Teori Psikoanalisis Dalam Karya Sastra

Daftar Isi

     

    LancangKuning  -  Dalam kaitannya dengan psikologi dan sastra, Rene Wellek dan Austin Warren menulis bahwa istilah "psikologi sastra" memiliki empat kemungkinan arti. Pertama, kajian psikologi pengarang sebagai tipe atau pribadi. Kedua, studi tentang proses kreatif. Ketiga, kajian tentang jenis dan hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Keempat, kajian tentang pengaruh sastra terhadap pembaca (psikologi pembaca). Sastra adalah bentuk seni. Dari keempat jenis hubungan yang disebutkan di atas, hubungan pertama, kedua, dan keempat dapat terjadi pada semua bentuk seni. Hubungan ketiga mungkin khas sastra, dan kemudian sastra dalam bentuk cerita (prosa dan drama).

    Di antara berbagai aliran psikologi, psikoanalisis adalah yang paling akrab dengan seni. Sigmund Freud, pendiri psikoanalisis, adalah seorang pria yang menghargai budaya, mencintai seni, dan suka membaca sastra sejak usia dini. Tidak mengherankan jika kemudian ia menggunakan sastra sebagai bidang penelitian dan ilustrasi untuk membuktikan teori-teori yang dikembangkannya. Dalam karya sastra besar seperti Oedipus (Sophocles), Hamlet (Shakespeare) dan The Brother Karamazov (Dostoyevsky) Freud menemukan tipe orang yang mirip dan sesuai dengan pemikirannya.

    DEFINISI TEORI PSIKOANALISIS

    Psikoanalisis dalam sastra memiliki empat kemungkinan makna. Yang pertama adalah studi tentang psikologi penulis sebagai tipe atau sebagai pribadi. Yang kedua adalah studi tentang proses kreatif. Yang ketiga adalah studi tentang jenis dan hukum psikologis yang diterapkan pada karya sastra, dan yang keempat adalah studi tentang efek sastra pada pembaca. Namun yang digunakan dalam psikoanalisis adalah yang ketiga karena sangat berkaitan dengan bidang sastra.

    Kemunculan dan asal mula karya sastra menjadi pedoman dalam menilai karya sastra itu sendiri. Psikoanalisis adalah studi tentang jenis dan hukum psikologis yang diterapkan pada karya sastra.

    KONSEP UMUM PSIKOANALISIS

    Psikoanalisis sendiri pada awalnya merupakan metode psikoterapi untuk penyembuhan gangguan jiwa dan saraf dengan menggunakan teknik tafsir mimpi dan pergaulan bebas. Teori ini kemudian berkembang menjadi teori kepribadian. Konsep-konsep yang terdapat dalam teori kepribadian versi psikoanalitik termasuk yang paling banyak digunakan di berbagai bidang hingga saat ini.

    Konsep paling dasar Freud adalah teorinya tentang ketidaksadaran. Freud pada awalnya membagi tingkat kesadaran manusia menjadi tiga lapisan, yaitu lapisan bawah sadar, lapisan prasadar dan lapisan sadar. Di antara ketiga lapisan tersebut, alam bawah sadar merupakan bagian terbesar yang mempengaruhi perilaku manusia. Freud menganalogikannya dengan fenomena gunung es di lautan, di mana bagian paling atas yang muncul di permukaan laut mewakili lapisan sadar. Prakesadaran adalah bagian yang bergoyang di bawah dan di atas permukaan. Sebagian besar sebenarnya berada di bawah laut dan mewakili alam bawah sadar.

    Dalam buku-bukunya yang lebih baru, Freud meninggalkan pembagian lapisan kesadaran di atas dan menggantinya dengan konsep yang lebih teknis. Namun dasar konsepnya tetap pada alam bawah sadar, yaitu bahwa perilaku manusia lebih ditentukan oleh aspek alam bawah sadarnya. Pembagian ini dikenal sebagai struktur kepribadian manusia dan masih terdiri dari tiga unsur, yaitu id, ego, dan superego.

    Itu adalah bagian yang sepenuhnya terletak di alam bawah sadar manusia. Ini mengandung cadangan energi, naluri dan libido dan merupakan pendorong utama perilaku manusia. Id menunjukkan naluri primitif dan hewani pada manusia dan bekerja menurut prinsip kesenangan. Ketika kecil, hanya ada id dalam diri manusia. Oleh karena itu kita melihat bahwa anak kecil selalu gigih ketika menginginkan sesuatu, tidak malu, dan selalu egois.

    Ego berkembang dari id ketika seseorang mulai meninggalkan kekanak-kanakannya sebagai bentuk reaksi terhadap kenyataan. Ego sadar dan rasional. keinginan id tidak selalu dapat dipenuhi, dan kemudian ego ikut bermain. Ego bekerja sesuai dengan prinsip realitas. Misalnya, jika id dalam diri kita ingin makan enak di restoran mahal, tapi keuangan kita tidak mampu, maka ego tidak bisa memenuhi keinginan itu.

    Super ego muncul melalui kontak dengan orang lain (aspek sosial). Dalam keluarga, superego diberikan oleh orang tua dalam bentuk ajaran moral tentang baik buruk, pantas dan tidak pantas, dll. Superego muncul sebagai kontrol atas id.

    (AL)

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Teori Psikoanalisis Dalam Karya Sastra
    Sangat Suka

    100%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar