour, direktur barang antik dan museum Sudan, seperti yang dikutip dari AFP pada Senin (24/8).

    "Dan karena batu ini adalah logam, detektor mereka sering berdering. Jadi mereka mengira ada emas di sini."

    Melarikan diri dari keadilan

    Di samping lubang besar, para penggali menumpuk batu-batu dari situs kuno yang dijadikan ruang berteduh.

    Para arkeolog ditemani oleh polisi, yang membawa para pemburu harta karun ke kantor polisi - tetapi mereka dibebaskan dalam beberapa jam.

    "Mereka seharusnya dijebloskan ke penjara dan mesin-mesin mereka disita. Ada undang-undangnya," kata Mahmoud al-Tayeb, mantan ahli dari departemen barang antik Sudan.

    Sebaliknya, orang-orang itu dibebaskan tanpa dakwaan.

    "Itu hal yang paling menyedihkan," kata Tayeb, yang juga seorang profesor arkeologi di Universitas Warsawa.

    Tayeb percaya bahwa pelakunya sebenarnya adalah majikan para pekerja, seseorang yang bisa melawan hukum dan menghindari keadilan.

    Arkeolog Sudan memperingatkan bahwa ini bukan kasus baru, tetapi bagian dari penjarahan sistematis di situs kuno.

    Di Sai, pulau di tepi Sungai Nil sepanjang 12 kilometer, ratusan kuburan telah dijarah dan dihancurkan oleh pemburu harta karun.

    Beberapa peninggalan di dalam makam berasal dari zaman firaun.

    Peradaban kuno Sudan membangun lebih banyak piramida daripada penduduk Mesir, tetapi banyak yang masih belum dijelajahi.

    Sekarang, di ratusan tempat terpencil mulai dari kuburan hingga kuil, para pemburu harta karun yang putus asa mencari apa pun untuk mendapatkan penghasilan.

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Situs Kuno di Sudan Musnah oleh Pemburu Harta Karun Serakah
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar