Daftar Isi
Foto: Warga tutup jalan di Seram, Maluku. (Christ Belseran – Ogen Pesireron)
Lancang Kuning – Diduga karena tenaga kesehatan menelantarkan jenazah pasien terkonfirmasi COVID-19, masyarakat di Desa Watludan, Kecamatan Teung Nila Serua, Kabupaten Maluku Tengah, mengamuk dan memblokade ruas jalan trans pulau seram, Kamis kemarin, sekitar pukul 16.15 WIT.
Aksi pemalangan jalan dipicu kekesalan masyarakat terhadap tenaga medis di rumah sakit umum daerah Maluku tengah, yang diduga melakukan tindakan penelantaran terhadap jasad atas nama Marthen Pasalbessy.
Marcelo Ilintutu, seorang kerabat korban mengatakan, peristiwa pemalangan jalan berawal dengan keresahan masyarakat atas prilaku itu oleh pihak medis RSUD Masohi. Sebab, setelah jenazah telah disiapkan secara protokol COVID-19, pihak rumah sakit melimpahkan tanggung jawab kepada keluarga pasien untuk mengurusi peti makam untuk dimakamkan oleh keluarga.
“Pertanyaannya kenapa kalau COVID-19, kalian berikan tanggung jawab pemakaman untuk kita orang negeri (Desa) ini. Kedua, kalau COVID-19, kenapa biaya peti mati dan biaya lainnya adalah tanggung jawab keluarga,” beber Marcelo dikutip Jumat, 9 Juli 2021.
Yang sangat disayangkan menurut Marcelo adalah ketika jenazah dari almarhum ditelantarkan oleh pihak rumah sakit di tengah jalan bersama mobil ambulans.
“Saya mau tanya kenapa kalau COVID-19, kalian telantarkan jasad mayat almarhum bapak Marthen di tengah jalan. Ini almarhum bukan binatang di dalam peti,” tegasnya.
Atas tindakan pihak medis rumah sakit do kabupaten maluku tengah menurutnya, telah mencoreng nama baik Desa Watludan di mata publik. Ia meminta klarifikasi dan niat baik pihak rumah sakit terhadap kejadian tersebut.
“Kita minta perbaikan nama baik. Kalian jangan dianggap sepele dan gila terhadap peristiwa ini,” tegasnya.
Ia bahkan mempertanyakan prosedur COVID-19 yang tidak dilakukan oleh tim satgas, padahal telah terlanjur menyatakan jenazah almarhum terkonfirmasi COVID-19.
“Kalau COVID-19, mengapa kalian tidak datang untuk memakamkan jasad almarhum sesuai protokol COVID-19, mengapa? Tanya Marcelo kesal, dilansir LKC dari Viva.co.id
Atas luapan emosi itulah kata Marcelo membuat masyarakat langsung memblokade ruas jalan utama penghubung tiga kabupaten di pulau seram. Aksi pemalangan dilakukan ratusan masyarakat Watludan di jalan trans pulau seram, tepatnya di depan perkampungan Desa Watludan.
Luapan emosi warga ini terlihat saat mereka merobohkan pohon untuk menutup badan jalan agar tidak bisa dilewati oleh pengendara. Di saat yang sama, massa juga mengecor beton menggunakan material semen dan pasir untuk memagari badan jalan. Selain itu, mereka juga membakar ban bekas dan juga potongan kayu di badan jalan.
Aparat TNI-Polri pun langsung diterjunkan ke lokasi pemalangan tersebut. Namun aparat tidak mampu menghalau massa yang begitu banyak.
Akibatnya, arus lalu lintas dari dan menuju kota Masohi, Ibu Kota Kabupaten Maluku Tengah terhenti. Selain itu, aksi ini juga melumpuhkan asktivitas transportasi antar kabupaten di pulau seram yakni Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat, dan Kabupaten Seram Bagian Timur.
Hingga Kamis tengah malam, masyarakat masih terlihat memadati lokasi pemalangan jalan tersebut. Selain menjaga dibukanya blockade, masyarakat juga melantunkan nyanyian dan doa secara kristiani bagi almarhum yang telah meninggal.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan secara resmi dari Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah terkait peristiwa yang terjadi. (LK)
Laporan Christ Belseran – Ogen Pesireron
Komentar