Pemuda di Pekanbaru Sukses Budidaya dan Importir Rimpang Kunyit Hitam

Daftar Isi

    Foto: Muhammad Fauzal (24), warga Kota Pekanbaru, Riau, petani muda yang berhasil menangkap peluang budidaya kunyit hitam

     

    Lancang Kuning, PEKANBARU - Kunyit hitam atau curcuma caesia di Indonesia belum banyak dikembangkan. Padahal jika ditekuni, budidaya rimpang kunyit hitam ini bisa mendatangkan cuan jutaan hingga ratusan juta.

    Pasalnya, kunyit hitam ini merupakan bahan baku viagra dan bermanfaat untuk kesehatan karena mengandung antioksidan yang cukup tinggi dan anti kanker.

    Salah satu petani muda yang berhasil menangkap peluang ini adalah Muhammad Fauzal (24), warga Kota Pekanbaru, Riau.

    Ia mengawali budidaya kunyit hitam ini pada tahun 2018. Saat itu, ia melirik pasar varietas tanaman herbal jenis baru ini karena nilai jualnya yang tinggi, yaitu mencapai Rp 15 juta per kg.

    "Awalnya saya mencoba menanam 1 kg kunyit hitam ini dalam rentang waktu 2018-2019. Dan alhamdulillah, berkembang menjadi ratusan bibit dan saat itu pasar kunyit hitam di Indonesia belum terbuka," kata Fauzal.

    Bahkan pada tahun 2020, harga  jual bibit kunyit hitam ini saja berkisar antara Rp150.000 hingga Rp250.000 per bibit. Di salah satu situs jual beli online pada 2020, kunyit hitam 100 gram (berisi 3-8 rimpang), dijual dengan harga Rp400 ribuan, bahkan harga tanaman kunyit hitam dewasa bisa mencapai angka Rp3 juta hingga Rp6,9 jutaan.

    Untuk pemasarannya, Fauzal saat itu hanya mengandalkan sosial media. Namun, tidak disangka ternyata kunyit hitam ini banyak peminatnya. Sehingga, pada 2021, ia mulai mengimpor skala tonase kunyit hitam dari Thailand dan Vietnam.

    "Impor rimpang saat itu Rp4-6 jutaan per kg. Modal cukup, saya impor tonase. Dari Thailand dalam bentuk rimpang untuk dijual kembali dan memang penjualan bibit lebih menguntungkan karena perputarannya cepat," jelasnya.

    Setiap triwulan, kini Fauzal dapat mengimpor 1 ton rimpang dan omsetnya bisa tembus Rp500 juta per tiga bulan.

    "Alhamdulillah, kunyit hitam saya ini sudah sampai ke Provinsi Jabar, Jateng, Jatim hingga Makassar. Rimpang yang terjual setiap bulannya sekitar 400 kg, makanya per triwulan satu ton lebih yang kita impor, disamping juga budidaya sendiri," jelasnya.

    Adapun lahan atau green house budidaya rimpang kunyit hitam milik Fauzal tersebut berada di Jalan Nurul Islam atau masuk dari Jalan Keliling, Kelurahan Pematangkapau, Kecamatan Kulim, Pekanbaru, Riau.

    Pada lahan seluas 840 meter itu, Fauzal bisa menghasilkan 200-300 kg rimpang per panen.

    "Dari mulai pembibitan hingga panen kurang lebih butuh waktu 12-16 bulan. Dari 1.000 polibek, panennya bisa 200-300 kg rimpang. Perawatannya cukup mudah, yang penting jangan terkena panas terus-menerus. Lahannya harus tertutup agar tidak ada hama belalang maupun siput hantu," jelas pemuda pelopor Program Agropeneur Kunyit Hitam tersebut.

    Tahun ini, Fauzal juga bertekad untuk meningkatkan eksistensinya di bidang importir dan budidaya rimpang kunyit hitam dengan membuka kemitraan dengan petani di Riau.

    "Saya sedang mempersiapkan program kemitraan dengan petani, baik secara kelompok maupun swadaya. Jadi nanti para petani dapat beli bibitnya dan hasilnya kami yang ambil untuk memenuhi kebutuhan kunyit hitam dalam negeri," jelasnya.

    Fauzal berharap semoga tanaman ini bisa menjadi komoditas pertanian unggulan di wilayah Riau, baik dari sektor hulu ke hilir.

    "Saat ini, kami juga sedang ada tahap persiapan produksi produk turunan kunyit hitam ini. Semoga dalam waktu dekat, kami sudah dapat melakukan pengenalan produk berbahan baku Kunyit Hitam," harapnya.

    Kunyit Hitam merupakan salah satu tanaman langka yang belum banyak dikenal dan dibudidayakan beberapa kelompok di Indonesia. Dengan nama latin Kaemprefia Parviflora, Kunyit Hitam merupakan salah satu jenis umbi atau rempah-rempah dengan sangat banyak manfaat. Tanaman ini berasal dari India dengan penamaan Krachai Dum dan sedang marak dikembangkan di beberapa wilayah seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Di Indonesia tahap budidaya awal masih melakukan import untuk kebutuhan bibit umbi.

    Beberapa negara yang sudah melakukan budidaya sebelumnya sudah banyak melakukan uji lab dan produksi dari umbi emas ini. Beberapa referensi menyebutkan Kunyit Hitam/Kaemprefia Parviflora memiliki kandungan minyak atsiri yang merupakan gabungan dari keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, zingiberen 25%, feladren, sabinen, borneol dan sineil.

    Kandungan lain seperti lemak rendah, karbohidrat rendah, protein, pati, vitamin C dan mineral. Kandungan tersebut sangatlah baik untuk kesehatan terutama dalam masa penyembuhan.

     

    (Mediacenter Riau/rat)

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Pemuda di Pekanbaru Sukses Budidaya dan Importir Rimpang Kunyit Hitam
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar

    Berita Terkait