Daftar Isi
Foto: Dr. Gulat ME Manurung, MP.,C.APO
Lancang Kuning, PEKANBARU - Dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit yang mencapai 4,172 juta hektar terbentang di Bumi Lancang Kuning, membuat komoditi sawit menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi percepatan ekonomi di Wilayah Riau. Terlebih dari jutaan hektar itu, sekitar 60 persennya dikelola langsung oleh pekebun secara perorangan.
Dr. Gulat ME Manurung, MP.,C.APO Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) mengatakan data tersebut menunjukkan betapa luar biasanya manfaat ekonomi dan sosiologi.
Lanjut Gulat, luasan lahan perkebunan yang dikelola petani tadi tentu dapat mendukung pemulihan ekonomi di Riau. Menurut Gulat, jika dibandingkan dengan Sumatera Utara dan Kalimantan yang sama-sama merupakan daerah penghasil sawit, perekonomian Riau masih dominan.
"Artinya multyplayer efek ekonomi kelapa sawit ini akan lebih jauh manfaatnya jika minat masyarakat Riau untuk berkebun sawit tinggi," kata Gulat, saat Poadcast di Studio Haidir Anwar Tanjung, Dinas Kominfo Pemprov Riau, beberapa waktu lalu.
Hingga saat ini hampir 24 jam hidup masyarakat tak terlepas dari sawit. Mulai dari obat-obatan hingga energi yang digunakan. Malah saat ini terang Gulat, negara India tengah meningkatkan kandungan CPO menjadi energi.
"CPO ini diminati dunia, bukan hanya negara yang menghasilkan dan mengolah CPO ada juga negara yang tidak menghasilkan namun mereka membeli dan menjual kembali. Ini justru ikut meningkatkan perputaran CPO yang nantinya berimbas pada TBS," katanya, dikutip dari mediacenterriau
Selain harga CPO tadi, harga TBS yang cenderung stabil juga cukup dipengaruhi oleh Peraturan Gubernur (Pergub) Riau terkait harga TBS. Hingga saat ini harga TBS terbaik terdapat di wilayah Riau.
"Dengan hal ini maka lebih baik kita meningkatkan hilirisasi dalam negeri. Ini adalah sisi bisnis. Dan saat ini Negara memanggil untuk itu," paparnya. (LK)
Komentar