Kisah Pilu Keluarga Tukang Tambal Ban, Rumah yang Dihuni 23 Tahun Ambruk, Tak Punya Uang Renovasi

Daftar Isi

    Foto: Kolase Foto : Mata istri pemilik rumah tampak berkaca-kaca menyaksikan huniannya ambruk akibat luapan anak sungai Bengawan Solo (kiri). Rumah Sumarno warga Kadipiro, Banjarsari, Solo Ambruk pada Jumat (19/2/2021). (TribunSolo.com / Ilham Oktafian)

     

    Lancang Kuning,  SOLO - Kisah pilu menimpa keluarga tukang tambal ban yang kehilangan rumah.

    Rumah milik Sumarno di Combong RT 05 RW 01, Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo tiba-tiba ambruk.

    Rumah warga miskin milik tukang tambal ban itu ambruk karena tergerus luapan anak Sungai Bengawan Solo, Jumat (19/2/2021), dilansir Tribunsolo. 

    Mata istrinya Endang Pruletarsih tampak berkaca kaca melihat detik detik rumahnya ambruk akibat tergerus Sungai Bengawan Solo, Jumat (19/2/2021).

    Warga Combong RT 05 RW 01, Kadipiro, Banjarsari, Solo itu meratapi rumah yang dibangunnya selama bertahun tahun rata dengan tanah.

    Endang menceritakan jika rumah tersebut mempunyai sejarah yang amat panjang.

    "Rumah ini saya bangun saat Pak Harto turun tahun 1998, saat anak saya masih kecil kecil," katanya.

    "Karena suami saya uangnya sedikit dibelikan tanah disini 50 meter," inbuhnya.

    Endang mengaku kebingungan dengan nasibnya pasca rumahnya ambruk.

    Sebab, dirinya mengaku tak punya cukup biaya untuk merenovasi ulang rumah tersebut.

    Apalagi, Endang baru saja dinyatakan sembuh dari kanker Payudaya yang dideritanya.

    "Bingung dan sedih karena saya baru saja operasi kanker payudara," ujarnya.

    "Saya baru saja sembuh sekarang ganti rumah ambruk," ungkapnya sembari berkaca kaca.

    Tergerus Luapan Anak Sungai Bengawan Solo

    Sebelumnya, Rumah milik Sumarno di Combong RT 05 RW 01, Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo tiba-tiba ambruk karena tergerus luapan anak Sungai Bengawan Solo, Jumat (19/2/2021).

    Anak Sumarno, Novi Setiyoko mengatakan kejadian nahas tersebut tidak langsung terjadi.

    Awalnya, itu karena kondisi Sungai Bengawan Solo yang terus meluap beberapa waktu lalu.

    Kondisi tersebut membuat retakan di rumah pria yang berprofesi tukang tambal ban itu.

    "Mulai 3 hari yang lalu sudah mulai ada keretakan, lalu kemarin Bapak dan Ibu mulai mengungsi ke tempat saudara," kata Novi kepada TribunSolo.com, Jumat (19/2/2021).

    Keretakan tersebut, lanjut dia, semakin parah tiap harinya dan membuat kediaman Sumarno semakin miring.

    "Ambruknya perlahan lahan, semakin miring miring," tuturnya.

    Puncaknya, pada pukul 15.29 WIB rumah Sumarno ambruk total.

    Sementara itu, anggota TRC BPBD Solo, Hananto mengaku bakal berkoordinasi dengan pihak perangkat setempat untuk membuat langkah lanjutan.

    "Kami akan koordinasikan dulu, sementara ini akan kami bersihkan," tambahnya. 

    Tertimpa Rumah

    Di tempat lain, sejumlah anak tertimpa rumah yang tiba-tiba ambruk saat tengah bermain, Jumat (5/2/2021).

    Kejadian tersebut berada di Dukuh Mangunan RT 02 RW 02, Desa Bugel, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo.

    Rumah itu merupakan rumah milik Sugiyem, yang diketahui sudah tidak ditempati lagi.

    Menurut Kades Bugel Hardi, ambruknya rumah yang tak layak huni itu terjadi pukul 16.00 WIB.

    "Tadi cuacanya cerah, tidak ada angin dan hujan," kata dia kepada TribunSolo.com.

    "Hanya saja, kondisinya itu memang sudah rapuh dan reot," imbuhnya.

    Saat kejadian itu, ada tiga orang anak yang sedang bermain disekitar rumah tersebut.

    Mereka diketahui bernama Dimas, Aisyah, dan Sholeh.

    Nahas, anak-anak yang tengah bermain itu tertimpa bangunan yang roboh.

    "Tapi kondisinya mereka tidak apa-apa. Hanya saat evakuasi ada salah satu anak yang tangannya terkena paku, jadi luka lecet," terangnya.

    Hardi menerangkan, karena kondisi rumah sudah reot, rumah warisan milik Sugiyem itu sudah tidak ditempati lagi.

    Sugiyem dan keluarganya menempati rumah yang berada di samping rumah yang roboh.

    "Sudah tidak ditempati lagi, tapi didalam rumah masih ada perkakas dapur. Tadi perkakasnya rusak," jelasnya.

    Hardi menjelaskan, rumah Sugiyem yang roboh itu sudah dimasukan dalam program penerimaan program Rumah Tak Layak Huni (RTLH).

    Namun karena rumah tersebut bukan atas nama Sugiyem, renovasi rumah dilakukan di rumah milik Sugiyem sendiri.

    "Untuk proses evakuasi dan pembersihan puing bangunan sudah selesai kami lakukan," tandasnya. 

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Kisah Pilu Keluarga Tukang Tambal Ban, Rumah yang Dihuni 23 Tahun Ambruk, Tak Punya Uang Renovasi
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar