Daftar Isi
LAHIR 27 Juli 1933 di Tambelan, sebuah pulau kecil di Laut Cina Selatan. Anak pertama dari empat bersaudara dari orang tua H. Ahmad Zain dan Hj. Siti Aisyah. Setelah tamat Sekolah Rakyat (5 tahun) di Tambelan melanjutkan ke CVO (Cursus Volks Onderweizer), Sekolah Guru 2 tahun pada tahun 1947 di Tanjungpinang.
Pada tahun 1949 sampai tahun 1951 menjadi guru Sekolah Dasar di Tambelan dan Tanjungpinang. Selanjutnya berhenti menjadi guru SD pada tahun 1951 kemudian masuk SMP dan diterima di kelas II. Selanjutnya pada kwartal II dinaikkan ke kelas III, dan tamat SMP pada tahun 1952.
Tamat SMP melanjutkan ke SGA di Bandung dan pada tahun 1958 menyelesaikan sarjana muda Pendidikan di PTPG/Universitas Padjadjaran Bandung. Pada tahun 1976 menyelesaikan Sarjana Pendidikan di Universitas Riau Pekanbaru. Pendidikan lainnya adalah SESPA Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1977. Mempunyai seorang istri Dra. Tien Kartina yang berasal dari Cianjur Jawa Barat, dikaruniai dua orang anak dan tujuh orang cucu.
Pada Januari 1959 bekerja kembali sebagai guru SGA di Tanjungpinang, dan pada tahun 1963 menjadi kepala SGA Sekaligus kepala KGA dan PGSLP di Tanjungpinang. Pada tahun 1970 dipromosikan menjadi Kepala Kantor Pembinaan Pendidikan Guru pada Kantor Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Pekanbaru. Pada tahun 1975 karena reorganisasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan diangkat sebagai Pengawas pada 5 lima Bidang Pendidikan Dasar dan Guru Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan provinsi Riau.
Pada Januari 1979 diangkat sebagai Sekretaris pada Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan provinsi Riau dan pada tahun 1984 ditunjuk sebagai Koordinator Urusan Administrasi (Kormin) pada Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau. Pada tahun 1986 diangkat sebagai Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau. Tahun 1991 dipromosikan sebagai Direktur Pendidikan Dasar Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta.
Pada tahun 1996 diangkat Sebagai Widyaiswara pada Pusat Pengembangan dan Penataran Guru (PPPG) di Jakarta, dan dengan tugas diperbantukan sebagai konsultan program makanan tambahan anak sekolah di Bappenas sampai tahun 1999. Pada 1 Januari 1999 pensiun dengan pangkat terakhir IV/E.
Mulai masuk organisasi pelajar pada tahun 1947 yaitu Bintan School Bond yaitu
Pada tahun 1952 menjadi anggota Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), cabang Bandung sampai organisasi tersebut membubarkan diri. Pada tahun 1960-1970 pimpinan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) cabang Kepulauan Riau. Selanjutnya tahun 1972 sampai 1979 pimpinan PGRI daerah Riau.
Tahun 1959-1970 pimpinan Muhammadiyah Kepulauan Riau. Selanjutnya pada tahun 1966 pemimpin Kesatuan Aksi di Tanjungpinang. Pada tahun 1960-1970 anggota DPRD Kepulauan Riau mewakili karyawan/golongan cendekiawan pendidikan. Selama menjabat sebagai Kakanwil dan Direktur Pendidikan Dasar banyak menulis buku-buku petunjuk untuk pendidikan pada umumnya dan pendidikan dasar pada khususnya.
Sebagai penghargaan selama bekerja penulis memperoleh:
Satya Lencana Karya Satya Kelas II pada tahun 1986
Bintang Jasa Pratama dari Presiden Republik Indonesia pada tahun 1998
Sementara itu ketua MKA Lembaga Adat Melayu Riau Datuk Seri H Al azhar menulis:
"Saya mengenal beliau sejak saya masih kuliah, awal tahun 1980an. Kami memanggil tokoh pendidikan itu dengan nama Pak Jek. Beliau seorang yang amat baik, berterus-terang, kritis, dan bertutur penuh tunjuk ajar kepada yang muda-muda.
Sejak beliau pensiun, beliau selalu hadir dalam majelis-majelis intelektual di kota Pekanbaru. Awal tahun 2000-an, saya mendapat sebutan 'budak sengal' dari beliau. 'Gelar' itu, katanya suatu kali, beliau simpulkan dari sungut-sungut sebagian orang dari generasi di atas saya yang merasa pendapat-pendapat kritis saya waktu itu agak melampau. Saya tanya, Pak Jek juga merasa hal yang sama? Beliau tertawa, kemudian menyatakan bahwa dia mengagumi 'kesengalan' yang berdasar. Maka saya amat senang dengan panggilan 'si sengal' itu, karena itulah di antara cara Pak Jek menyayangi saya.
Ketika LAMR sudah memutuskan beliau sebagai salah seorang penerima penghargaan Ingatan Budi tahun ini, kami mengutus Raja Yoserizal Zen untuk memberitahu beliau. Konon, menurut R. Yoserizal Zen, respon pertama beliau atas info itu kurang-lebih adalah, "Ingat juge si sengal Azhar itu kepade saye...". Wallahu'alam.
Pada malam penyerahan penghargaan Ingatan Budi (2/7/2019), saya mengeluh mesra kepada beliau, karena dua tahun terakhir tak lagi saling menelepon. Lalu, kami bertukar nomor telepon. Kini beliau sudah tiada. Guru yang bijak bestari itu pulang ke pangkuan-Nya. Al Fatihah. Selamat jalan, Pak Jek."
Sekretaris Umum MKA LAMRiau, Datuk Haji Taufik Ikram Jamil menulis:
Di kalangan kawan-kawan wartawan di Jakarta, saat menjabat sebagai Direktur Pendidikan Dasar, ia amat disenangi. Sbb ia memandang pendidikan dari pengalaman, bukan teori-teori. Kelantangannya menyuarakan pendidikan dasar menginspirasi pelaksanaan pendas di tanah air. Sebelumnya, pendas dipandang mcm sandal jepit, sehingga terkenallah julukannya sbgai sandal jepit yg kemudian menjadi judul buku biografinya."(rie)
Sumber: lamriau.id
Komentar