Daftar Isi
Lancangkuning.com - Kerajaan Rambah merupakan kerajaan yang masuk ke dalam Wilayah Rokan Kanan. Dahulu Rokan Hulu dikenal dengan nama Rantau Rokan atau Luhak Rokan Hulu, karena daerah ini merupakan daerah perantauan suku Minangkabau yang ada di daerah Sumatera Barat.
Kerajaan Rambah masuk ke dalam Rokan Kanan pada masa sebelum kemerdekaan yaitu pada masa penjajahan kolonial Belanda. Yang mana pada wilayah Rokan Kanan terdiri dari beberapa kerajaan yaitu Kerajaan Tambusai, Kerajaan Rambah dan Kerajaan Kepenuhan.
Adapun Rokan Kiri terdiri dari Kerajaan Rokan IV Koto, Kerajaan Kunto Darussalam serta beberapa kampung dari Kerajaan Siak (Kewalian Negri Tandun dan Kewalian Kabun). Kerajaan-kerajaan yang ada di Rokan Kanan dan Rokan Kiri dikenal dengan sebutan Lima Lukah.
Barulah pada tahun 1905, kerajaan yang ada di Rokan Kanan dan Rokan Kiri mengikat perjanjian dengan pihak Belanda dan diakuilah berdrinya kerajaan-kerajaan ini sebagai landscape. Adapun setiap peraturan yang dibuat kerajaan mendapatkan pengesahan dari Belanda.
Asal mula Kerajaan Rambah berdiri dikarenakan saat Tengku Raja Muda meminta kepada ayahnya untuk mendirikan sebuah kerajaan sendiri. Dengan beberapa perjanjian. Dahulunya Wilayah Kerajaan Rambah masuk ke dalam Wilayah Kerajaan Tambusai yang merupakan kerajaan terbesar di Rokan Hulu. Saat itu Kerajaan Tambusai dipimpin oleh Yang Dipertuan Tua. Yang Dipertuan Tua mempunyai tiga orang adik, dua orang laki-laki dan seorang perempuan. Yang Perempuan bernama Siti Dualam, dan laki-laki Tengku Raja Muda dan Yang Dipertuan Akhir Zaman.
Setelah perjanjian disetujui maka Tengku Raja Muda pun mendirikan sebuah kerajaan sendri. Dan diberikan rakyat dan alat kebesaran. Dan Tengku Raja Muda membuka Negri di Kalu Batang Lubuk. Dikarenakan Negri Kalu Batang Lubuk dirambah oleh orang Tambusai maka negeri tersebut dinamakan Negeri Rambah. Kerajaan Rambah pun berdiri dengan makmurnya. Setelah Tengku Raja Muda mangkat maka posisi Raja digantikan oleh anaknya yang bergelar Yang Dipertuan Besar.
Adapun isi dalam perjanjian tersebut ialah: “Pertama-tama apabila menaikkanlah pihak kami akan raja/kerajaan, melainkan raja Tambusyai-lah akan menaikkan kami hingga sampai kepada anak cucu kami. Dan kedua apabila putus raja yang kerajaan pihak kami yang pergi ini, melainkan raja Tambusyai-lah yang boleh menggantikannya. Ketiga janganlah berdengki aniaya antara dua pihak itu. Keempat apabila suku pihak yang di Tambusai masuk pihak kami, atau suku pihak yang kami/suku/ masuk pihak yang tinggal di Tambusyai, yang tidaklah boleh ditegah dan dilarang. Kelima apabila pihak kami yang pergi itu tiada menurut adat pusaka, melainkan bolehlah ia pulang ke Tambusyai. Segala rakyat yang pergi itu, raja Tambusyai empunya rakyat yang tidak boleh ditegah dilarang. Keenam apabila mengikut raja kepada pihak yang pergi itu, melainkan segeralah memberitahu kepada Tambusyai, mengantarkan baju helat dan syahab muka, di Tambusyai demikian juga”.
Selama kerajaan Rambah berdiri inilah para pimpinan raja-raja yang ada.
Raja I. Yang Dipertuan Muda
Raja II. Yang Dipertua Besar
Raja III. Yang Dipertuan Djumadil Alam
Raja IV. Yang Dipertuan
Raja V. Yang Dipertuan Besar
Raja VI. Yang Dipertuan Besar
Raja VII. Yang Dipertuan Besar
Raja VIII. Yang Dipertuan Besar
Raja IX. YanG Dipertuan Besar Rambah
Raja X. Yang Dipertuan Djumadil Alam Sari 1901
Raja XI. Mohamad Syarif Yang Dipertuan Besar
Raja XII. Sultan Zainal Puan Kerajaan Rambah
Raja XIII. Sultan Mahmud Manjang
Raja XIV. Tengku Saleh Yang Dipertuan Besar Rambah.
(hyAzn)
Komentar